Arsenal Gugup di Puncak Klasemen, Ancaman Terbesar Justru Datang dari Dalam

Gilabola.comArsenal masih memimpin klasemen Liga Inggris, berada di puncak grup Liga Champions, dan melaju ke semifinal Carabao Cup, tetapi performa beberapa pekan terakhir menunjukkan gejala kegugupan, tekanan mental yang meningkat, serta kesulitan menutup laga dengan meyakinkan, kondisi yang dinilai bisa menjadi ancaman terbesar dalam upaya meraih gelar Liga Inggris pertama dalam lebih dari 20 tahun.

Secara posisi, musim ini seharusnya menjadi momen yang dinikmati penuh oleh Arsenal. Tim asuhan Mikel Arteta berada di situasi yang selama ini mereka kejar, yakni unggul dalam perburuan trofi domestik dan Eropa secara bersamaan.

INFO TERKAIT

Ingin tahu rivalitas Premier League? Dapatkan update berita Liga Inggris terbaru.

Namun di balik posisi tersebut, muncul perasaan tidak nyaman yang semakin terasa. Arsenal tetap berada di jalur juara, tetapi permainan mereka memperlihatkan ketegangan yang sulit disembunyikan.

Dalam persaingan tiga tim menuju gelar, Arsenal justru tampak paling terbebani. Keraguan terlihat baik di lapangan maupun di tribun, menciptakan suasana yang saling memengaruhi antara pemain dan pendukung.

Aston Villa akan datang ke Emirates dengan modal 11 kemenangan beruntun. Sementara itu, Manchester City terlihat lebih tenang karena pengalaman panjang mereka dalam situasi perebutan gelar.

Tekanan itu kian terasa karena Arsenal sering gagal mempertahankan keunggulan dengan nyaman. Keunggulan dua gol yang sempat diraih beberapa kali berubah menjadi akhir laga yang menegangkan.

Tekanan Mental di Balik Kemenangan

Dalam laga melawan Brighton, Arsenal sempat unggul 2-0 dan terlihat mengontrol pertandingan. Namun situasi berubah drastis hingga kiper David Raya harus melakukan penyelamatan krusial demi memastikan kemenangan 2-1.

Situasi serupa terjadi saat menghadapi Wolves dan Crystal Palace. Arsenal kehilangan kendali, membiarkan lawan bangkit, sebelum akhirnya menang lewat gol bunuh diri di menit akhir dan adu penalti.

Data expected goals menunjukkan Arsenal konsisten menciptakan peluang lebih banyak dari gol yang dihasilkan. Ketidakseimbangan ini memperkuat anggapan bahwa masalah utama bukan kualitas, melainkan keberanian bermain lepas.

Catatan tiga musim terakhir sebagai runner-up turut memperberat situasi. Setiap kegagalan sebelumnya menumpuk menjadi tekanan tambahan yang kini memengaruhi pengambilan keputusan di lapangan.

Musim ini disebut-sebut sebagai kesempatan terbaik Arsenal. Ekspektasi itu tidak hanya datang dari media dan publik, tetapi juga tumbuh di internal klub dan ruang ganti.

Beban Ekspektasi dan Peran Arteta

Arsenal tidak lagi dipandang sebagai penantang kejutan seperti musim 2022/2023. Kini mereka dilabeli sebagai tim mapan dengan belanja besar dan tuntutan untuk menang.

Mikel Arteta dinilai lebih tenang di sisi lapangan musim ini. Namun ketenangan tersebut belum sepenuhnya mampu meredam kecemasan yang merayap ke performa pemain.

Tekanan itu juga tampak memengaruhi Viktor Gyokeres. Penyerang bernilai Rp 1,5 Triliun tersebut direkrut untuk menjadi pembeda, tetapi terlihat belum sepenuhnya bebas dalam mengekspresikan permainannya.

Rekor Arsenal melawan Aston Villa di bawah Unai Emery turut menambah beban psikologis. Musim lalu, keunggulan 2-0 di Emirates berubah menjadi hasil imbang 2-2.

Pada musim sebelumnya, kekalahan 0-2 dari Villa pada April menjadi salah satu momen yang meruntuhkan harapan gelar. Ingatan tersebut masih membekas kuat.

Arsenal memiliki skuad yang dalam dan berkualitas. Namun kualitas itu hanya akan bermakna jika mampu diwujudkan dalam gelar juara, bukan sekadar dominasi statistik.

Pendapat Kami:

Arsenal sebenarnya tidak kekurangan apa pun secara teknis, tetapi ketakutan gagal justru terlihat lebih berbahaya dibandingkan lawan mana pun. Jika tekanan ini tidak dilepaskan, keunggulan posisi bisa berubah menjadi beban yang menjerat langkah mereka sendiri.