Gilabola.com – Manchester United tengah mengalami masa sulit, dan masa depan manajer mereka, Erik ten Hag, kini menjadi sorotan setelah awal musim yang kurang mengesankan.
Jim Ratcliffe, salah satu tokoh penting di balik kepemilikan klub, menyatakan bahwa keputusan terkait nasib Ten Hag tidak akan diambil olehnya secara langsung, melainkan oleh orang-orang yang telah dia tunjuk di klub.
Salah satu tokoh yang disebutkan dalam keputusan penting ini adalah Dan Ashworth, yang telah merinci kriteria yang akan digunakan untuk menentukan masa depan sang manajer di Old Trafford.
Keberhasilan yang diraih oleh Ineos Britannia dalam Piala Amerika mungkin memberikan momen kegembiraan bagi Ratcliffe, tetapi situasi di Old Trafford sangat berbeda. Ketika ditanya mengenai masa depan Ten Hag, Ratcliffe tidak memberikan jawaban yang jelas dan lebih menyerahkan keputusan kepada mereka yang bekerja langsung di dalam klub, seperti Ashworth dan Omar Berrada.
Kedua sosok ini, yang sebelumnya memberikan dukungan terhadap Ten Hag, kini dihadapkan pada kenyataan bahwa hasil-hasil buruk seperti kekalahan dari Liverpool dan Tottenham, serta hasil imbang yang mengecewakan melawan FC Twente dan Porto, semakin memperburuk situasi.
Empat Kriteria
Sebagai direktur olahraga, Dan Ashworth memiliki peran kunci dalam menentukan langkah selanjutnya bagi Manchester United. Dalam pandangannya, ada empat kriteria utama yang bisa menjadi tolok ukur apakah Ten Hag pantas dipertahankan atau tidak.
Kriteria pertama adalah soal menciptakan DNA klub yang jelas, dimulai dari ruang rapat hingga diterapkan oleh pelatih kepala. Contoh yang diberikan Ashworth di masa lalu adalah bagaimana Brighton memiliki preferensi untuk pemain bertahan yang nyaman dengan bola.
Pada kasus Manchester United, terlihat bahwa mereka mencoba menerapkan filosofi ini dengan mendatangkan Andre Onana sebagai penjaga gawang yang piawai dalam distribusi bola dan memasukkan pemain seperti Lisandro Martinez dan Leny Yoro ke dalam tim. Namun, implementasi taktik ini di bawah arahan Ten Hag masih jauh dari konsisten.
Kriteria kedua adalah menciptakan lingkungan tim yang positif. Penilaian ini mungkin lebih sulit untuk diukur secara langsung karena tidak ada yang dapat menyaksikan apa yang terjadi di Carrington setiap hari. Meskipun demikian, beberapa hari terakhir memberikan gambaran mengenai situasi internal klub.
Dalam sesi latihan terbuka sebelum pertandingan melawan Porto, suasana tim tampak positif dan ceria, tetapi setelah pertandingan, suasana berubah menjadi tegang ketika para pemain mulai menyalahkan satu sama lain atas gol yang masuk.
Kriteria ketiga yang diusung Ashworth adalah pentingnya menjaga hubungan harmonis antara tim dan para fans. Pada awal kedatangannya, Ten Hag menekankan pentingnya dukungan dari para pendukung di tengah perselisihan antara fans dan keluarga Glazer.
Namun, meskipun Ineos kini telah hadir, dukungan terhadap Ten Hag tampaknya mulai memudar. Dalam survei yang dilakukan MEN Sport baru-baru ini, 84 persen dari 14.300 responden setuju bahwa Ten Hag harus dipecat, meningkat drastis dari hanya 22 persen yang menginginkan dia pergi setelah kemenangan di final Piala FA.
Terakhir, dan mungkin yang paling krusial bagi Ashworth, adalah pentingnya memberikan kesempatan kepada pemain muda. Di bawah asuhan Ten Hag, beberapa pemain muda seperti Alejandro Garnacho dan Kobbie Mainoo telah mendapat kesempatan tampil di tim utama.
Bahkan pemain-pemain seperti Toby Collyer dan Dan Gore juga mulai mendapatkan peran lebih besar musim ini, sementara Ethan Wheatley terus berada di radar tim utama.
Kini, tantangan besar bagi Ten Hag adalah membuktikan bahwa dia bisa membawa Manchester United kembali ke jalur kemenangan, dengan memanfaatkan potensi pemain muda dan menerapkan filosofi yang konsisten di lapangan.
Hanya waktu yang akan menjawab apakah kriteria-kriteria yang dipegang teguh oleh Ashworth akan cukup untuk mempertahankan Ten Hag di Old Trafford atau tidak.