Gilabola.com – Meski musim ini menjadi salah satu yang terbaik bagi Ibrahima Konate di atas lapangan, Liverpool dihadapkan pada dilema baru di balik layar: masa depan sang bek tengah asal Prancis masih belum pasti, bahkan setelah empat bulan sejak ia mengungkap bahwa pembicaraan kontraknya sedang berlangsung.
Pada Januari lalu, Konate membuat kejutan dalam konferensi pers menjelang laga melawan Lille. Dengan percaya diri, ia menyebut duetnya bersama Virgil van Dijk sebagai yang terbaik di Eropa dan mengakui telah memaksakan diri bermain meski belum pulih sepenuhnya dari cedera, dengan bantuan suntikan pereda nyeri.
Namun pengakuan terbesarnya datang ketika ia mengungkap bahwa Liverpool telah menyodorkan kontrak baru—tapi belum ada kesepakatan.
Empat bulan berselang, belum ada perkembangan signifikan. Konate masih terikat kontrak lama sejak ia direkrut dari RB Leipzig pada musim panas 2021.
Ia kini memasuki 12 bulan terakhir kontraknya, membuat manajemen klub merasa déjà vu dengan situasi yang sebelumnya dialami oleh Mohamed Salah, Virgil van Dijk, dan Trent Alexander-Arnold.
Konate Jadi Prioritas Baru Liverpool Setelah Kekhawatiran Kehilangan Pemain Kunci
Richard Hughes, direktur olahraga Liverpool, kini tengah dihadapkan pada permainan ‘whack-a-mole’ versi bursa kontrak. Setelah berhasil mengamankan Van Dijk dan Salah dengan perpanjangan dua tahun, dan menerima kepergian Trent Alexander-Arnold ke Real Madrid, kini ia harus menyelesaikan masa depan Konate.
Jika kehilangan satu pemain utama secara gratis masih bisa dimaklumi, kehilangan dua pemain dalam satu tahun akan dinilai sebagai kelalaian. Trent memang sudah dipagari dengan tawaran gaji tinggi, tetapi magnet klub sebesar Real Madrid terlalu kuat, bahkan bagi anak asli Liverpool yang mengidolakan Steven Gerrard.
Dalam konteks itu, wajar jika Konate, yang lahir di Paris dan tidak memiliki keterikatan emosional yang sama seperti Trent, mulai mempertimbangkan masa depannya. Dalam wawancara usai laga melawan Tottenham bulan lalu, ia hanya menjawab, “Itu urusan saya dengan klub, dan kita akan lihat nanti.”
Arne Slot, manajer anyar Liverpool, menyebut perlunya membuat suasana Anfield sebisa mungkin menjadi tempat yang sulit untuk ditinggalkan. Salah satu cara adalah dengan menciptakan momen emosional seperti yang terjadi pada 27 April lalu, ketika Liverpool merayakan gelar Liga Inggris pertama dalam 35 tahun di hadapan publik Anfield.
Dalam momen tersebut, kamera menangkap Konate berdiri sendirian di tengah stadion yang kosong, seakan sedang merenungi pencapaian besar timnya. Momen ini mungkin menjadi refleksi personal sang pemain, sebuah pertanyaan batin: apakah ia akan tetap menjadi bagian dari kisah ini ke depannya?
Parade kota Liverpool yang dijadwalkan pada 26 Mei nanti juga bisa memainkan peran penting dalam mempertahankan bintang-bintang utama sekaligus menarik target transfer musim panas ini. Jika atmosfer perayaan seindah yang dibayangkan, mungkinkah hati Konate akan luluh untuk bertahan?