Ditinggal Bomber Andalan, Bisakah Brentford Bersaing Dengan Para Raja Transfer Liga Inggris?

Gilabola.com – Brentford mungkin kehilangan Thomas Frank dan tiga pemain kunci di musim panas lalu, tetapi keyakinan di dalam klub justru semakin besar bahwa mereka kini setangguh sebelumnya.

Dari luar, banyak yang melihat jendela transfer ini sebagai momen ketika “Big Six” Premier League kembali berkuasa. Lebih dari Rp59 triliun digelontorkan, mayoritas oleh klub-klub besar yang memborong bakat terbaik dari liga domestik.

Manchester United, misalnya, merebut Bryan Mbeumo dari Brentford dan Matheus Cunha dari Wolves. Liverpool membawa Milos Kerkez dari Bournemouth, dan bahkan di detik terakhir Newcastle rela mengeluarkan Rp1,14 triliun untuk menggaet Yoane Wissa.

Pertanyaannya kini: apakah klub-klub “pintar” seperti Brentford masih bisa bersaing dengan strategi rekrutmen jitu mereka?

Keyakinan Brentford di Era Baru

Di London Barat, suasana tetap tenang. Brentford memang kehilangan sosok penting, tetapi mereka punya cara sendiri melihat gambaran besar. Klub bahkan menggunakan tabel alternatif rahasia yang menilai performa, bukan sekadar jumlah poin. Dari situ, manajer baru Keith Andrews dinilai sudah memberi awal yang solid.

Energi dan etos kerja tim masih mirip dengan era Thomas Frank. Walau banyak wajah baru, keyakinannya adalah mereka akan semakin membaik.

Penunjukan Andrews sebagai manajer memang mengejutkan banyak pihak. Dari seorang pelatih spesialis bola mati, ia tiba-tiba naik pangkat pada Juni lalu. Namun di Brentford, hal itu bukan tanpa persiapan. Klub sudah mengantisipasi kemungkinan Frank pergi, terutama dengan adanya Johan Lange di Tottenham yang disebut-sebut mengincarnya.

Saat Andrews ditunjuk, para pemain senior dan staf mendukung penuh. Brentford pun melengkapinya dengan staf pelatih baru dari berbagai belahan Eropa, termasuk membawa Stephen Rice untuk mengisi peran spesialis bola mati yang ditinggalkan Andrews.

Kehilangan Besar, Kekuatan Baru

Meski kehilangan Frank, Mbeumo, Wissa, dan sang kapten Christian Norgaard, Brentford tak melihat situasi ini sebagai krisis. Seorang sumber internal bahkan menyebut, “Skuad ini mungkin yang terkuat sepanjang sejarah klub.”

Untuk setiap kepergian, ada pengganti sepadan. Brentford memanfaatkan relasi baik dengan Liverpool untuk mendatangkan kiper Caoimhin Kelleher menggantikan Mark Flekken, serta memanfaatkan koneksi yang sama untuk memboyong Jordan Henderson dari Ajax sebagai pengganti Norgaard.

Selain itu, rekrutan termahal klub senilai Rp845 miliar (£42,5 juta), Dango Ouattara, diyakini bisa melampaui level Mbeumo dalam jangka panjang, dan start-nya di bawah Andrews berjalan gemilang.

Meski Wissa dijual ke Newcastle tanpa pengganti sepadan, Brentford percaya dengan kembalinya Igor Thiago dari cedera, lini depan mereka tetap cukup tajam. Lagi pula, dana besar dari penjualan itu bisa jadi modal berharga untuk bursa transfer berikutnya.

Fokus pada Pertahanan

Optimisme juga didorong oleh kedalaman skuad yang makin kuat, berkat kembalinya Aaron Hickey dan Rico Henry dari cedera, plus tambahan Reiss Nelson dengan status pinjaman untuk memperkuat sisi kiri.

Namun ada satu prioritas utama: memperbaiki struktur pertahanan. Klub menilai meski gaya menyerang Frank menarik, pertahanan mereka terlalu mudah ditembus. Maka sejak awal musim, fokus Brentford adalah membenahi dasar-dasar bertahan.

Hasilnya mulai terlihat. Meski sempat dihantam Nottingham Forest, Brentford kemudian menang “ugly” di dua laga berikutnya. Kekalahan di Sunderland dianggap hanya ditentukan detail kecil, dan ujian sesungguhnya akan datang saat melawan Chelsea yang sedang haus gol.

Menatap Masa Depan

Brentford tak takut mengambil risiko. Meski berstatus sebagai penjual bersih musim panas ini, mereka kini punya ruang finansial hampir tanpa batas dalam aturan profitabilitas liga. Itu artinya, klub bisa melakukan belanja besar di masa depan jika diperlukan.

Situasi ini mirip dengan musim panas 2019, ketika Brentford melakukan lompatan besar lewat perekrutan David Raya, Mbeumo, dan Norgaard. Bedanya, kali ini mereka memilih menunggu hingga Januari untuk melihat perkembangan performa sebelum menambah pemain baru.

Rencananya jelas: ambil risiko, bertumbuh, dan buktikan bahwa Brentford tetap bisa bersaing.

IKLAN