Tersingkir dari Old Trafford, Barcelona Bisa Jadi Awal Baru Bagi Marcus Rashford

Gilabola.com – Beberapa pekan terakhir di pusat latihan Carrington menjadi simbol retaknya hubungan antara Marcus Rashford dan Manchester United.

Setiap kali pelatih Ruben Amorim meninggalkan area, Rashford baru terlihat masuk. Dia disebut sebagai pemain paling menonjol dari kelompok pemain yang terasing—disebut ‘bomb squad’.

Sejak Desember lalu, Rashford mengungkapkan bahwa dirinya merasa siap menjalani tantangan baru dalam karier sepak bolanya. Ucapan itu muncul hanya lima hari setelah dia tampil terakhir kali untuk United, dalam laga Liga Champions di Plzen.

Beberapa pekan kemudian, pernyataan mengejutkan datang dari Amorim yang menyiratkan lebih memilih memainkan pelatih kiper berusia 63 tahun, Jorge Vital, ketimbang Rashford dalam laga melawan Fulham.

Pinjaman ke Aston Villa selama setengah musim menjadi jalan tengah. Namun dari awal, Rashford dikabarkan selalu menyimpan hasrat untuk membela Barcelona.

Kembalinya sang pemain ke Carrington setelah menjalani pelatihan musim panas di Marbella pun terasa canggung. Tak lama setelah tim Rashford menyatakan ia siap bergabung penuh dalam latihan pramusim, pihak klub justru memberikan izin padanya untuk menjajaki kepindahan.

Penyerang Inggris itu merupakan salah satu dari lima pemain yang dikeluarkan dari latihan tim utama Manchester United bersama Alejandro Garnacho, Jadon Sancho, Antony, dan Tyrell Malacia.

Rashford bahkan lebih sering datang di luar jam latihan dibandingkan rekan-rekan senasibnya, sebagai bagian dari apa yang disebut sebagai “pengaturan terkoordinasi”—yang diyakini sebagai cara memastikan dia tak bertemu dengan Amorim.

Ironisnya, di tengah krisis gol dan keputusan klub untuk menggelontorkan Rp 2,8 Triliun demi Matheus Cunha dan Bryan Mbeumo, empat pemain dengan nilai gabungan hingga Rp 7,2 Triliun malah dilatih terpisah.

Nama Rashford, sebagai produk akademi dan salah satu pemain dengan gaji tertinggi di klub sebesar Rp 6,9 Miliar per pekan, jadi kisah yang paling disesalkan.

Apa pun penyebabnya, tidak bisa disangkal bahwa Rashford kehilangan arah—baik dari segi performa maupun semangat bermain sepak bola. Saat seharusnya berada di puncak karier, dia justru berlatih sendirian, berseteru dengan pelatih, dan mencoba meninggalkan klub yang sudah dia bela hampir dua dekade.

Masa pinjamannya di Aston Villa sempat menunjukkan Rashford yang lebih segar dan termotivasi. Dia berhasil menarik perhatian pelatih timnas Inggris, Thomas Tuchel, dan kembali masuk skuad nasional.

Barcelona dan Peluang Hidupkan Kembali Karier

Kini, di usianya yang belum genap 28 tahun, Rashford disebut masih berada dalam masa emas sebagai penyerang. Barcelona dianggap sebagai panggung besar yang bisa memulihkan kariernya.

Klub raksasa Catalan dikabarkan siap membelinya seharga Rp 876 Miliar musim panas depan—angka yang akan dianggap sangat murah jika Rashford bisa bangkit.

Legenda Manchester United, Teddy Sheringham, sempat menyindir bahwa kepindahan Rashford ke Barcelona akan menjadi “langkah naik yang belum layak dia dapatkan”. Namun, komentar sinis itu justru menyoroti realita: Barcelona memang lebih stabil daripada United saat ini.

Bermain di Nou Camp bersama bintang muda seperti Lamine Yamal, Rashford bisa menemukan kembali semangat sepak bolanya dan memperkuat peluang tampil di Piala Dunia tahun depan.

Sementara itu, bila Amorim gagal mengubah nasib Setan Merah, pelatih berikutnya bisa saja melihat Rashford sebagai bagian dari solusi. Dalam dunia sepak bola yang penuh kejutan, cerita Marcus Rashford jelas belum selesai.