Gilabola.com – Musim 2024/25 menjadi mimpi buruk bagi Tottenham Hotspur meski mereka berpeluang meraih trofi Eropa. Pelatih Ange Postecoglou, yang sempat mengantar Spurs finis di posisi kelima musim lalu, kini menghadapi kemungkinan besar didepak dari kursi manajer, bahkan jika ia mempersembahkan gelar Europa League.
Menurut legenda Arsenal Martin Keown, performa Tottenham di Premier League musim ini tak bisa ditoleransi. Dengan 21 kekalahan, Spurs mencatatkan rekor terburuk mereka sejak era Premier League dimulai tahun 1992.
Spurs kini berada di peringkat ke-17, satu tingkat di atas zona degradasi, dan hanya mengoleksi 38 poin dengan satu pertandingan tersisa.
Sebagai perbandingan, rekor poin terendah Spurs sebelumnya adalah 44 poin pada musim 1997/98.
Keown menilai catatan tersebut sudah cukup menjadi alasan bagi manajemen klub untuk mengambil keputusan besar, tak peduli hasil akhir di final Europa League melawan Manchester United pada Rabu malam.
Kemenangan Tak Menjamin, Hubungan Retak dengan Suporter Makin Dalam
Andai berhasil mengalahkan United dan membawa pulang trofi Eropa pertama sejak UEFA Cup 1984, Postecoglou tetap belum tentu aman.
Bahkan, ia bisa jadi mengakhiri kariernya di Spurs dengan sebuah gestur tajam kepada para fans yang selama musim ini sering mengkritiknya.
Postecoglou tercatat beberapa kali bersitegang dengan suporter sendiri, termasuk saat melawan Bournemouth (Desember), Leicester (Januari), dan Fulham (Maret). Ia juga sempat dituduh melakukan gerakan ‘menangkupkan telinga’ ke arah fans saat kalah dari Chelsea, walau ia membantah keras tuduhan itu.
Keown memperkirakan bahwa, jika Spurs menang, Postecoglou bisa saja meninggalkan klub dengan gaya: “Saya menang trofi di musim kedua saya — selesai urusan saya.” Ia bahkan menyebut Postecoglou mungkin secara simbolis akan ‘mengacungkan dua jari’ ke arah para pengkritiknya.
Masa depan pelatih asal Australia itu memang tak pasti. Nama-nama seperti Francesco Farioli (eks Ajax) dan Marco Silva (Fulham) disebut-sebut sebagai kandidat pengganti. Spurs diyakini telah mempertimbangkan perubahan ini bahkan sebelum final berlangsung.
Meski begitu, Keown tak menyarankan Postecoglou untuk mundur secara sukarela, melainkan menunggu keputusan klub. Namun, ia menutup pernyataannya dengan tegas:
“Anda tak bisa kalah 21 kali dan tetap di sana musim depan — bahkan jika Anda memenangkan trofi.”