Arsenal Hadapi Misi Mustahil di Liga Champions! Bisakah Arteta Hindari Kutukan Eropa?

Gilabola.com – Arsenal kembali beraksi di panggung Liga Champions pada tengah pekan ini, bertandang ke markas PSV Eindhoven di babak 16 besar. Ini adalah tahun ketiga berturut-turut The Gunners bertemu dengan tim asal Belanda tersebut.

Namun, sejarah membuktikan bahwa Arsenal sering kali gagal melangkah jauh di kompetisi Eropa. Musim ini, mereka berpotensi menghadapi Real Madrid atau Atlético Madrid di perempat final, lawan yang jelas tidak akan mudah ditaklukkan—terutama dengan kondisi skuad yang sedang mengalami berbagai kekurangan.

Namun, trofi Liga Champions adalah satu-satunya harapan Arsenal musim ini. Jika mereka ingin mengakhiri musim dengan kejayaan, mereka harus belajar dari kegagalan masa lalu.

Kutukan Arsenal di Kompetisi Eropa

Mikel Arteta mengambil alih Arsenal dari Unai Emery, pelatih spesialis kompetisi Eropa yang sukses meraih tiga trofi Liga Europa bersama Sevilla. Emery bahkan hampir mempersembahkan gelar keempat untuk Arsenal pada 2019, sebelum akhirnya dipecat.

Sayangnya, perjalanan Arteta di Eropa juga tidak lebih baik. Arsenal tersingkir di babak 32 besar Liga Europa oleh Olympiakos pada 2020, dan musim berikutnya mereka kembali gagal setelah dikalahkan oleh Villarreal yang… dilatih oleh Unai Emery!

Kesalahan besar Arteta di leg pertama? Memainkan Emile Smith Rowe sebagai false nine alih-alih mengandalkan Pierre-Emerick Aubameyang. Arsenal kalah 2-1, dan di leg kedua mereka gagal mencetak gol di Emirates—membuat mereka tersingkir dengan memalukan.

Rekor buruk ini terus menghantui Arteta hingga kini: Arsenal sering gagal tampil baik di laga kandang dalam fase gugur kompetisi Eropa.

Musim 2022/23 seharusnya menjadi titik balik Arsenal. Mereka nyaris meraih gelar Premier League, tetapi juga punya peluang besar di Liga Europa. Sayangnya, semuanya hancur di tangan Sporting CP. Arsenal hanya bermain 2-2 di leg pertama di Portugal.

Xhaka mencetak gol lebih dulu di Emirates, tetapi Arsenal gagal mempertahankan keunggulan. Pedro Gonçalves mencetak gol spektakuler dari tengah lapangan! Arsenal akhirnya kalah dalam adu penalti, dengan Gabriel Martinelli sebagai eksekutor yang gagal.

Tidak hanya tersingkir, Arsenal juga kehilangan dua pemain kunci: William Saliba dan Takehiro Tomiyasu cedera panjang, yang berdampak pada peluang mereka di liga.

Musim lalu, Arsenal kembali ke Liga Champions untuk pertama kalinya sejak era Arsène Wenger. Mereka tampil dominan di fase grup, termasuk mengalahkan PSV 4-0 dan menghabisi Lens 6-0. Namun, di babak perempat final, mereka kembali dihantui kutukan Eropa.

Bayern Munich, yang sedang mengalami krisis di Bundesliga, tetap terlalu kuat bagi Arsenal. Leroy Sane merusak pertahanan Arsenal, membuat Jakub Kiwior tak berdaya. Joshua Kimmich mencetak gol kemenangan di leg kedua dan mengakhiri perjalanan Arsenal.

Masalah utama? Arsenal masih bergantung pada sisi kanan dalam membangun serangan, tetapi Martinelli tidak bisa memberikan dampak di sisi kiri.

Harapan Arsenal: Bisakah Arteta Mengubah Nasib?

Arsenal harus belajar dari kesalahan mereka. Kehilangan momentum di laga kandang adalah hukuman mati dalam kompetisi Eropa.

PSV mungkin bukan lawan seberat Bayern atau Real Madrid, tetapi mereka bisa menjadi batu sandungan jika Arsenal tidak bermain maksimal. Arteta harus lebih fleksibel dalam taktiknya dan tidak memaksakan strategi yang mudah ditebak.

Jika Arsenal bisa melewati PSV dan mengatasi kutukan di kompetisi Eropa, mereka bisa bermimpi untuk meraih kejayaan di Liga Champions. Tapi jika tidak? Sejarah bisa kembali berulang!