Bruno Dijual Rp 2,2 Triliun, Solusi atau Sumber Masalah Baru untuk Manchester United?

Gilabola.comBruno Fernandes, kapten Manchester United, tengah berada di persimpangan penting yang bisa menentukan arah masa depannya dalam waktu dekat.

Di sisi pribadi, peluang pindah ke Liga Pro Saudi menjanjikan keuntungan finansial luar biasa—jumlah yang cukup untuk menjamin masa depan keluarganya selama beberapa generasi.

Namun, jika ia benar-benar memilih untuk hijrah ke Timur Tengah, ada harga mahal yang menyertainya, yakni kemungkinan menutup pintu untuk meraih trofi-trofi besar di level tertinggi sepak bola Eropa.

Kondisi ini mengingatkan pada pengalaman Jordan Henderson yang sempat menjajal Liga Pro Saudi namun akhirnya memilih kembali ke Eropa. Namun, situasi Bruno tampaknya berbeda.

Banyak yang merasa jika dia sudah berangkat ke sana, maka dia akan menetap untuk waktu yang lama. Ukuran keputusan ini bagi Bruno memang besar, tetapi untuk Manchester United, pengaruhnya jauh lebih luas.

Musim ini United baru saja menjalani salah satu musim Premier League terburuk mereka sepanjang sejarah. Tim terlihat retak di banyak sisi, dan pelatih baru Ruben Amorim diyakini akan segera memulai “operasi jantung terbuka” yang pernah didiagnosis oleh Ralf Rangnick saat masih menjabat.

Dalam kekacauan seperti itu, muncul ide dari pihak klub untuk bersedia melepas Bruno Fernandes dengan nilai sekitar Rp 2,2 Triliun di tengah minat transfer dari Arab Saudi.

Sosok Tak Tergantikan di Tengah Kegagalan

Rencana menjual Bruno bukan karena sang pemain memaksa keluar. Sejauh ini, dia selalu menyatakan komitmennya untuk bertahan selama klub masih menginginkannya. Tapi tawaran fantastis dari klub Saudi tersebut membuat United mulai mempertimbangkan langkah besar itu.

Yang menjadi pertanyaan, apakah benar uang Rp 2,2 Triliun sebanding dengan kontribusi Bruno? Musim ini, dia adalah pemain paling kreatif sekaligus pencetak peluang terbanyak dalam skuad.

Dia menjadi ancaman utama dalam urusan gol dan motor penggerak serangan. Jika pemain seperti ini diambil dari skuad, sebagian pengamat menilai tim bisa-bisa menjadi kandidat degradasi.

Pertanyaannya semakin rumit: apakah dengan dana sebesar itu United bisa menemukan pengganti yang sepadan? Entah itu Rp 1,1 Triliun, Rp 2,2 Triliun, atau bahkan dua kali lipat, performa dan konsistensi Bruno dinilai tidak mudah dicari ulang.

Dia adalah satu-satunya elemen dalam tim yang masih bekerja dengan baik, dan bahkan tidak pernah absen karena cedera, sementara bagian lain seakan menanti untuk direnovasi besar-besaran.

Keputusan melepasnya akan menjadi taruhan besar—bukan hanya untuk keseimbangan skuad, tapi juga bagi masa depan Ruben Amorim sebagai pelatih. Tekanan terhadapnya akan meningkat tajam jika andalan utama tim dilepas saat fondasi belum kuat.

Apalagi, klub saat ini tidak berlaga di Liga Champions dan terus menunjukkan tren penurunan selama lebih dari satu dekade. Dalam lanskap sepak bola seperti ini, mempertahankan pemain kunci semacam Bruno menjadi persoalan lebih dari sekadar nominal transfer.