Dulu Kaka Bebas Selebrasi ‘I Belong to Jesus’, Kini Gakpo Malah Diancam Sanksi, Sepak Bola Kok Jadi Seribet Ini?

Gilabola.comCody Gakpo menarik perhatian dalam perayaan kemenangan Liverpool di Anfield pada hari Minggu kemarin. Dalam pertandingan penentu gelar juara Liga Inggris melawan Tottenham Hotspur, Gakpo mencetak gol ketiga untuk The Reds dalam kemenangan telak 5-1.

Setelah membobol gawang Guglielmo Vicario lewat sepakan ke pojok kiri bawah,penyerang Belanda itu langsung berlari ke arah tribun Anfield Road Stand tempat para suporter berkumpul.

Namun yang membuat heboh bukan hanya golnya, melainkan tindakan setelahnya. Penyerang asal Belanda itu membuka jersey-nya dan memperlihatkan sebuah vest bertuliskan “I belong to Jesus”.

Kaka dengan selebrasi keimanan yang khas

Banyak penggemar langsung mengingat selebrasi serupa dari Kaka saat AC Milan menjuarai Liga Champions tahun 2007, yang juga mengenakan vest dengan pesan keimanan serupa.

Dikenal sebagai seorang Kristen pentakostal, Gakpo memang kerap membagikan pesan-pesan religius di media sosialnya. Namun menurut peraturan FA, menyampaikan pesan religius secara langsung melalui pakaian di lapangan bisa melanggar ketentuan resmi.

Aturan FA Bisa Buat Gakpo Kena Sanksi

FA memiliki aturan khusus dalam Law 4 soal perlengkapan pemain. Dalam dokumen tersebut dijelaskan bahwa peralatan pemain tidak boleh mengandung slogan, pernyataan, atau gambar yang bersifat politis, religius, atau pribadi.

Pemain juga tidak diizinkan menunjukkan pakaian dalam yang memuat pesan-pesan semacam itu. Atas pelanggaran tersebut, pemain dan/atau klub dapat dikenai sanksi oleh penyelenggara kompetisi, asosiasi nasional, atau bahkan FIFA.

Gakpo sendiri sudah menerima kartu kuning karena melepas jersey saat selebrasi, namun berdasarkan aturan tersebut, masih ada kemungkinan sanksi tambahan dari FA atau badan sepak bola lainnya.

Law 12 yang mengatur pelanggaran dan perilaku tak sportif menyebut bahwa selebrasi gol boleh dilakukan, tetapi tidak boleh berlebihan. Ada larangan keras terhadap aksi yang dianggap provokatif, termasuk melepas baju, mengenakan masker, atau menutupi kepala dengan kaus.

Kasus yang dialami Gakpo juga menimbulkan perbandingan dengan kejadian sebelumnya yang menimpa Marc Guehi, kapten Crystal Palace. Pada Desember lalu, Guehi mengenakan ban kapten pelangi sebagai bagian dari kampanye Rainbow Laces, dan menuliskan “I love Jesus” di atasnya.

FA kala itu tidak memberikan sanksi, melainkan hanya mengingatkan pihak klub dan pemain soal aturan yang berlaku. Kini publik sepak bola tengah menanti apakah Gakpo akan menerima perlakuan serupa, atau justru mendapat tindakan resmi dari FA.

Yang jelas, selebrasi yang seharusnya menjadi ungkapan sukacita justru mengundang pertanyaan tentang batas antara ekspresi pribadi dan regulasi dalam sepak bola profesional.

Meski niatnya murni, peraturan tetap menjadi acuan yang tak bisa diabaikan begitu saja di lapangan sepak bola Inggris, dengan segala pro dan kontranya saat kadang aturan sepak bola tampak semakin ke sini semakin ribet saja memang.