Gilabola.com – Musim Premier League 2024/25 belum sepenuhnya rampung, tapi aroma ketegangan sudah begitu terasa di setiap sudut papan klasemen. Bukan lagi soal siapa yang akan jadi juara, karena Liverpool telah mengunci gelar lebih awal, melainkan siapa yang akan mewakili Inggris di kancah Eropa musim depan.
Di atas kertas, ada tujuh slot Eropa yang menanti klub-klub Premier League. Tapi angka itu bisa bertambah jadi delapan, tergantung hasil dari dua final penting: Piala FA dan Piala Liga. Dan di tengah ketatnya jadwal dan tipisnya selisih poin, hanya satu hal yang pasti—drama belum selesai.
Persaingan Ketat Menuju Liga Champions
Untuk musim 2025/26, Premier League mendapat jatah lima tim ke Liga Champions, berkat peringkat koefisien UEFA yang tinggi. Ditambah satu slot tambahan dari pemenang Liga Europa—antara Manchester United atau Tottenham Hotspur—artinya total enam wakil Inggris akan meramaikan Liga Champions musim depan.
Dengan Liverpool sudah mengamankan tempat, sisanya diperebutkan oleh Arsenal, Newcastle, Manchester City, Chelsea, Aston Villa, dan Nottingham Forest. Hanya enam poin memisahkan peringkat kedua hingga ketujuh—dan dengan dua laga tersisa, segalanya bisa berubah dalam hitungan menit.
Arsenal, yang sempat nyaman di posisi runner-up, kini mulai gelisah setelah hanya meraih satu kemenangan dari enam pertandingan terakhir. Di belakangnya, Newcastle terus menekan setelah mengalahkan Chelsea dan mengambil alih posisi ketiga. Sementara itu, Manchester City, yang sempat stabil, tergelincir setelah hasil imbang tanpa gol kontra Southampton.
Chelsea dan Aston Villa sama-sama mengoleksi 63 poin. Nottingham Forest hanya terpaut satu poin di bawah mereka. Situasi ini membuat laga-laga sisa seperti partai final, terutama saat Forest bertemu Chelsea di pekan terakhir. Sebuah kemenangan bisa berarti segalanya.
Liga Europa dan Konferensi, Masih Jadi Perebutan Panas
Karena lima tim akan lolos ke Liga Champions, maka peringkat keenam akan mendapatkan tiket otomatis ke Liga Europa. Tapi, slot kedua akan diberikan kepada juara Piala FA—yang mempertemukan Manchester City dengan Crystal Palace pada 17 Mei.
Jika City menang dan sudah lolos ke UCL, maka slot Europa League itu akan dialihkan ke tim Premier League terbaik yang belum lolos Eropa. Hal yang sama berlaku untuk tiket Liga Konferensi UEFA dari Piala Liga, yang musim ini dimenangkan Newcastle.
Jika Newcastle juga finis di zona Eropa lewat klasemen, maka tiket mereka dari Piala Liga akan turun ke tim berikutnya di klasemen. Kombinasi ini membuka skenario yang cukup unik: peringkat kedelapan Premier League bisa lolos ke Eropa.
Perebutan Posisi Kedelapan: Siapa yang Masih Bertahan?
Dengan hanya dua laga tersisa, empat tim berada dalam jangkauan posisi kedelapan: Brentford dan Brighton (55 poin), Bournemouth (53 poin), dan Fulham (51 poin). Selisihnya sangat tipis, dan masing-masing tim masih menyimpan peluang.
Pertemuan antara Brentford vs Fulham pada 18 Mei akan menjadi salah satu laga paling menentukan. Kemenangan bisa mendorong salah satu dari mereka ke Eropa, terutama jika Manchester City menjuarai FA Cup dan Newcastle finis tinggi.
Namun, tidak ada dari empat tim ini yang boleh terpeleset. Setiap hasil imbang atau kekalahan bisa berarti lenyapnya harapan tampil di benua biru.
Kekuatan Tradisi dan Dorongan Baru
Musim ini menyuguhkan dinamika yang cukup berbeda. Klub-klub yang sebelumnya langganan tampil di Eropa seperti Tottenham atau Manchester United, justru menggantungkan nasib mereka lewat final Liga Europa. Sementara klub seperti Nottingham Forest, Brentford, dan Brighton, kini menjadi penantang nyata di meja persaingan Eropa.
Jika ada satu hal yang bisa dipetik dari musim ini, maka itu adalah bukti bahwa kompetisi di Premier League semakin egaliter. Siapa pun bisa naik, siapa pun bisa tersingkir. Dan ketika peluit akhir musim dibunyikan, akan ada air mata, baik karena kegembiraan maupun kekecewaan.