Gilabola.com – Pada bulan Mei lalu, Thomas Frank diperkirakan akan melanjutkan musim kelimanya bersama Brentford di Premier League. Namun takdir berkata lain — kini ia justru menjadi sosok baru di kursi kepelatihan Tottenham Hotspur, menggantikan Ange Postecoglou yang kontroversial.
Tottenham memang telah mengakhiri puasa gelar mereka musim lalu, tetapi posisi ke-17 di klasemen akhir menjadi catatan kelam dalam sejarah klub. Meski Postecoglou membawa trofi, filosofi permainannya yang ekstrem dianggap gagal membawa stabilitas. Kini, Thomas Frank datang dengan harapan baru — harapan akan fondasi yang lebih kokoh dan masa depan yang lebih cerah.
Perjalanan Thomas Frank: Dari Desa Kecil ke Premier League
Thomas Frank lahir di Frederiksværk, Denmark, dan memulai karier sepakbolanya sebagai pelatih tim U-8 lokal pada 1995 setelah pensiun dari level amatir. Ia menghabiskan 18 tahun di level usia muda, termasuk bersama timnas junior Denmark, sebelum mendapatkan pekerjaan senior pertamanya di klub Brøndby pada 2013.
Tiga tahun di Liga Super Denmark menghasilkan dua kali kualifikasi ke Liga Europa meski gagal masuk fase grup. Ia mundur dari jabatannya setelah mendapat kritik anonim dari sang chairman klub di forum penggemar.
Frank kemudian bergabung ke Brentford sebagai asisten pelatih pada 2016, dan diangkat sebagai manajer utama dua tahun kemudian. Setelah awal yang lambat, ia membawa Brentford promosi ke Premier League melalui final play-off melawan Swansea pada 2021 — prestasi luar biasa untuk klub dengan anggaran kecil.
Postecoglou vs Frank: Gaya yang Berbeda, Harapan yang Baru
Ange Postecoglou adalah sosok yang membelah opini publik. Bagi sebagian orang, ia dianggap arogan dan kaku secara taktik. Bagi lainnya, ia adalah pemimpin yang setia pada prinsip. Namun satu hal pasti: ia sangat berbeda dari Thomas Frank.
Frank dikenal terbuka, hangat, dan komunikatif. Ia senang berdiskusi soal taktik di media seperti The Coaches’ Voice atau Monday Night Football. Ia adalah sosok yang “manusiawi” — mudah didekati dan tidak terpancing emosi di hadapan media, sesuatu yang sangat dibutuhkan di lingkungan penuh tekanan seperti Tottenham.
Dengan tantangan besar di depan mata dan ekspektasi suporter yang tinggi, pendekatan penuh kesabaran dan penyesuaian dari Frank bisa menjadi angin segar setelah era penuh ketegangan.
Keunggulan Taktis: Detail Kecil, Hasil Besar
Thomas Frank dikenal sangat metodis dan berdasar statistik. Ia memperhatikan detail sekecil mungkin: dari skema tendangan awal, lemparan ke dalam, hingga bola mati. Brentford bahkan mencetak gol di menit pertama dalam tiga laga beruntun melawan Manchester City, West Ham, dan Tottenham musim lalu.
Salah satu taktik uniknya adalah ‘sky ball’ — bola ditendang langsung ke atas untuk menciptakan kekacauan di lini belakang lawan. Berbeda dengan Postecoglou yang enggan beradaptasi, Frank tidak takut mengubah formasi demi menyesuaikan kondisi tim dan lawan.
Ia juga percaya pada model expected goals (xG), dengan preferensi untuk menghindari tembakan spekulatif demi peluang yang lebih tinggi untuk mencetak gol.
Apa yang Bisa Diubah Frank di Tottenham?
Frank menyukai kiper yang bisa membangun serangan dari belakang — sebuah gaya yang sesuai dengan kemampuan Guglielmo Vicario. Bek seperti Micky van de Ven dan Destiny Udogie juga cocok dengan gaya progresif Frank.
Namun, pendekatan ke lini sayap mungkin akan berubah. Jika Postecoglou mengandalkan winger murni seperti Brennan Johnson dan Heung-Min Son, Frank mungkin akan mencoba pola inverted winger seperti yang sukses ia terapkan dengan Bryan Mbeumo dan Yoane Wissa di Brentford.
Nama seperti Dominic Solanke bahkan bisa menjadi target utama di lini serang, mengingat kesuksesan Frank dalam mengembangkan Ivan Toney dan Ollie Watkins.
Kesempatan Kedua, Tantangan Baru
Pep Guardiola pernah berkata bahwa Thomas Frank suatu saat akan menangani tim besar. Kini, ramalan itu menjadi nyata. Frank akan menghadapi musim baru bersama Spurs, dimulai dari laga pembuka yang langsung mempertemukannya dengan PSG di ajang Super Cup.
Meski banyak fans masih menyayangkan pemecatan Postecoglou, terutama setelah membawa trofi, fakta bahwa Tottenham mengakhiri musim di posisi terendah sepanjang sejarah Premier League menjadi alasan kuat untuk perubahan.
Kini, tugas Frank adalah membuktikan bahwa keajaiban yang ia buat di Brentford bisa diterapkan di klub sebesar Tottenham. Jika ia berhasil, bukan hanya tiga musim — mungkin lebih.