Site icon Gilabola.com

Catatan Kelam Konate Saat Bertemu Calvert-Lewin dan Kritik Keras Gary Neville

Ibrahima Konate di laga Liverpool vs Brighton

Gilabola.comIbrahima Konate kembali menghadapi ujian berat jelang pertemuan terbaru dengan Dominic Calvert-Lewin, setelah sejumlah duel sebelumnya meninggalkan catatan buruk, termasuk kesalahan fatal, kekalahan penting Liverpool, serta kritik tajam dari Gary Neville yang menilai bek asal Prancis tersebut kalah secara fisik dan mental dalam momen-momen krusial.

Konate diyakini berharap hasil berbeda ketika kembali berhadapan dengan Calvert-Lewin pekan ini. Namun, kenangan dari pertemuan terakhir jelas belum sepenuhnya hilang, terutama setelah kontribusi negatif yang berujung pada hasil mengecewakan bagi Liverpool.

INFO TERKAIT

Ingin tahu rivalitas Premier League? Dapatkan update berita Liga Inggris terbaru.

Dalam laga melawan Leeds di Elland Road awal bulan ini, Konate dinilai melakukan pelanggaran yang berujung penalti. Dominic Calvert-Lewin sukses mengeksekusi penalti tersebut dan memangkas keunggulan Liverpool yang sebelumnya unggul dua gol.

Setelah gol tersebut, permainan Liverpool dinilai kehilangan kendali. Leeds mampu menyamakan kedudukan, lalu Liverpool sempat kembali unggul melalui Dominik Szoboszlai, sebelum akhirnya kembali kebobolan di menit akhir dan harus puas berbagi poin.

Hasil tersebut menambah daftar momen sulit Konate, apalagi situasi pasca pertandingan juga diwarnai ketegangan internal yang melibatkan Mohamed Salah. Semua itu membuat laga tersebut semakin membekas dalam ingatan publik Anfield.

Konate sejatinya memiliki kesempatan memperbaiki citra ketika Leeds dijadwalkan bertandang ke Anfield pada Hari Tahun Baru. Namun, bukan hanya laga itu yang terus membayangi, karena ada kisah lama yang jauh lebih menyakitkan.

Kenangan Buruk di Goodison Park

Pada April 2024, ketika Dominic Calvert-Lewin masih berseragam Everton, Konate menjalani malam yang sulit di Goodison Park. Liverpool kalah 2-0, sebuah hasil yang sangat merugikan dalam perebutan gelar pada fase akhir kepelatihan Jurgen Klopp.

Di laga tersebut, Calvert-Lewin menjadi lawan paling menyulitkan bagi Konate. Setelah mencetak gol kedua Everton lewat sundulan dari situasi sepak pojok, Konate ditarik keluar hanya beberapa menit kemudian dan digantikan Jarell Quansah.

Gary Neville, yang bertugas sebagai komentator, menilai Calvert-Lewin berada dalam kondisi terbaiknya saat itu. Menurut dia, sang striker mampu mendominasi duel fisik dan membuat para bek tengah kehilangan kenyamanan, termasuk Konate yang dikenal bertubuh besar.

Neville juga menilai bahwa Liverpool kesulitan menghadapi duel udara, sebuah aspek yang menjadi kekuatan utama Everton. Dia menganggap Calvert-Lewin unggul dalam timing lompatan dan agresivitas, sehingga terus menekan lini belakang Liverpool.

Penilaian tersebut berlanjut setelah pertandingan. Dalam analisis lanjutan, Neville menilai Liverpool kalah secara fisik di kedua kotak penalti, baik saat bertahan maupun menyerang, dan Konate disebut sebagai salah satu contoh paling jelas dari masalah tersebut.

Dia mengaku terkejut karena sebelumnya menilai Konate adalah pasangan ideal bagi Virgil van Dijk. Namun di lapangan, Konate dinilai mudah terdorong, terganggu, dan gagal menunjukkan dominasi yang diharapkan.

Tekanan Musim yang Belum Mereda

Performa Konate sepanjang musim ini juga belum sepenuhnya meyakinkan. Sejumlah penampilan dinilai tidak membantu meredakan kekecewaan sebagian pendukung, terlebih di tengah situasi kontraknya yang terus mendekati masa akhir.

Masalah Liverpool dalam bertahan dari situasi bola mati semakin memperberat sorotan. Catatan mereka disebut sebagai salah satu yang terburuk di antara liga-liga top Eropa, sebuah fakta yang membuat peran Konate semakin krusial.

Duel berikutnya melawan Calvert-Lewin menjadi kesempatan penting bagi Konate untuk mengubah narasi. Keberhasilan meredam striker tersebut setidaknya bisa menjadi langkah awal memperbaiki kepercayaan publik dan stabilitas lini belakang.

Pendapat Kami:

Konate masih punya kualitas besar, tetapi duel melawan Calvert-Lewin menunjukkan bahwa kekuatan fisik saja tidak cukup tanpa ketenangan dan konsistensi. Jika dia ingin benar-benar menjadi bek utama jangka panjang, pembuktian di laga-laga seperti ini tidak lagi bisa ditunda.

Exit mobile version