Arsenal Buat Taktik Thomas Frank Morat-Marit, Sudah Pasti Juara Premier League?

Gilabola.com – Arsenal tampil luar biasa saat menghancurkan Tottenham 4-1 di Emirates Stadium, dipimpin hattrick brilian Eberechi Eze dalam Derby London Utara. Performa gemilang The Gunners kembali menegaskan dominasi tim Mikel Arteta di papan atas Liga Inggris, sekaligus memperburuk tekanan pada pelatih Spurs, Thomas Frank.

Kemenangan telak ini bukan sekadar tiga poin bagi Arsenal. Laga ini menunjukkan kualitas kedalaman skuad, ketajaman taktik Arteta, sekaligus menyoroti betapa rapuhnya Tottenham di bawah Thomas Frank. Dengan performa seperti ini, Arsenal semakin kokoh sebagai kandidat utama juara Premier League musim 2025/26.

Arsenal Terlalu Perkasa, Tottenham Tak Berdaya

Arsenal tampil percaya diri sejak menit pertama. Setelah tekanan awal yang menghadirkan peluang Declan Rice, The Gunners meningkatkan intensitas hingga Tottenham tak memiliki ruang untuk berkembang. Pertahanan Spurs hancur lebur oleh kombinasi cepat Bukayo Saka, Jurrien Timber, dan lini tengah kreatif yang dipimpin Eze serta Mikel Merino.

Tottenham, yang mencoba mengusung sepak bola direct ala Thomas Frank, justru terlihat kehilangan arah. Guglielmo Vicario berkali-kali mengirim bola panjang yang tak menghasilkan apa pun selain kekecewaan. Dalam 45 menit pertama, Spurs bahkan tak mencatatkan satu pun tembakan ke gawang.

Taktik Spurs Terbongkar Sejak Awal

Salah satu masalah terbesar Tottenham adalah pengambilan keputusan gelandang bertahan mereka, Rodrigo Bentancur dan Joao Palhinha. Kedua pemain berkali-kali meninggalkan area tengah secara sia-sia untuk mengejar bola di sisi kanan, meninggalkan ruang kosong besar yang dimanfaatkan Arsenal tanpa ampun.

Dari celah inilah Merino memberi umpan jitu untuk Leandro Trossard, kemudian Eze menari di antara dua gelandang Spurs untuk mencetak gol indah yang memperlihatkan perbedaan IQ sepak bola kedua tim.

Mikel Merino Jadi Dinamo Baru Arsenal

Merino, yang digambarkan Thierry Henry sebagai “mimpi untuk seorang manajer”, menunjukkan fleksibilitas dan kecerdasan bermain yang membuatnya terus berkembang di bawah Arteta. Umpan-umpannya membuka pertahanan Tottenham berulang kali, menjadi akselerator bagi dominasi Arsenal.

Dengan performa seperti ini, sulit membayangkan Merino kembali keluar dari tim inti dalam waktu dekat.

Eberechi Eze: Hattrick, Skill, dan Sebuah Lubang Luka untuk Spurs

Eze—yang sebenarnya nyaris bergabung dengan Tottenham pada musim panas lalu—memberi jawaban paling telak di derby ini. Hattrick-nya terdiri dari kombinasi kontrol bola sempurna, kecepatan kaki, serta penyelesaian dari kanan dan kiri yang membuat Vicario tak berkutik.

Selain gol, momen Eze saat melakukan sprint bertahan dan memberi umpan berani kepada Rice menunjukkan mentalitas yang disukai Arteta. Ini pertandingan yang menandai dirinya sebagai bintang baru Arsenal.

Tottenham Kian Runtuh di Bawah Thomas Frank

Komentar Frank sebelum laga soal “controlled chaos” justru berubah menjadi kekacauan tanpa kendali. Spurs hanya mampu mencatat dua tembakan sepanjang pertandingan: sepakan lemah Xavi Simons dan gol individu fantastis Richarlison.

Gagal memotivasi pemain dalam derby terpenting musim ini memperbesar suara-suara yang meragukan masa depan Frank di London Utara. Kesalahan pola main—terlalu direct, miskin kreativitas, tak mampu keluar dari pressing—kian memperlihatkan ketidaksiapan struktur taktik Frank menghadapi laga besar.

Richarlison: Gol Spektakuler yang Tak Menyelamatkan Apa Pun

Richarlison memang mencetak gol indah, melambungkan bola secara presisi melewati David Raya setelah memanfaatkan sapuan lemah Martin Zubimendi. Namun kontribusi itu tak cukup menghapus kesalahan-kesalahan teknis lainnya yang terus mengganggu performa Spurs musim ini.

Kedalaman Skuad Arsenal Jadi Pembeda

Arsenal menang besar tanpa striker senilai Rp1,2 triliun dan tanpa gelandang serang Rp1,23 triliun mereka yang biasa mengisi peran No.9. Mereka juga tampil tanpa Martin Odegaard dan bek terbaik mereka, Gabriel.

Leandro Trossard dan Noni Madueke tetap memukau, sementara Myles Lewis-Skelly masuk sebagai cameo karena sulit menggeser Riccardo Calafiori yang sedang menanjak.

Kedalaman skuad ini menjadi bukti nyata kesempurnaan konstruksi tim hasil kerja Arteta bersama Andrea Berta.

Declan Rice, Pemain yang Tak Tergantikan

Rice kembali memimpin lini tengah Arsenal dengan kelas. Ia mencatat operan terbanyak, duel udara terbanyak, dan tekel terbanyak untuk timnya. Assist sederhana namun krusial ke Eze untuk gol pembuka menunjukkan kecerdasan bermain yang membuatnya berbeda dari gelandang Premier League lainnya.

Jika ada satu pemain yang Arsenal tak boleh kehilangan, itu adalah Rice.

Kombinasi Saka – Timber: Senjata Rahasia Arteta

Meski tak mencatat gol atau assist, Saka dan Timber menjadi kunci membuka pertahanan Spurs. Pergerakan mereka memancing Bentancur dan Palhinha keluar dari posisinya, menciptakan ruang bagi Eze dan Merino untuk menghancurkan Tottenham.

Kekuatan bertahan mereka di sisi kanan juga menutup peluang Spurs bangkit.

Penutup: Arsenal Menuju Gelar, Tottenham Dalam Krisis Identitas

Arsenal menunjukkan bahwa “proses” Arteta bukan slogan belaka. Mereka kini tampil sebagai tim paling dominan di Premier League, dengan struktur, kualitas, dan mentalitas juara. Jika tidak ada krisis cedera besar, gelar tampaknya tinggal menunggu waktu.

Tottenham sebaliknya berada di fase awal proyek yang terlihat semakin goyah. Kekalahan memalukan dari rival abadi membuat masa depan Thomas Frank semakin gelap.

SebelumnyaHattrick Eberechi Eze Bikin Jamie Carragher Harus Minta Maaf Sudah Mengkritiknya
SelanjutnyaThierry Henry Nilai Posisi Martin Odegaard Tak Lagi Aman setelah Performa Eberechi Eze