Gilabola.com – Ketika Manchester United menunjuk Ruben Amorim sebagai pelatih kepala pada November lalu, beberapa pemain disebut-sebut sempat merasakan ketidaknyamanan.
Pemecatan terhadap Erik ten Hag membuka jalan bagi kedatangan pelatih asal Portugal itu, yang diboyong dari Estadio Jose Alvalade di Lisbon karena dinilai sebagai sosok yang mampu memberi identitas baru bagi Old Trafford.
Dengan pengalaman suksesnya di Sporting Lisbon, Amorim diyakini bisa membawa semangat dan sistem yang jelas, terutama lewat formasi andalannya: 3-4-2-1.
Namun, seperti biasa dalam dunia sepak bola, perubahan sistem membawa dampak besar pada posisi pemain. Salah satu perubahan utama dari formasi ini adalah lenyapnya posisi klasik untuk pemain sayap murni.
Dalam skema Amorim, peran melebar di lapangan diambil alih oleh wing-back yang agresif, yang bisa menyerang maupun bertahan dengan intensitas tinggi. Akibatnya, pemain seperti Marcus Rashford, Alejandro Garnacho, Antony, dan Amad harus mulai memikirkan ulang di mana mereka akan cocok dalam taktik baru ini.
Rashford dan Antony bahkan dipinjamkan pada Januari lalu ke Aston Villa dan Real Betis. Namun Garnacho dan Amad justru mendapatkan tempat khusus dalam rencana Amorim.
Garnacho Jawab Tantangan Amorim
Dalam kekalahan 4-3 dari Brentford akhir pekan lalu, Garnacho menjadi salah satu dari hanya tiga pemain yang mempertahankan tempatnya dari kemenangan 3-0 atas Athletic Bilbao yang terjadi kurang dari tiga hari sebelumnya.
Dia membalas kepercayaan tersebut dengan mencetak gol ke-11-nya musim ini dan menyumbang satu assist. Meski hanya berstatus gol hiburan, tendangan melengkung di babak kedua itu membawa musim ini menjadi yang paling produktif baginya secara individu, melewati catatan sepuluh gol musim lalu.
Selama musim ini, Garnacho telah tampil dalam 54 pertandingan. Satu-satunya laga yang dia lewatkan adalah kemenangan atas Manchester City di Etihad pada bulan Desember. Sejak Amorim mengambil alih, tidak ada pemain United lain yang bermain sebanyak dirinya, yaitu 36 penampilan.
Meski awalnya tampak kesulitan dengan peran barunya sebagai gelandang serang, bukan lagi sebagai winger murni, pemain internasional Argentinal itu perlahan menyesuaikan diri.
Dia dikenal sebagai pemain yang suka menerima bola di sisi lapangan, menantang bek lawan, dan menciptakan peluang dari sayap. Kini, dia harus lebih sering bermain di area tengah, sementara tanggung jawab untuk melebar diemban oleh para wing-back.
Sebagai pemain bernomor sepuluh, Garnacho mulai memahami permintaan Amorim untuk bergerak di ruang-ruang sempit. Sejak Maret, dia telah mencetak tiga gol dan empat assist, angka yang menunjukkan bahwa iia mulai terbiasa dengan tugas barunya.
Dalam 14 pertandingan terakhir, tujuh kontribusi langsung ke gol menjadi catatan yang tidak buruk untuk pemain berusia 20 tahun yang sedang berada dalam masa transisi.
Amorim pernah mengungkapkan pada Januari bahwa dia senang dengan proses adaptasi Garnacho, meskipun dia menilai sang pemain masih perlu bermain lebih baik lagi.
Amorim juga mengatakan bahwa Garnacho sudah membaik dalam hal posisi saat tidak memegang bola, tetapi itu terkadang membuatnya tidak berada di tempat ideal untuk melakukan transisi seperti sebelumnya. Pelatih Portugal itu mengaku lebih menyukai pendekatan defensif kolektif sebelum membangun serangan ke sepertiga akhir lapangan.
Dalam beberapa pekan terakhir, Garnacho tampil cukup baik saat dimainkan sebagai gelandang serang kanan maupun kiri. Rangkaian delapan kali tampil sebagai starter secara beruntun di Premier League memberi sinyal bahwa Amorim melihat perkembangan positif.
Meski masa depan jangka panjangnya di Old Trafford masih belum sepenuhnya jelas karena adanya ketertarikan dari klub lain, performa terbaru Garnacho menunjukkan bahwa dia bisa punya tempat penting dalam proyek Amorim.