
Gilabola.com – Everton menghadapi persoalan penting terkait performa Jack Grealish yang menurun, masa depan Tyler Dibling senilai Rp 900 Miliar, serta kebutuhan penyesuaian taktik dari David Moyes.
Grealish tetap memberi dampak positif di luar lapangan, namun kontribusi statistiknya merosot, sementara Dibling justru minim kesempatan bermain meski investasi besar telah dikeluarkan klub.
Jack Grealish menjalani musim dingin yang berbeda dibanding beberapa tahun lalu. Jika sebelumnya dia menghabiskan liburan dengan perjalanan pribadi penuh cerita, kini dia menikmati masa pinjaman di Everton dengan pendekatan yang lebih profesional.
Kehadiran Grealish di Goodison Park sejauh ini dinilai membawa aura positif. Dia tidak hanya berkontribusi di lapangan, tetapi juga berperan sebagai figur publik yang membantu citra klub di tengah masa transisi.
Hubungannya dengan para pendukung, termasuk momen kebersamaan dengan maskot muda Everton, memperlihatkan sisi humanis yang jarang dipersoalkan. Hal tersebut membuat Grealish diterima dengan cepat di lingkungan klub.
Namun di balik itu, realitas sepak bola tetap berbicara soal masa depan. Status pinjaman membuat peluang Grealish bertahan secara permanen dinilai sangat kecil karena beban gaji dan ambisi pribadinya bermain di Liga Champions.
Performa Grealish dan Kebutuhan Taktik
Secara performa, kontribusi Grealish mulai dipertanyakan. Sejak Agustus, dia belum mencatatkan satu assist pun dan hanya mencetak dua gol dari total 18 penampilan bersama Everton.
Penurunan tersebut tidak terjadi dalam satu atau dua laga saja, melainkan berlangsung dalam rentang waktu yang cukup panjang. Kondisi ini membuat peran Grealish di sisi lapangan mulai terasa kurang efektif.
Dengan banyaknya pemain inti yang absen, memberi Grealish waktu istirahat dinilai bukan pilihan realistis. Everton tetap membutuhkannya, tetapi bukan berarti tanpa penyesuaian peran.
Perubahan posisi menjadi opsi yang mulai dipertimbangkan. Grealish dinilai masih memiliki kreativitas dan kecerdikan untuk bermain lebih ke tengah, tepat di belakang penyerang.
Peran sentral tersebut berpotensi memberi Grealish lebih banyak sentuhan dan ruang untuk mengatur tempo. Selain itu, langkah ini bisa membuka ruang bagi pemain muda di sektor sayap.
Tyler Dibling dan Investasi Rp 900 Miliar
Di sisi lain, Tyler Dibling justru menjadi tanda tanya besar. Pemain berusia 19 tahun itu direkrut dengan nilai Rp 900 Miliar, namun baru mencatatkan 97 menit bermain hingga mendekati setengah musim.
Minimnya kesempatan bermain membuat Dibling terlihat terisolasi. Padahal, dia datang ke Everton dengan bekal lebih dari 30 penampilan di Premier League.
Situasi ini memunculkan kritik terhadap kebijakan rekrutmen klub. Absennya sejumlah gelandang dan penyerang tidak serta-merta membuka jalan bagi Dibling untuk masuk starting XI.
Bahkan saat Everton menghadapi Arsenal dengan kondisi skuad pincang, Dibling tetap memulai laga dari bangku cadangan. Dia baru masuk menggantikan Dwight McNeil di babak kedua.
Keputusan tersebut menimbulkan pertanyaan, terlebih Grealish sendiri sedang mengalami penurunan performa. Ada pandangan bahwa momen tersebut seharusnya bisa dimanfaatkan untuk memberi Grealish jeda lebih awal.
Pendapat Kami:
Perubahan posisi Jack Grealish ke peran sentral masuk akal untuk jangka pendek, tetapi Everton juga harus berani memberi Tyler Dibling kesempatan nyata. Investasi besar tanpa menit bermain yang cukup hanya akan merugikan klub, dan keberanian mengambil risiko pada pemain muda justru bisa menjadi solusi, bukan masalah.
