Site icon Gilabola.com

Jamie Gittens di Ambang ‘Gagal’: Pola Rekrutan Winger Mahal Chelsea Ulangi Kisah Sterling dan Mudryk

Performa Menurun, Maresca Diminta Tegas Tinggalkan Jamie Gittens

Gilabola.com – Chelsea memang kerap menjadi sasaran kritik soal kebijakan transfer dalam beberapa musim terakhir. Namun, tidak sedikit pula investasi yang akhirnya memberi dampak positif di Stamford Bridge. Nama-nama seperti Cole Palmer, Moises Caicedo, Enzo Fernández, Marc Cucurella, hingga talenta muda Estevão perlahan membuktikan nilai mereka di bawah kepemilikan baru klub.

Sayangnya, cerita sukses itu tidak sepenuhnya menutup daftar rekrutan yang gagal memenuhi ekspektasi. Raheem Sterling dan Mykhailo Mudryk menjadi contoh paling menonjol bagaimana label pemain bintang dan harga mahal tidak selalu berbanding lurus dengan kontribusi di lapangan. Kini, bayang-bayang kegagalan serupa mulai menghantui salah satu pemain sayap di era Enzo Maresca.

Warisan Yang Jadi Beban: Sterling dan Mudryk

Chelsea menggelontorkan dana sekitar Rp950 miliar untuk mendatangkan Raheem Sterling dari Manchester City pada musim panas 2022. Transfer itu sempat dipandang masuk akal. Sterling datang sebagai juara liga berpengalaman, berusia 27 tahun, dengan catatan 131 gol dan 86 assist dari 339 penampilan bersama City.

Namun realita di London Barat jauh dari harapan. Meski sesekali tampil brilian, kontribusinya tak pernah konsisten. Dari 81 laga bersama Chelsea, Sterling hanya mencatatkan 19 gol dan 15 assist—angka yang sulit membenarkan gaji fantastisnya yang mencapai sekitar Rp6,1 miliar per pekan. Upaya memoles kembali reputasinya lewat peminjaman ke Arsenal musim lalu justru berujung kekecewaan, hingga kini ia tersisih dari rencana tim utama.

Situasi Mykhailo Mudryk bahkan terbilang lebih suram. Winger asal Ukraina itu direkrut pada Januari 2023 dengan nilai yang bisa mencapai sekitar Rp1,69 triliun. Antusiasme langsung membuncah, terlebih karena Chelsea berhasil menikung Arsenal dalam perburuan tanda tangannya. Debutnya melawan Liverpool pun memicu euforia, sampai Gary Neville menyebutnya sebagai lawan yang tak ingin dihadapi oleh bek mana pun.

Sayangnya, kilatan awal itu tak pernah benar-benar berlanjut. Mudryk menutup paruh musim pertamanya hanya dengan dua assist dari 17 laga. Musim berikutnya pun belum menunjukkan lonjakan berarti: tujuh gol dan empat assist dari 41 penampilan. Secara keseluruhan, ia mencatat 10 gol dan 11 assist dari 73 laga, dengan rata-rata kontribusi gol setiap 172 menit bermain.

Masalah di luar lapangan kemudian memperburuk keadaan setelah ia menjalani skors sementara terkait tes doping dan menghadapi dakwaan FA yang berpotensi berujung larangan bermain panjang.

Winger Chelsea yang Kini Disorot Maresca

Chelsea memang tidak sedang menghadapi kasus ekstrem seperti Mudryk saat ini. Namun performa lini serang mereka kembali memunculkan tanda tanya, terutama usai penampilan mengecewakan melawan Leeds United. Bukan hanya lini belakang yang bermasalah, sektor serang pun gagal memberikan ancaman berarti.

Di tengah situasi itu, Jamie Gittens kembali menjadi sorotan. Winger muda tersebut bukan pemain terburuk di lapangan, tetapi kontribusinya lagi-lagi minim. Padahal, musim lalu bersama Borussia Dortmund, ia tampil produktif dengan 17 keterlibatan gol dan bahkan sempat dijuluki “sayap kiri terbaik Inggris”.

Musim ini, data menunjukkan penurunan signifikan. Pada musim 2024/25, Gittens mencatat delapan gol dan empat assist dari 32 penampilan liga. Namun di musim 2025/26, ia belum mencetak gol dari 11 laga, dengan hanya dua assist. Secara keseluruhan bersama Chelsea, ia baru menyumbang satu gol dan lima assist dari 17 pertandingan—angka yang memicu kritik keras, bahkan sampai disebut sebagai rekrutan yang “tidak memiliki dampak”.

Tekanan Jelang Laga Krusial

Chelsea menghadapi laga wajib menang melawan Bournemouth, dan Enzo Maresca dituntut mengambil keputusan tegas. Menurunkan Gittens lagi menjadi perjudian, terutama ketika alternatif seperti Alejandro Garnacho justru memiliki kontribusi gol liga lebih baik dalam jumlah laga yang lebih sedikit. Opsi lain adalah kembali memasangkan Pedro Neto dan Estevão di sayap, duet yang sempat menunjukkan keseimbangan saat menghadapi Arsenal.

Gittens memang masih muda dan menyimpan potensi besar. Namun sejarah Chelsea dalam merekrut winger mahal yang gagal bersinar membuat kesabaran publik Stamford Bridge kian menipis. Di fase genting musim ini, Maresca mungkin tak punya pilihan selain mencoret pemain yang belum mampu memberi dampak nyata.

Analisa Kami

Chelsea seolah mengulang pola lama dalam urusan winger: hype besar di awal, kontribusi minim di lapangan. Kasus Gittens belum tentu berakhir seperti Sterling atau Mudryk, tetapi tanda-tandanya mulai terlihat. Untuk menjaga konsistensi dan stabilitas tim, Maresca perlu menempatkan performa sebagai satu-satunya tolok ukur, bukan reputasi atau potensi semata.

Exit mobile version