
Gilabola.com – Nottingham Forest kembali gagal meraih tiga poin di Premier League setelah takluk 0-2 dari Bournemouth, dalam laga yang memperlihatkan betapa jauhnya kualitas dan intensitas antara kedua tim.
Dari blunder fatal Matz Sels, lemahnya lini serang, hingga tantangan besar bagi pelatih baru Sean Dyche, pertandingan ini jadi cermin jelas dari situasi genting The Tricky Trees di zona degradasi.
Awal Buruk di Era Sean Dyche
Pertandingan ini adalah debut Sean Dyche di Premier League bersama Nottingham Forest, dan ironisnya, ia kembali ke pantai selatan—tempat ia sebelumnya menelan kekalahan terakhir saat masih menukangi Everton.
Sayangnya, tidak ada kisah manis kali ini. Bournemouth tampil buas sejak awal, mencetak dua gol di babak pertama lewat Marcus Tavernier dan Eli Junior Kroupi.
Gol pertama lahir dari kesalahan fatal Matz Sels yang salah mengantisipasi arah bola dari sepak pojok Tavernier hingga langsung masuk ke gawang. Tak lama, Kroupi menambah penderitaan Forest dengan penyelesaian tajam yang menegaskan dominasi The Cherries.
Tim tuan rumah tampil dengan intensitas luar biasa di bawah arahan Andoni Iraola. Tekanan konstan mereka di babak pertama membuat Forest kewalahan, dan meski permainan lebih terkendali setelah jeda, Bournemouth tetap memegang kendali.
Forest berusaha bangkit, mencoba menciptakan peluang, tetapi tanpa arah dan energi yang cukup untuk menembus pertahanan solid lawan. Kekalahan ini membuat Bournemouth naik ke posisi dua klasemen di bawah Arsenal, sementara Forest terpuruk di urutan ke-18.
Efek Kelelahan Usai Laga Eropa
Beberapa hari sebelumnya, Nottingham Forest baru saja meraih kemenangan di Liga Europa atas Porto. Namun, rasa percaya diri itu menguap begitu saja di Premier League.
Dyche tampaknya belum menemukan keseimbangan antara laga Eropa dan liga domestik—tantangan yang sering dihadapi tim dengan jadwal padat. Forest terlihat kelelahan, kehilangan intensitas, dan kalah telak dalam duel fisik melawan Bournemouth yang tampil segar dan bersemangat.
Meski skuad mereka kini lebih dalam setelah belanja besar di musim panas, Dyche memilih hanya melakukan satu perubahan dari laga sebelumnya. Keputusan itu menunjukkan pendekatan berbeda dari pendahulunya, Ange Postecoglou, yang kerap melakukan rotasi.
Dyche tampaknya ingin membangun stabilitas dan kerja sama yang konsisten antar pemain, bahkan jika itu berarti mengorbankan energi segar di beberapa posisi.
Stabilitas vs Hasil Instan
Dengan hanya mengganti Nicolo Savona menggantikan Oleksandr Zinchenko, Dyche tampaknya mengutamakan kesinambungan. Ia ingin menumbuhkan chemistry di antara para pemain, terutama di lini belakang dan duet tengah antara Elliot Anderson dan Douglas Luiz.
Mungkin keputusan ini belum berbuah hasil, tetapi Dyche tampak berusaha menanam pondasi jangka panjang. Ia kini memiliki dukungan finansial dan skuad berkualitas—sesuatu yang tidak selalu ia dapatkan di Burnley atau Everton.
Namun, pertanyaannya, apakah stabilitas ini cukup untuk membawa Forest keluar dari keterpurukan? Atau justru butuh gebrakan lebih besar agar hasil segera membaik?
Krisis di Dua Kotak Penalti
Kelemahan Forest kini terlihat di kedua ujung lapangan. Setelah kemenangan atas Porto, publik disodori statistik mengejutkan: itu adalah clean sheet pertama mereka dalam 20 pertandingan, terakhir kali terjadi pada April lalu melawan Manchester United.
Namun melawan Bournemouth, kebobolan kembali terjadi akibat kesalahan individu. Total, mereka sudah kebobolan tujuh gol dari situasi bola mati musim ini—angka yang kontras dengan solidnya pertahanan era Nuno Espirito Santo.
Di sisi lain, lini depan juga mandul. Dalam lima laga Premier League di bawah Postecoglou, Forest hanya mencetak satu gol—itu pun saat imbang 1-1 melawan Burnley. Hingga kini, mereka menjadi tim paling sedikit mencetak gol (5 gol), bahkan di bawah Wolves dan West Ham yang sudah mencetak tujuh.
Padahal, pemilik klub telah menggelontorkan dana besar untuk memperkuat lini serang setelah kepergian Anthony Elanga. Namun dengan Chris Wood masih cedera dan dua gol terakhir di Liga Europa berasal dari penalti, efektivitas serangan tampak masih jauh dari harapan.
Dyche tampaknya akan lebih dulu memperkuat pertahanan sebelum menghidupkan kembali daya serang timnya, meski sebagian besar pemain sebenarnya lebih cocok untuk sepak bola menyerang.
Elliot Anderson: Barometer Performa Forest
Salah satu sedikit sinar dalam kegelapan Forest musim ini adalah Elliot Anderson. Gelandang berusia 22 tahun itu tampil mengesankan hingga dipanggil ke timnas Inggris senior dan dipuji langsung oleh Thomas Tuchel.
Namun, performanya yang belakangan menurun menunjukkan ada masalah sistemik di tim. Anderson tidak sedang bermain buruk, tapi kehilangan dukungan dan keseimbangan di sekitarnya membuat pengaruhnya berkurang.
Ia dan Morgan Gibbs-White kini menjadi tumpuan utama untuk mengangkat moral dan performa Forest. Tanggung jawab besar menanti dua pemain muda ini agar tidak ikut tenggelam bersama performa tim yang kian menurun.
Dyche kini punya satu minggu penuh di tempat latihan untuk memperbaiki semuanya sebelum Forest menjamu Manchester United di City Ground akhir pekan nanti. Tantangan besar menanti—bukan hanya untuk mempertahankan posisinya, tetapi juga untuk mengembalikan kepercayaan diri The Tricky Trees.
