Site icon Gilabola.com

Analisa Pertandingan Liverpool vs Manchester City, Semua Dampak dan Drama Yang Terjadi

Analisa pertandingan Liverpool vs Manchester City di Liga Inggris

Usai pertandingan yang berakhir imbang antara Liverpool vs Manchester City, ternyata ada banyak hal menarik yang wajib kamu ketahui, mulai dari perubahan peta persaingan gelar juara, The Reds yang merasa dicurangi wasit, hingga Kevin De Bruyne yang kesal dengan keputusan Pep Guardiola.

Alexis Mac Allister berhasil mencetak gol penalti di babak kedua saat Liverpool berhasil mengamankan satu poin penting dalam pertandingan Premier League melawan Manchester City yang berakhir imbang 1-1 di Anfield pada hari Minggu (10/3). Dengan hasil imbang ini, Arsenal naik ke puncak klasemen sementara Liga Inggris.

Liverpool kini berada di peringkat kedua klasemen, satu peringkat di atas Manchester City, dan dengan tersisa 10 pertandingan Liga Inggris, akan menarik untuk melihat dampak dari hasil pertandingan ini terhadap persaingan untuk gelar juara musim ini dalam tiga tim papan atas Premier League.

Apa Dampak Dari Hasil Imbang Liverpool vs Manchester City?

John Stones membawa tim tamu unggul dari serangan balik yang bagus dari situasi tendangan sudut, membalikkan bola ke gawang dari tendangan sudut Kevin De Bruyne ke tiang gawang.

Alexis Mac Allister kemudian menyamakan kedudukan untuk Liverpool tidak lama setelah babak kedua dimulai dari titik penalti, setelah Ederson menjatuhkan Darwin Núñez di area terlarang Manchester City.

Skuat Guardiola kemudian bertahan dari serangan pasukan Jurgen Klopp – yang total melepaskan 12 tembakan di babak kedua – dan sebuah ancaman dari VAR yang sempat menghantui di menit-menit terakhir, namun kedua tim akhirnya mengakhiri laga dengan hasil imbang 1-1.

Ini rasanya seperti dua poin yang terbuang bagi Liverpool, yang seharusnya bisa memberikan tekanan terhadap ambisi gelar Manchester City.

Saat ini, The Citizen masih menjadi favorit untuk memenangkan gelar dengan kemungkinan sebesar 45,9% menurut Opta, sementara peluang Liverpool sebesar 35,3%.

The Gunners adalah pihak yang paling diuntungkan dari hasil pertandingan antara Liverpool dan Manchester City, namun meski Arsenal saat ini berada di puncak klasemen, mereka hanya memiliki prosentase menjadi juara di akhir musim sebesar 18,8%.

Jika ini menjadi kali terakhir Jürgen Klopp dan Pep Guardiola bertemu di kompetisi sepak bola Inggris, maka mungkin ini adalah cara yang terbaik untuk mengakhiri rivalitas keduanya.

Tidak ada pemenang pada akhirnya, tetapi keduanya akan bangga dengan upaya tim mereka, dan ini akan bisa menjadi pertandingan Premier League yang akan selalu diingat dalam beberapa tahun mendatang.

Perebutan gelar juara Liga Inggris kini menjadi semakin seru dengan hanya satu poin yang memisahkan ketiga tim pesaing gelar juara.

Liverpool Merasa Layak Dapat Penalti

Biasanya, Manchester City pergi dari Anfield dengan keyakinan bahwa mereka menjadi korban keputusan wasit yang salah, tapi itu dulu.

Kali ini, giliran Liverpool yang merasa telah dirampok oleh wasit.

Pertandingan ini tidak hanya dianggap dramatis, tetapi juga kontroversial, dengan tekel Jeremy Doku terhadap Mac Allister di area penalti yang pada dasarnya merupakan pelanggaran beresiko tinggi.

Pendukung Liverpool menahan napas saat wasit video mempelajari insiden tersebut melalui layar VAR. Namun, wasit Michael Oliver akhirnya tidak memberikan hukuman apapun, dan beberapa detik kemudian, ia meniup peluit untuk mengakhiri pertandingan.

Sebenarnya agak sulit memahami keputusan wasit untuk tidak memberikan hadiah penalti bagi Liverpool, yang membuat kubu Manchester City merasa lega.

Karena jika penalti diberikan, itu bisa merubah arah pertandingan dan berpotensi membuat Liverpool memenangkan pertandingan.

Manajer Liverpool Klopp merasa marah dan tidak percaya, merasakan hal yang sama dengan Guardiola saat pertemuan sebelumnya di Anfield.

Klopp yakin itu seharusnya 100% penalti, ia yakin itu adalah pelanggaran dan seharusnya juga sudah diberikan kartu kuning.

