Gilabola.com – Manchester United tampaknya akan memulai musim baru dengan kekuatan serangan yang sangat berbeda setelah perombakan besar-besaran.
Klub ini diperkirakan menggelontorkan lebih dari Rp 4,4 Triliun di bursa transfer musim panas ini, termasuk kedatangan Benjamin Sesko, Bryan Mbeumo, dan Matheus Cunha.
Perubahan ini terasa drastis jika dibandingkan beberapa bulan lalu ketika Sir Jim Ratcliffe pernah menyebut bahwa klub berpotensi bangkrut sebelum Natal tanpa langkah penghematan yang signifikan.
Musim lalu, seluruh skuad Manchester United hanya mampu mencetak 49 gol di Premier League, catatan terburuk mereka sepanjang sejarah kompetisi tersebut.
Namun, trio anyar yang akan menghuni lini depan ini berhasil mengoleksi total 48 gol pada musim sebelumnya bersama klub masing-masing. Angka itu bahkan melampaui torehan 46 gol yang dicetak trio Liverpool — Firmino, Mane, dan Salah — saat meraih gelar juara pada 2020.
Strategi Finansial yang Rapi
Ratcliffe sebelumnya mengakui bahwa klub harus memangkas biaya besar, mulai dari pemutusan hubungan kerja terhadap 450 staf hingga penghapusan fasilitas makan siang gratis.
Namun, di balik itu, manajemen menggunakan strategi pembayaran transfer secara bertahap sehingga dampak langsung di neraca keuangan lebih kecil dan tetap berada dalam batasan Profit and Sustainability Rules (PSR).
Transfer Cunha dilakukan sebelum batas akhir PSR pada 30 Juni, sehingga masuk ke pembukuan musim 2024/2025. Selain itu, peminjaman Marcus Rashford ke Barcelona dengan opsi pembelian menghemat Rp 304 Miliar biaya gaji meski tanpa biaya transfer.
Penjualan beberapa pemain lama seperti Alvaro Carreras, Anthony Elanga, dan Maxi Oyedele juga menambah lebih dari Rp 435 Miliar berkat klausul penjualan kembali.
Manchester United bahkan meraih keuntungan penuh dari penjualan Mason Greenwood dan Scott McTominay pada musim panas lalu. Klub kini menargetkan penjualan Alejandro Garnacho dengan harapan Chelsea bersedia membayar sedikitnya Rp 1,1 Triliun.
Peran Red Football Ltd dalam PSR
Kunci lain dari kemampuan Manchester United berbelanja adalah penggunaan laporan keuangan Red Football Ltd, anak perusahaan yang digunakan keluarga Glazer saat membeli klub pada 2005, untuk perhitungan PSR.
Menurut laporan The Athletic, laporan keuangan anak perusahaan ini biasanya menunjukkan kerugian yang jauh lebih kecil dibanding Manchester United PLC yang terdaftar di bursa saham New York.
Dengan perbedaan pencatatan tersebut, klub memiliki ruang lebih longgar untuk berinvestasi di pasar transfer tanpa melanggar batas finansial Premier League.
Misalnya, meski Manchester United PLC mencatat kerugian pra-pajak sekitar Rp 2,84 Triliun pada musim 2023/2024, Red Football Ltd hanya mencatat kerugian Rp 787 Miliar. Hal ini memungkinkan klub tetap aktif di pasar transfer meskipun di tengah laporan kerugian besar.
Kombinasi strategi pembayaran cerdas, penjualan pemain, penghematan gaji, serta pemanfaatan celah aturan PSR membuat Manchester United kembali menjadi kekuatan belanja besar di sepak bola Inggris.
Situasi ini memperlihatkan bagaimana manuver finansial yang tepat dapat mengubah klub dari ancaman krisis menjadi salah satu pemain terkuat di bursa transfer.