Gilabola.com – Sejumlah staf Manchester United merasa khawatir dengan adanya perubahan besar yang dilakukan oleh Jim Ratcliffe di klub tersebut sejak sang pengusaha itu mengambil alih klub.
Ada kekhawatiran di antara mereka bahwa seorang individu tertentu mungkin menjadi mata-mata bagi Jim Ratcliffe dan tangan kanannya, Dave Brailsford.
Ratcliffe, yang saat ini memiliki hampir 29 persen saham Manchester United, telah mengumumkan sejumlah kebijakan besar sejak masuk ke dalam manajemen klub.
Salah satu keputusan yang paling berdampak adalah pengurangan jumlah staf, di mana pada Agustus lalu diumumkan bahwa sekitar 250 orang akan mengalami pemutusan hubungan kerja.
Langkah pemecatan masal ini menciptakan suasana tidak menentu di dalam klub, dengan banyak staf yang merasa terancam akan kehilangan pekerjaan mereka di masa mendatang.
Menurut laporan The Telegraph, seorang sumber menyebutkan bahwa beberapa pekerja merasa seperti ada “kapak” yang menggantung di atas kepala mereka dan hanya tinggal menunggu waktu hingga keputusan akhir dijatuhkan. Situasi ini menciptakan tekanan yang semakin besar di lingkungan kerja klub.
Selain itu, laporan juga menyebutkan bahwa lebih banyak pemutusan hubungan kerja akan diumumkan dalam waktu dekat, dengan perkiraan sekitar 200 posisi lainnya yang mungkin akan dihapus pada awal pekan depan.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya Jim Ratcliffe untuk mengurangi pengeluaran dan meningkatkan efisiensi dalam operasional klub sepak bola Inggris tersebut.
Di tengah perubahan besar yang terjadi, Ratcliffe menjelaskan kepada fanzine United We Stand bahwa dirinya siap mengambil keputusan yang tidak populer demi membawa Manchester United kembali ke jalur kemenangan. Dia menegaskan bahwa jika seseorang menghindari pengambilan keputusan sulit, maka tidak akan ada perubahan signifikan yang terjadi.
Sementara itu, Avram Glazer, salah satu pemilik klub, menegaskan bahwa Manchester United tidak akan dijual. Pernyataan tersebut disampaikannya ketika ditanya tentang masa depan klub, tepat di hari yang sama ketika laporan keuangan triwulanan klub dirilis.
Laporan tersebut mengungkapkan bahwa klub mengalami kerugian sebesar Rp 573 Miliar meskipun pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBIDTA) mencapai Rp 1,46 Triliun untuk kuartal kedua.
Dalam laporan keuangan tersebut juga disebutkan bahwa total pendapatan klub mengalami penurunan sebesar 12 persen dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi Rp 4,1 Triliun.
Selain itu, biaya keuangan bersih meningkat drastis dari Rp 6,2 Miluar menjadi Rp 778 Miliar akibat perubahan nilai tukar mata uang asing yang tidak menguntungkan.
Grup suporter The 1958 menanggapi laporan tersebut dengan pernyataan bahwa angka-angka yang dipublikasikan menunjukkan kondisi keuangan klub yang mengkhawatirkan. Mereka juga merencanakan aksi protes sebelum laga kandang melawan Arsenal pada 9 Maret mendatang.