Site icon Gilabola.com

Hojlund Bersinar di Italia, Manchester United dan Amorim Jadi Bahan Olok-olok

Rasmus Hojlund tampil produktif bersama Denmark

Gilabola.comRasmus Hojlund kembali menemukan ketajamannya di Napoli, meninggalkan jejak memalukan bagi Manchester United dan Ruben Amorim. Striker asal Denmark itu, yang dulu dianggap sebagai bagian dari masalah di Old Trafford, kini justru membuktikan sebaliknya.

Dalam enam laga bersama Napoli, dia sudah mencetak empat gol—jumlah yang sama dengan torehan Premier League-nya sepanjang musim lalu di Inggris.

Selama lebih dari dua musim, Hojlund dianggap tak mampu menanggung beban bermain di klub sebesar United. Dia bahkan dijadikan bahan ejekan oleh para suporter karena sering gagal mencetak gol, sehingga julukan ‘Rasmiss’ melekat padanya.

Padahal, pemain yang direkrut dengan biaya Rp 1,6 Triliun itu diharapkan menjadi ujung tombak proyek baru United. Namun, performanya justru merosot di bawah arahan Amorim, hingga akhirnya dijual dan digantikan Benjamin Sesko, yang kini justru tampil lebih buruk.

Napoli Jadi Panggung Pembuktian

Kepindahan Hojlund ke Napoli terbukti menjadi keputusan tepat. Di klub juara bertahan Serie A itu, dia langsung beradaptasi dengan cepat dan menunjukkan ketenangan yang sempat hilang di Inggris. Dia bahkan ikut mencetak gol dalam kemenangan Denmark atas Yunani pekan lalu.

Lingkungan baru tampaknya membantu Hojlund berkembang. Dia kini bermain di bawah sistem yang mendukung gaya menyerangnya, dengan pemain kreatif seperti Kevin De Bruyne di lini tengah yang mampu memberi suplai bola berkualitas, sesuatu yang tidak banyak dia dapatkan di United.

Di Napoli, standar tinggi sudah menjadi bagian dari tradisi. Setelah era keemasan Diego Maradona, klub Italia selatan itu selalu menuntut pemainnya tampil konsisten. Namun Hojlund justru menikmati tekanan itu dan menjadikannya motivasi.

Keberhasilannya di Italia menyoroti masalah struktural di Manchester United. Banyak pengamat menilai bahwa bukan kemampuan Hojlund yang menjadi masalah, melainkan cara Amorim membangun tim serta sistem permainan yang tidak mendukung karakteristik sang striker.

Kacau di Balik Meja Rekrutmen

Selain faktor teknis, keputusan transfer United kembali dipertanyakan. Klub terus dianggap tidak memiliki arah yang jelas dalam membangun skuad. Proses rekrutmen disebut ‘kacau’ dan penuh campur tangan dari berbagai pihak dengan agenda berbeda.

Omar Berrada sebagai CEO, Jason Wilcox sebagai direktur sepak bola, dan Christopher Vivell sebagai kepala pencarian bakat, semuanya turut terlibat dalam pengambilan keputusan. Namun hasilnya justru tidak menunjukkan peningkatan yang berarti.

Dan Ashworth bahkan hanya bertahan selama enam bulan sebelum meninggalkan jabatannya, menunjukkan betapa tidak stabilnya struktur internal klub. Amorim pun belum mampu menegaskan otoritasnya di tengah tumpang tindih kepentingan manajemen.

Sementara itu, Hojlund terus menanjak. Dia menunjukkan bahwa dengan dukungan yang tepat, dirinya bukanlah pemain gagal seperti yang pernah dicap di Manchester. Sebaliknya, performanya kini menjadi cermin betapa tidak efektifnya pengelolaan dan kepelatihan di Old Trafford.

Kebangkitan Hojlund di Italia kini menjadi simbol ironi: pemain yang dulu dianggap masalah ternyata justru mempermalukan klub yang melepasnya. Manchester United kembali terlihat tanpa arah, sementara sang ‘Rasmiss’ yang dulu diejek kini mulai menulis kisah kebangkitannya di Napoli.

Exit mobile version