
Gilabola.com – Liverpool harus menelan kekalahan 0-3 dari Manchester City di Etihad Stadium, hasil yang membuat peluang mereka mempertahankan gelar juara Premier League semakin menipis.
Dengan jarak delapan poin dari Arsenal di puncak klasemen dan performa yang menurun, tim asuhan Arne Slot dinilai kehilangan keseimbangan di semua lini, terutama di sektor pertahanan yang kembali tampil rapuh.
Kekalahan tersebut sekaligus menegaskan bahwa Liverpool tengah berada dalam masa sulit. Performa yang tidak konsisten membuat mereka sulit bersaing dengan tim-tim papan atas, terutama menghadapi Arsenal yang sejauh ini hampir tak tersentuh.
Para pendukung Liverpool pun mulai pesimis melihat peluang timnya untuk mempertahankan gelar. Dengan 17 gol kebobolan hanya dalam 11 pertandingan, sulit membayangkan bagaimana mereka dapat menutup selisih poin yang semakin lebar.
Kerapuhan Pertahanan dan Kesalahan Koordinasi
Lini belakang Liverpool kembali menjadi masalah utama. Gol pembuka Manchester City mencerminkan buruknya komunikasi antara Virgil van Dijk dan Andy Robertson.
Dalam situasi bertahan, Van Dijk sempat terpaksa bergerak ke posisi bek kiri sementara Robertson menutup area tengah. Namun, saat keduanya mencoba kembali ke posisi semula, koordinasi itu justru berantakan.
Matheus Nunes yang berdiri bebas di sisi sayap dengan mudah mengirim umpan silang, dan Erling Haaland berhasil lepas dari kawalan Ibrahima Konate untuk mencetak gol pertama. Situasi tersebut memperlihatkan lemahnya respon pertahanan Liverpool terhadap pergerakan cepat City.
Sebelum itu, Konate juga hampir membuat kesalahan fatal saat terjadi insiden penalti. Giorgi Mamardashvili yang menggantikan Alisson sempat menebus blunder dengan menyelamatkan penalti Haaland. Namun, setelahnya, kesalahan demi kesalahan terus terjadi.
Pada gol kedua, Hugo Ekitike dinilai lambat menutup ruang tembak Nico Gonzalez yang akhirnya melepaskan tendangan keras dari luar kotak penalti. Sementara untuk gol ketiga, Jeremy Doku kembali memanfaatkan ruang bebas akibat lemahnya pressing Konate.
Krisis Performa dan Bayang-Bayang Masa Lalu
Pertahanan Liverpool yang longgar menunjukkan bahwa kemenangan atas Aston Villa dan Real Madrid sebelumnya belum cukup membuktikan bahwa mereka telah bangkit. Pola kebobolan yang sama juga terlihat saat menghadapi Chelsea, Manchester United, Brentford, dan Crystal Palace.
Statistik mencatat hanya Manchester United yang terlibat dalam pertandingan dengan jumlah gol lebih banyak musim ini. Namun, fakta itu bukanlah kebanggaan bagi Liverpool, karena justru menggambarkan betapa mudahnya mereka ditembus lawan.
Beberapa pihak menilai hasil mungkin akan berbeda jika sundulan Van Dijk yang sempat masuk tidak dianulir wasit. Namun, performa keseluruhan tim menunjukkan bahwa hasil akhir tetap pantas didapatkan oleh City.
Sejak era Jurgen Klopp, Liverpool pernah dikenal dengan gaya permainan menyerang yang penuh energi dan efisien. Kombinasi Salah, Mane, dan Firmino dulu mampu menutupi kelemahan di lini belakang. Kini, hanya Salah yang tersisa, sementara rekan-rekannya tak lagi memiliki ketajaman seperti dulu.
Salah, meski masih mencetak banyak gol musim lalu, dinilai sudah tidak setajam masa keemasannya. Di sisi lain, Hugo Ekitike yang sempat digadang sebagai bintang baru mulai menunjukkan tanda-tanda kehilangan kepercayaan diri. Florian Wirtz pun belum mampu menjawab ekspektasi besar yang dibebankan kepadanya.
Arne Slot dihadapkan pada pekerjaan berat selama jeda internasional ini. Dia dituntut untuk memperbaiki organisasi pertahanan dan mengembalikan soliditas tim. Jika tidak segera menemukan solusi, Liverpool terancam kehilangan posisi di zona Liga Champions.
