
Gilabola.com – Harvey Elliott tengah menjalani masa sulit di Aston Villa setelah kesuksesan besarnya di Piala Eropa U-21. Gelandang muda pinjaman dari Liverpool itu kesulitan mendapatkan menit bermain, sementara pelatih Unai Emery lebih mempercayai pemain lain.
Kondisi ini membuat banyak pihak menilai Elliott harus meneladani kebangkitan Anthony Gordon, yang kini bermain untuk Newcastle United, yang mampu bangkit setelah menghadapi situasi serupa.
Musim panas lalu menjadi puncak karier Elliott ketika dia dinobatkan sebagai pemain terbaik di Piala Eropa U-21. Dia mencetak gol penting di perempat final melawan Spanyol, dua gol di semifinal melawan Belanda, dan satu gol di final saat Inggris menaklukkan Jerman. Performa itu menandakan besarnya potensi sang gelandang berusia 22 tahun.
Namun, beberapa bulan kemudian, keadaan berubah drastis. Liverpool memutuskan meminjamkannya ke Aston Villa, langkah yang dinilai sebagai sinyal kurangnya kepercayaan terhadap sang pemain. Dalam setahun terakhir, Elliott hanya dua kali menjadi starter di Premier League dan sering dimainkan sebagai pengganti.
Keputusan peminjaman itu dianggap banyak pengamat sebagai langkah yang tidak mendukung perkembangan kariernya. Meski sebelumnya diyakini akan mendapat peran lebih besar, kesempatan di Villa justru lebih terbatas. Sejak bergabung, Elliott baru bermain selama 167 menit dari total 810 menit yang tersedia.
Kritik Emery dan Pembanding dengan Gordon
Unai Emery menjelaskan bahwa keputusan tidak menurunkan Elliott lebih sering disebabkan oleh performa yang belum sesuai kebutuhan tim. Menurut pelatih asal Spanyol itu, ada pemain lain seperti Buendia, Rogers, dan Ross Barkley yang menunjukkan permainan lebih efektif di posisi gelandang serang.
Penjelasan tersebut menegaskan bahwa Elliott kalah bersaing di skuad utama. Padahal, ekspektasi tinggi sempat disematkan setelah prestasinya di level internasional.
Situasi ini berbanding terbalik dengan Anthony Gordon, yang juga sempat menurun setelah turnamen serupa, namun akhirnya berhasil bangkit bersama Newcastle United.
Gordon, yang sebelumnya dianggap gagal di Everton, menunjukkan peningkatan tajam usai tampil di Piala Eropa U-21. Dia mencatat musim terbaiknya dan bahkan sempat menarik minat Liverpool, meski akhirnya Newcastle menolak dengan harga tinggi. Contoh itu diyakini bisa menjadi inspirasi bagi Elliott untuk kembali ke jalur yang benar.
Tantangan dan Masa Depan yang Belum Jelas
Elliott kini menghadapi masa depan yang tidak pasti. Kontrak peminjamannya di Villa disertai klausul pembelian wajib, yang membuat klub harus merekrutnya secara permanen pada akhir musim. Hal ini bisa menjadi masalah jika ia tetap tidak mampu menembus tim utama.
Situasi tersebut membuat banyak pihak menilai Elliott harus lebih berani mengambil langkah baru, sebagaimana dia pernah mengatakan bahwa dirinya perlu ‘lebih egois dan memikirkan apa yang terbaik bagi kariernya’. Perkataan itu menunjukkan tekadnya, namun belum disertai hasil nyata di lapangan.
Sementara itu, rekan-rekannya di skuad muda Inggris seperti Elliot Anderson sudah berkembang pesat. Gelandang Nottingham Forest itu kini menjadi starter reguler di bawah asuhan Thomas Tuchel dan dikabarkan diminati klub besar seperti Manchester United dan Newcastle United.
Perbandingan itu memperlihatkan betapa tipis batas antara keberhasilan dan kemunduran dalam karier pemain muda. Beberapa nama seperti Juan Mata, Thiago Alcantara, dan Fabian Ruiz mampu menjadikan penghargaan pemain terbaik U-21 sebagai batu loncatan ke puncak karier.
Sebaliknya, ada pula yang gagal mempertahankan momentum seperti Fabio Vieira dan William Carvalho. Elliott masih memiliki waktu untuk memperbaiki situasi ini. Di usianya yang baru menginjak 22 tahun, peluang untuk bangkit masih terbuka lebar.
Namun, dia perlu membuktikan diri dengan performa nyata agar tidak bernasib seperti Marcus Berg, yang pernah bersinar di turnamen yang sama tetapi akhirnya meredup di klub-klub Eropa Timur.
