Gaya Main Beda Jauh, “Angeball” Versi Baru Akan Ubah Gaya Main Nottingham Forest!

Gilabola.com – Ange Postecoglou resmi kembali ke Premier League sebagai manajer Nottingham Forest, menggantikan Nuno Espírito Santo yang dipecat meski baru saja membawa Forest kembali ke kompetisi Eropa setelah penantian 30 tahun.

Perubahan ini terlihat seperti loncatan besar dalam gaya permainan, tapi justru di situlah menariknya: Postecoglou sudah membuktikan di Tottenham bahwa ia bisa beradaptasi, dan kini ia berpeluang melakukannya lagi di City Ground.

Perbedaan Gaya Nuno dan Ange

Nuno sukses dengan permainan reaktif: bertahan rapat lalu menyerang cepat. Gaya ini memang tidak selalu indah, tetapi terbukti efektif. Sebaliknya, Postecoglou dikenal dengan filosofi menyerang habis-habisan ala “Angeball.”

Di Tottenham, ia sering menolak kompromi—termasuk saat tetap bermain garis tinggi melawan Chelsea meski hanya dengan sembilan pemain.

Hasilnya, Spurs sempat tampil segar dengan penguasaan bola rata-rata 62% di musim 2023/24, hanya kalah dari Manchester City. Mereka mencetak 74 gol, tapi juga kebobolan 61—angka yang lebih buruk daripada tim papan bawah Everton.

Musim berikutnya lebih parah: Spurs finis di peringkat 17 dengan 22 kekalahan, 63 kebobolan, dan hanya selamat dari degradasi berkat serangkaian perubahan.

Di balik itu semua, jadwal padat dan gaya bermain intens membuat Tottenham dilanda badai cedera. Spurs jadi salah satu tim dengan jarak tempuh dan jumlah sprint tertinggi di Premier League, tetapi akhirnya pemain mereka tumbang satu per satu.

Saat Ange Mau Berubah

Namun, Postecoglou menunjukkan sisi lain di Europa League. Dalam perjalanan menuju gelar juara—prestasi terbesar Spurs dalam satu generasi—ia justru meninggalkan filosofi “Angeball.”

Di empat laga terakhir kompetisi itu, Spurs hanya kebobolan satu gol, dengan penguasaan bola tak lebih dari 41,7% di tiap pertandingan.

Final melawan Manchester United bahkan lebih ekstrem: Spurs hanya punya 26,7% penguasaan bola, tiga tembakan, dan akurasi umpan 61%, tapi berhasil menjaga pertahanan rapat dan keluar sebagai juara.

Bagi Postecoglou, sepak bola knockout berbeda dengan liga. Ia menyebut kuncinya ada pada organisasi tim, keyakinan, dan meminimalisasi peluang lawan. Itu bukti nyata bahwa ia bisa menyesuaikan diri ketika situasi menuntut.

Apa yang Bisa Diharapkan Forest?

Forest musim lalu bermain dengan rata-rata penguasaan bola hanya 40,7%, menekan lawan lebih jarang daripada tim lain, dan lebih sering bertahan dalam blok menengah hingga rendah. Itu sangat kontras dengan gaya Tottenham.

Maka, tidak realistis berharap Postecoglou langsung mengubah Chris Wood jadi mesin pressing 90 menit atau memaksa Nikola Milenkovic bermain garis tinggi di laga debut melawan Arsenal.

Yang mungkin terjadi adalah kombinasi. Forest bisa tetap melanjutkan permainan reaktif yang efektif, tapi dengan sentuhan tambahan dalam transisi menyerang cepat.

Data menunjukkan Tottenham asuhan Postecoglou juga salah satu yang terbaik dalam mencetak gol dari serangan balik—10 gol, hanya kalah dari Liverpool. Jadi, ada potensi besar bagi Forest untuk melanjutkan kekuatan lama mereka dengan bumbu gaya baru.

Awal Baru di City Ground

Memang, pergantian dari Nuno ke Ange terlihat seperti langkah drastis. Tetapi pengalaman Postecoglou di Tottenham memberinya pelajaran berharga: perubahan terlalu cepat bisa berujung bencana. Kali ini, ia tampaknya akan lebih sabar.

Bagi Forest, tidak ada waktu untuk larut dalam perpisahan dengan Nuno. Liga sudah menunggu, dan kompetisi Eropa akan segera dimulai. Dengan pelatih yang baru saja mengantarkan timnya juara Eropa berkat adaptasi luar biasa, mungkin inilah saat yang tepat bagi Forest untuk bermimpi lebih besar.

IKLAN