Enam Alasan Mengapa Era Ruben Amorim di Manchester United Layak Diakhiri

Gilabola.comRuben Amorim kembali berada dalam sorotan setelah Manchester United kalah 3-1 dari Brentford pada akhir pekan lalu. Dengan catatan hanya sembilan kemenangan dari 33 laga Premier League, sang pelatih tercatat sudah kalah 17 kali.

Statistik itu membuat catatan persentase kemenangan Amorim menjadi salah satu yang terburuk bagi The Red Devils sejak era sebelum Perang Dunia Kedua.

Dukungan dari fans pun semakin tipis, sementara komentar para analis dan legenda justru memperkuat pandangan bahwa waktunya Manchester United mengakhiri eksperimen bersama Amorim.

1. Taktik Kaku dan Tak Mau Berubah

Salah satu alasan paling kuat untuk memecat Amorim adalah keengganannya meninggalkan formasi 3-4-3. Dalam konferensi pers pertama, dia pernah menyatakan tidak ada jalan kedua untuk taktik permainan timnya.

Bahkan, dia sempat menegaskan bahwa tidak ada satu pihak pun yang bisa mengubah pandangannya, meskipun hasil buruk terus berdatangan.

Dengan bekal satu pramusim penuh serta jadwal tanpa kompetisi Eropa, seharusnya filosofi sepak bola yang diterapkannya bisa berjalan, namun para pemain tidak kunjung memahami arahannya.

2. Mengasingkan Pemain Penting

Nama-nama besar Manchester United justru terpinggirkan. Kobbie Mainoo jarang mendapat kesempatan, bahkan sempat meminta dipinjamkan karena merasa tidak mendapat tempat.

Marcus Rashford dan Alejandro Garnacho dipaksa keluar, sementara Rasmus Hojlund dianggap tidak sesuai dengan taktik meski bersedia berjuang. Langkah-langkah ini jelas membuat banyak bakat besar terbuang sia-sia.

3. Gagal Membangun Momentum

Amorim sempat mengatakan kepada pemainnya bahwa penting untuk membangun momentum usai menang melawan Chelsea. Namun kenyataannya, sejak ia memimpin, Manchester United belum pernah meraih kemenangan beruntun di liga. Tanpa tren positif, sulit berharap tim mengumpulkan poin cukup untuk kembali ke kompetisi Eropa.

4. Kesalahan Dasar Terulang

Banyak kesalahan mendasar yang terjadi di lapangan. Altay Bayindir dan Andre Onana pernah membuat blunder fatal, sementara Harry Maguire kerap salah posisi.

Bruno Fernandes bahkan gagal mengeksekusi penalti di laga penting. Amorim pernah mengakui gol-gol itu sudah mereka antisipasi dalam latihan, tetapi pada akhirnya, kesalahan terus terjadi saat pertandingan.

5. Catatan Hasil yang Mengecewakan

Hasil pertandingan menjadi bukti utama. Dari 33 laga, hanya 34 poin berhasil dikumpulkan dengan rata-rata 1,03 poin per pertandingan. Dengan angka tersebut, posisi Manchester United bisa saja berada di papan bawah jika tren berlanjut.

Rival sekota, Manchester City, bahkan mengejek dengan nyanyian bahwa tim besutan Ruben Amorim itu sedang menuju degradasi, apalagi setelah finis ke-14 di klasemen akhir musim lalu.

6. Atmosfer Negatif dan Kritik Pedas

Amorim kerap melontarkan komentar yang justru memperburuk suasana. Dia pernah menyebut timnya sebagai yang terburuk sepanjang sejarah Manchester United setelah kalah dari Brighton.

Dia juga sempat mengatakan bahwa beban sejarah klub membuat para pemain tak mampu tampil lepas. Alih-alih memotivasi, pernyataan itu membuat mental tim semakin jatuh. Dia bahkan sempat mengisyaratkan ingin pergi setelah tersingkir dari Grimsby, meski kemudian menegaskan tidak akan mundur.

Dengan enam alasan tersebut, semakin jelas bahwa Manchester United membutuhkan perubahan besar. Masa depan klub tampaknya hanya bisa diselamatkan jika manajemen berani mengakhiri kerja sama dengan Ruben Amorim dan segera mencari pelatih baru yang mampu mengembalikan kejayaan tim di dunia sepak bola.

IKLAN