Kasus hukum antara Premier League dan Manchester City yang akan segera dimulai diperkirakan dapat membawa konsekuensi keuangan yang besar bagi Liga, bahkan jika mereka memenangkan kasus tersebut.
Hal ini berkaitan dengan pengalaman Premier League sebelumnya dalam menangani kasus serupa, khususnya dengan Everton, yang memberikan pelajaran berharga tentang besarnya biaya hukum yang harus ditanggung.
Dalam kasus sebelumnya, Premier League berhasil menuntut Everton atas pelanggaran aturan Profit and Sustainability Rules (PSR) yang menyebabkan pengurangan poin bagi klub tersebut.
Namun, meskipun Premier League memenangkan kasus tersebut, mereka hanya menerima ganti rugi sebesar Rp 35 Milyar dari total biaya hukum yang diajukan sebesar Rp 100 Milyar. Putusan ini memberikan gambaran tentang tantangan finansial yang mungkin akan dihadapi oleh Liga Premier dalam kasusnya melawan Manchester City.
Kasus Manchester City melibatkan investigasi yang jauh lebih kompleks dan memakan waktu dibandingkan dengan kasus Everton. Proses hukum yang sedang berlangsung ini melibatkan berbagai pihak dan penasihat hukum yang telah bekerja tanpa henti untuk menanggapi berbagai keberatan yang diajukan oleh City.
Pihak Premier League juga telah menghabiskan waktu yang cukup lama untuk mempersiapkan sidang ini, yang akan dilakukan secara tertutup pada akhir bulan ini.
Jika merujuk pada kasus Everton, biaya hukum yang sangat besar bisa saja terulang kembali dalam kasus Manchester City. Premier League tidak hanya harus menghadapi tantangan hukum yang lebih rumit, tetapi juga harus siap menanggung risiko finansial yang signifikan.
Everton berhasil membuktikan bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas sebagian besar biaya yang diajukan oleh Premier League, dan ini bisa menjadi preseden yang mengkhawatirkan bagi kasus Manchester City.
Penasihat Premier League, Jason Pobjoy, sebelumnya berpendapat bahwa perilaku Everton yang dianggap tidak masuk akal selama proses hukum telah meningkatkan biaya yang harus dikeluarkan oleh Liga.
Namun, dewan banding menolak argumen ini, dan hanya memberikan kompensasi yang jauh lebih kecil dari yang diminta. Hal ini menunjukkan bahwa Premier League harus lebih berhati-hati dalam mengelola biaya hukumnya, terutama dalam kasus-kasus besar seperti yang melibatkan Manchester City.
Kasus Manchester City juga dapat mempengaruhi distribusi dana dari hak siar dan pendapatan komersial yang diterima oleh klub-klub Premier League lainnya. Biaya hukum yang besar akan dipotong dari dana tersebut, yang berarti bahwa setiap klub di liga akan terkena dampaknya, terlepas dari hasil akhir kasus ini. Hal ini menambah tekanan bagi Premier League untuk memenangkan kasus ini dengan seefisien mungkin dari segi biaya.
Dengan kasus ini yang melibatkan pelanggaran aturan PSR yang lebih kompleks, Premier League harus menghadapi kenyataan bahwa mereka mungkin akan mengeluarkan biaya yang jauh lebih besar dari yang diperkirakan.
Meskipun demikian, hasil akhir kasus ini masih belum bisa dipastikan, dan Premier League harus bersiap menghadapi segala kemungkinan, termasuk kerugian finansial yang sangat besar.