Ia tidak mengerti mengapa orang-orang di ruang VAR menganggap itu bukan pelanggaran.

Konflik Pep Guardiola vs Kevin De Bruyne

Pertandingan antara Liverpool dan Manchester City adalah pertandingan sepak bola pemain kelas dunia. Para pemain berambisi menjadi pusat perhatian, dan mungkin bisa dimaklumi jika Kevin de Bruyne menunjukkan kekesalan saat digantikan oleh Mateo Kovacic pada menit ke-69.

Playmaker asal Belgia tersebut telah memberikan kontribusi besar dengan tendangan sudut yang menghasilkan gol pembuka dari John Stones. Meskipun digantikan, De Bruyne tetap memberikan ancaman bahkan beberapa saat sebelumnya.

Meskipun perasaan kekesalan De Bruyne terlihat melalui ekspresi dan gerakannya, tangan terentang dan ekspresi wajahnya di bangku cadangan, Pep Guardiola menyatakan bahwa kekesalan itu adalah hal yang baik, dan pemain tersebut dapat melampiaskannya di pertandingan berikutnya.

Guardiola menjelaskan bahwa timnya membutuhkan pemain yang dapat menguasai bola, dan Kovacic adalah pilihan yang baik dalam hal tersebut. Meskipun pemain sekelas De Bruyne mungkin merasa frustasi, kontribusinya untuk gol City menunjukkan kualitasnya yang tak terbantahkan.

De Bruyne telah terlibat dalam 13 gol dalam 12 penampilan untuk City hanya di tahun 2024 ini, dengan dua gol dan 11 assist, menjadi yang terbanyak dari semua pemain Premier League di semua kompetisi pada tahun ini.

Meskipun sempat absen selama empat bulan musim ini karena cedera hamstring, De Bruyne tetap menjadi aset penting bagi City. Kekecewaan dan ekspresi ngambeknya kemungkinan hanya bersifat sementara, dan dia diprediksi akan kembali memberikan kontribusi besar hingga akhir musim.

Pemain Akademi Liverpool Kembali Bersinar

Lima pemain belakang Liverpool dalam pertandingan ini terdiri dari tiga pemain yang berasal dari Akademi, yaitu Caoimhin Kelleher sebagai penjaga gawang, Conor Bradley di posisi bek kanan, dan Jarell Quansah yang bermain di posisi bek tengah bersama Virgil van Dijk.

Dengan Conor Bradley (20 tahun), Harvey Elliott (20 tahun), dan Jarell Quansah (21 tahun) semuanya menjadi starter, ini merupakan kali pertama Liverpool menurunkan tiga pemain berusia 21 tahun atau di bawahnya dalam starting XI Premier League melawan Manchester City sejak Maret 2015, ketika mereka menurunkan Raheem Sterling, Emre Can, dan Lazar Markovic.

Ketiganya tampil dengan baik dalam pertandingan tersebut. Kelleher menunjukkan penampilan yang solid dan tenang, melakukan penyelamatan penting dari serangan Phil Foden saat skor masih 1-1. Kemampuan Bradley untuk maju ke depan menjadi kunci saat Liverpool menemukan pijakan di babak pertama, setelah awal yang sulit.

Jarrel Quansah, yang baru enam kali menjadi starter di Premier League, juga menunjukkan performa yang mengesankan dengan berani menghadapi pemain-pemain seperti Erling Haaland, Kevin De Bruyne, dan lainnya.

Perubahan Peta Persaingan Gelar Juara Liga Inggris

Sang juara bertahan, Manchester City, masih belum terkalahkan dalam 21 pertandingan di semua kompetisi, dan saat ini mereka berada di peringkat ketiga dengan 63 poin.

Sementara itu, Arsenal naik ke puncak klasemen setelah meraih kemenangan 2-1 melawan Brentford pada hari Sabtu.

The Gunners memiliki jumlah poin yang sama dengan Liverpool di posisi kedua dengan 64 poin, dan keduanya hanya terpisahkan oleh selisih gol.

Dengan berakhirnya pertandingan pekan ke-28, persaingan gelar Premier League semakin ketat.

Hanya selisih satu poin yang memisahkan tiga tim teratas di klasemen Liga Inggris, di mana Arsenal menduduki puncak klasemen berdasarkan selisih gol dari Liverpool, dan Manchester City berada satu poin di belakang di posisi ketiga.

Liverpool akan menjamu Brighton & Hove Albion pada tanggal 31 Maret, beberapa jam sebelum Manchester City menghadapi Arsenal di Etihad Stadium.

Masih akan ada banyak kejutan dan perubahan posisi yang dapat terjadi di masa yang akan datang.

Exit mobile version