Gilabola.com – Tottenham Hotspur mengalahkan Arsenal dalam derby London Utara pertama yang digelar di luar Inggris, berkat gol luar biasa Pape Matar Sarr dari jarak jauh yang menjadi momen penentu pertandingan.
Pertandingan yang berlangsung di depan 49.975 penonton—rekor untuk stadion tersebut—menjadi ajang uji coba berharga bagi kedua tim, memberikan gambaran awal tentang performa dan eksperimen taktik menjelang musim baru Premier League.
Gol Spektakuler Sarr dan David Raya yang Kembali Disorot
Gol tunggal pertandingan terjadi tepat sebelum jeda, saat Spurs berhasil merebut bola di tengah lapangan dan Sarr langsung melepaskan tendangan chip dari dekat garis tengah. Bola melambung melewati David Raya yang berdiri terlalu jauh dari garis gawang.
Ini bukan kali pertama Raya kebobolan dengan cara serupa; musim lalu, ia juga kecolongan oleh chip Jean-Philippe Mateta saat Arsenal melawan Crystal Palace.
Posisi tinggi yang diambil Raya adalah bagian dari instruksi Mikel Arteta untuk melibatkan sang kiper dalam build-up permainan. Namun, gaya ini kerap membuka celah ketika Arsenal kehilangan bola di area tengah.
Kreativitas dari Bola Mati: Arsenal dan Spurs Bereksperimen
Arsenal menunjukkan variasi baru dalam eksekusi sepak pojok. Lima pemain The Gunners berbaris di tepi kotak penalti saat mengambil corner pertama—tanda bahwa Nicolas Jover telah memperbarui strategi bola matinya setelah efektivitasnya menurun musim lalu, meski Arsenal masih mencetak 15 gol dari situasi ini.
Namun, kelemahan lama kembali terlihat: musim lalu Arsenal kebobolan 14 kali dari set-piece, dan kali ini Spurs nyaris mencetak gol dua kali lewat corner. Pedro Porro dan Mohammed Kudus masing-masing mengenai tiang gawang langsung dari sepak pojok. Richarlison bahkan gagal memanfaatkan rebound dari jarak dekat.
Spurs terlihat lebih solid dalam bertahan, baik dalam bola mati maupun permainan terbuka. Pelatih Thomas Frank mulai terlihat menanamkan idenya dengan cepat kepada tim barunya.
Perubahan Gaya Main Arsenal: Lebih Langsung dan Agresif
Arsenal tampak mengubah pendekatan mereka selama tur pramusim di Singapura dan Hong Kong. Jika musim lalu mereka kesulitan menembus pertahanan rendah dan mencetak 17 gol lebih sedikit dari Liverpool, kali ini mereka bermain lebih langsung dan agresif.
David Raya kerap mengirim bola panjang, bukan sekadar membangun dari belakang. Arsenal juga terlihat lebih rajin menembak: 23 kali melawan AC Milan, 15 kali kontra Newcastle, dan 16 kali saat melawan Spurs, meski kalah.
Arteta berharap intensitas dan volume serangan ini bisa menjadi pembeda musim ini. “Saya senang dengan sebagian besar yang kami tampilkan,” kata Arteta. “Tapi masih ada momen penting yang kurang—keputusan akhir yang mengubah arah pertandingan.”
Kembalinya Trio Kanan Andalan Arsenal
Kombinasi Ben White, Martin Odegaard, dan Bukayo Saka kembali hadir di sisi kanan setelah musim lalu sering terganggu cedera. Dalam sesi latihan terbuka di Stadion Kai Tak, ketiganya berlatih kombinasi umpan dan pergerakan, menyuplai bola ke Viktor Gyokeres.
White kerap melakukan overlap di luar Saka, membuka ruang dan memberikan opsi baru dalam serangan. Pola ini menjadi tumpuan Arsenal dalam menembus sisi kanan lawan.
Debut Viktor Gyokeres: Masih Butuh Waktu
Gyokeres tampil perdana sebagai pemain Arsenal di menit ke-77. Penyerang berusia 27 tahun ini berbeda dari Kai Havertz. Ia lebih fokus berada di kotak penalti dan menyambut umpan silang, bukan terlibat dalam build-up.
Ia mendapat dua peluang, termasuk sundulan dari sepak pojok, namun belum menunjukkan mengapa Arsenal bersedia membayar hingga £64 juta untuknya.
Arteta tetap optimis. “Saya senang mereka (Gyokeres dan bek baru Cristhian Mosquera) sudah memulai. Mereka membawa energi dan kualitas,” ujarnya. “Saat lawan Villarreal nanti, saya yakin akan berbeda.”
Kudus dan Odobert Tampil Mengesankan di Sayap
Meski Spurs lebih banyak ditekan, para pemain sayap mereka menunjukkan potensi besar. Kudus dan Wilson Odobert aktif menekan pertahanan Arsenal dan selalu mencoba duel satu lawan satu. Kudus bahkan nyaris mencetak gol dari sepak pojok.
Thomas Frank memuji penampilan Kudus usai pertandingan. “Kontrol bola dalam situasi sulit, kemampuan satu lawan satu, dan kontribusi defensifnya luar biasa,” kata Frank. “Ia bahkan melakukan recovery run dan merebut bola kembali—ia akan membuat banyak fans senang.”