Chelsea secara resmi mengumumkan kembalinya Joao Felix dari Atletico Madrid dengan nilai transfer mencapai Rp 863 Milyar, di mana penyerang Portugal itu dikontrak dengan kontrak berdurasi tujuh tahun.
Keputusan untuk membawa kembali penyerang asal Portugal ini, yang sempat dipinjamkan ke Stamford Bridge pada paruh kedua musim 2022/23, mengundang banyak perhatian, terutama mengingat performanya yang dianggap kurang memuaskan selama masa pinjaman tersebut.
Felix, yang kini berusia 24 tahun, menjadi rekrutan ke-10 Chelsea pada musim panas ini dan merupakan salah satu dari 43 pemain yang telah didatangkan sejak pengambilalihan klub oleh Todd Boehly dan Clearlake Capital.
Langkah ini menjadi bagian dari strategi agresif Chelsea di pasar transfer, yang dalam dua tahun terakhir telah menghabiskan dana lebih dari Rp 16 Trilyun, hampir dua kali lipat dari pengeluaran tim Premier League lainnya dalam periode yang sama.
Keputusan Chelsea untuk merekrut Felix kembali terkait erat dengan penjualan Conor Gallagher ke Atletico Madrid. Gallagher, yang dibesarkan di akademi Chelsea, dijual dengan harga Rp 725 Milyar setelah menolak perpanjangan kontrak.
Penjualan gelandang Inggris itu memungkinkan Chelsea untuk mencatatkan laba bersih yang signifikan, yang sangat berharga di era Aturan Profitabilitas dan Keberlanjutan Premier League.
Dari sisi finansial, kesepakatan ini memberikan keuntungan bagi Chelsea. Biaya transfer Felix yang sebesar Rp 863 Milyar dapat disebarkan dalam jangka waktu lima tahun, sehingga Chelsea hanya perlu mengalokasikan sekitar Rp 86 Milyar per tahun dalam pembukuan mereka.
Dengan Conor Gallagher yang dijual dengan harga Rp 725 Milyar, klub dapat mencatatkan laba bersih sebesar Rp 639 Milyar pada tahun ini. Namun, dari perspektif pelatih Enzo Maresca, keputusan untuk merekrut Felix mungkin menimbulkan tantangan tersendiri.
Chelsea saat ini memiliki banyak pemain serang berbakat seperti Cole Palmer, Enzo Fernandez, Christopher Nkunku, Mykhaylo Mudryk, dan Noni Madueke, yang semuanya bersaing untuk mendapatkan tempat di tim utama.
Kehadiran Joao Felix akan menambah persaingan di lini serang, dan Maresca harus menemukan cara untuk mengintegrasikan semua pemain ini ke dalam formasi yang kohesif.
Felix dikenal sebagai pemain yang fleksibel, mampu bermain di berbagai posisi di lini serang, baik sebagai penyerang, sayap kiri, maupun gelandang serang. Namun, posisi-posisi ini juga ditempati oleh pemain-pemain lain seperti Nkunku, Nicolas Jackson, Marc Guiu, dan Pedro Neto, yang mungkin merasa terancam dengan kedatangan Felix.
Selama masa pinjamannya di Chelsea pada musim 2022/23, Felix menunjukkan performa yang cukup solid meskipun Chelsea sedang berada di titik terendah mereka. Dalam 20 pertandingan, dia mencetak empat gol dan menempati peringkat pertama di antara rekan-rekannya dalam hal jumlah gol per 90 menit serta peringkat kedua dalam hal take-ons sukses.
Namun, penampilan Felix tidak cukup untuk mengangkat performa tim secara keseluruhan, yang hanya memenangkan empat dari pertandingan yang dia mainkan. Felix juga memiliki catatan yang tidak terlalu mengesankan selama berada di Atletico Madrid, meskipun dia termasuk salah satu pencetak gol terbaik di klub tersebut.
Kritik terhadapnya sering kali menyebut Felix sebagai “pemain mewah” yang asyik ditonton namun belum terbukti mampu membuat perbedaan untuk memenangkan pertandingan-pertandingan penting.
Statistiknya menunjukkan bahwa dia kesulitan dalam pertandingan-pertandingan besar, dengan rekor yang buruk di final dan semifinal baik di level klub maupun di ajang internasional.
Dengan demikian, keputusan Chelsea untuk kembali merekrut Felix adalah sebuah pertaruhan. Jika Maresca berhasil memaksimalkan potensi Felix, transfer ini bisa menjadi langkah yang cerdas.
Namun, dengan persaingan ketat di skuad dan sejarah performa Felix yang inkonsisten, tantangan bagi Maresca semakin besar untuk menyenangkan semua pemainnya di skuad yang sangat gemuk.