Site icon Gilabola.com

Berakhirnya Kisah Sang Legenda Leicester City, Jamie Vardy: Dari Non-Liga ke Raja Premier League

Jamie Vardy legenda Leicester City

Gilabola.com – Jamie Vardy resmi akan meninggalkan Leicester City setelah 13 tahun pengabdian yang penuh warna, menandai berakhirnya era kejayaan yang tak terlupakan bersama sang juara 5000-1 Premier League.

Dia menutup perjalanannya dengan cara yang khas ala Jamie Vardy. Hanya dua hari setelah menyebut musim Leicester sebagai “pertunjukan memalukan yang menyedihkan”, datang konfirmasi bahwa musim ini akan menjadi yang terakhir baginya bersama klub.

Namun, terpuruknya Leicester dengan dua kali degradasi dalam tiga tahun terakhir tak mampu menodai perjalanan luar biasa yang telah ia ukir sejak 2012. “Kami telah melakukan sesuatu yang mustahil,” kata Vardy.

Dari Non-Liga ke Legenda Liga Inggris

Vardy adalah simbol keajaiban sepak bola modern. Diboyong dari klub non-liga Fleetwood Town seharga £1 juta pada 2012, ia datang ke Leicester sebagai striker biasa, namun kemudian menjadi bintang tak tergantikan.

Ia mencetak 24 gol dalam musim 2015-16—musim penuh keajaiban ketika Leicester City, tim yang dijagokan untuk degradasi, justru keluar sebagai juara Premier League.

Musim itu, ia mencetak rekor mencetak gol dalam 11 pertandingan berturut-turut, dan menjadi Premier League Player of the Season.

Kombinasi kecepatannya yang mematikan, penyelesaian akhir yang tajam, dan semangat bermain tanpa kenal lelah membuatnya menjadi momok bagi pertahanan lawan.

Leicester menyebutnya sebagai pemain terbaik sepanjang masa mereka, dan tak ada yang bisa menyangkalnya.

Ia menjadi wajah dari kisah keajaiban yang dipimpin oleh Claudio Ranieri, dan tetap setia di saat rekan-rekannya seperti N’Golo Kanté, Riyad Mahrez, dan Danny Drinkwater memilih pergi.

Bukan Sekadar Satu Musim Kejayaan

Vardy terus mencetak sejarah bahkan setelah musim keemasan itu usai. Ia mengoleksi 143 gol di Premier League, menempati peringkat ke-15 sepanjang masa. Ia meraih Sepatu Emas musim 2019-20 dengan 23 gol pada usia 33 tahun, menjadikannya top skor tertua dalam sejarah Premier League.

Namun bukan hanya statistik yang membuat Vardy spesial, melainkan juga karakternya. Ia suka memprovokasi fans lawan, merobek bendera sudut lapangan, hingga mengejek fans Crystal Palace dengan gerakan mengepakkan tangan seperti elang. Ia tetap jadi pusat perhatian di mana pun ia bermain—sosok nakal tapi dicintai.

Tutup Cerita di Tengah Kemunduran Leicester

Setelah memenangkan Piala FA pada 2021, menjadi pemain pertama yang tampil dari babak kualifikasi hingga final, Vardy tetap bersama Leicester saat mereka terdegradasi pada 2023. Kini di usia 38 tahun, ia memimpin tim kembali ke Premier League dengan torehan 18 gol di Championship.

Sayangnya, akhir kariernya bersama Leicester tak seindah dongeng sebelumnya. Hanya tiga gol dan tujuh gol dalam dua musim terakhir di Premier League menjadi sinyal bahwa sang bintang mulai meredup.

Namun Vardy tidak pensiun. Ia menyimpan ambisi untuk terus bermain, meski peluang bertahan di Premier League tampaknya kecil.

Pertandingan melawan Ipswich pada 18 Mei nanti akan menjadi momen perpisahan di King Power Stadium.

Dan laga kontra Bournemouth di pekan terakhir musim ini akan menjadi penampilan terakhirnya di Premier League—menutup lembaran emas terakhir dari kisah Leicester City 2015-16.

Vardy adalah bagian terakhir dari tim ajaib itu. Dan ketika dia pergi, sebuah era benar-benar berakhir. Tapi, seperti yang dia katakan: “Kenangan itu akan abadi sepanjang hidup saya.”

Exit mobile version