Jamie Vardy Tutup Karier di Leicester City dengan Gol ke-200 dalam Laga ke-500

Gilabola.com – Tepat 13 tahun sejak Jamie Vardy bergabung dari klub non-liga Fleetwood Town, ia mengakhiri kisah epiknya bersama Leicester City dengan cara yang hanya bisa terjadi dalam dongeng sepak bola.

Di penampilan ke-500 yang juga menjadi laga terakhirnya untuk The Foxes, Vardy mencetak gol ke-200 bagi klub, mengantarkan Leicester menang 2-0 atas Ipswich dalam laga penuh emosi dan penghormatan.

King Power Stadium berubah menjadi panggung penghormatan bagi legenda terbesar dalam sejarah klub. Ribuan fans Leicester mengibarkan bendera bertuliskan “Thank you Vards”, sementara spanduk raksasa menampilkan wajah sang kapten yang telah menjadi simbol era kejayaan klub. Vardy, yang berjalan masuk ke lapangan ditemani tiga anaknya, disambut dengan layar besar bertuliskan: “Goodbye to the GOAT.”

Dan sang GOAT membalas semua cinta itu dengan satu gol terakhir yang akan dikenang selamanya.

Satu Gol, Seribu Kenangan

Momen yang ditunggu-tunggu oleh setiap penggemar Leicester terjadi pada menit ke-28. Berawal dari James Justin yang merebut bola di tengah lapangan, bek sayap itu kemudian melakukan sprint hingga mendekati kotak penalti Ipswich sebelum mengirim umpan terobosan cerdik kepada Vardy.

Striker berusia 38 tahun itu menyambut bola dengan pergerakan khasnya, dan tanpa ragu melepaskan tembakan mendatar melewati sela kaki Dara O’Shea ke pojok kiri gawang. Sebuah gol khas Vardy — penuh kecerdikan, presisi, dan insting pembunuh.

Stadion meledak dalam euforia, seakan kembali ke tahun 2015 ketika Vardy memecahkan rekor gol beruntun milik Ruud van Nistelrooy — yang kini justru menjadi manajernya — atau saat Leicester menaklukkan Premier League secara ajaib setahun setelahnya.

Vardy merayakan gol tersebut dengan mengangkat bendera sudut lapangan seperti raja mengangkat pedangnya, sebelum berpose di depan para fans dengan gaya ala Jude Bellingham, menyerap gelombang cinta yang begitu besar dari tribun.

Pada menit ke-80, nomor punggung 9 muncul di papan pergantian, dan Vardy pun digantikan — disambut standing ovation, pelukan dari rekan-rekannya, serta guard of honour dari para pemain dan staf.

Tak ada air mata dari Vardy, seperti biasanya. “Saya bukan tipe orang yang mudah menunjukkan emosi,” ungkapnya dalam program khusus pertandingan hari itu. Tapi hari itu, seluruh stadion yang menitikkan air mata untuknya.

Bukan Hanya Tentang Skor

Meski Kasey McAteer mencetak gol kedua di menit ke-69 dan mengamankan kemenangan yang membawa Leicester ke peringkat 18, pertandingan ini akan selalu diingat bukan karena hasilnya — tapi karena satu nama: Jamie Vardy.

Ketua klub, Aiyawatt Srivaddhanaprabha, menulis dalam program resmi: “Untuk tahun-tahun pengabdiannya, untuk jumlah penampilannya, untuk gol-gol, trofi, dan ikatannya yang unik dengan para suporter — Jamie layak menyandang gelar pemain terbaik kami sepanjang masa.”

Sementara Van Nistelrooy menambahkan, “Hari ini bukan sekadar soal sepak bola. Ini soal mengatakan ‘terima kasih’ kepada Jamie Vardy.”

Kedua klub sudah terdegradasi musim ini, dan laga ini pada akhirnya lebih terasa seperti testimonial. Bahkan para pendukung Ipswich pun tak keberatan. Mereka tahu, mereka sedang menjadi saksi sebuah akhir dari kisah legendaris.