Kisah David Batty, Sang Juara yang Menolak Medali EPL, Tidak Bergairah Main Sepak Bola

Gilabola.com – David Batty dikenal sebagai salah satu pemain yang tidak mengikuti alur umum pesepak bola profesional. Dalam perayaan 20 tahun gelar Premier League Blackburn Rovers pada 2015, dia memilih tidak hadir. Dia juga pernah menolak medali juara karena merasa tidak layak menerimanya setelah jarang tampil pada musim tersebut akibat cedera.

Batty menjalani musim yang berat, namun tetap dimainkan pada laga penentuan gelar di Anfield. Kendati begitu, dia merasa kontribusinya belum cukup dan tidak berhak membawa pulang simbol prestasi tersebut.

Sejak masih aktif bermain, dia disebut lebih menyukai kegiatan lain di luar sepak bola. Rekan-rekannya menyebut bahwa dia jarang menonton pertandingan dan tidak memiliki minat besar untuk mendalami taktik atau perkembangan permainan.

Alan Shearer pernah menggambarkan kebiasaannya dengan mengatakan bahwa Batty selalu datang paling akhir dan pergi lebih cepat dari pemain lain. Komentar itu menggambarkan kedisiplinan unik yang berbeda dari kebanyakan pemain profesional.

Shearer juga menyampaikan bahwa meskipun Batty tidak menunjukkan ketertarikan mendalam pada sepak bola, dia tetap dikenal sebagai pesepak bola yang sangat kompetitif. Dia mampu kembali tampil kuat setelah cedera serius dan selalu tampil tegas di lini tengah.

Karier Batty bersama Leeds dan Rovers menempatkannya sebagai bagian penting dalam skuad Kenny Dalglish. Namun musim cedera membuatnya jarang bermain, termasuk ketika dia hanya tampil di momen akhir sebelum gelar dipastikan.

Jeff Kenna, rekan setimnya, pernah mengingat bagaimana Batty tetap tenang menjelang pertandingan penting. Dia mengatakan bahwa Batty bersikap santai, bahkan menggoda Kenna yang sedang gugup.

Ketika Batty gagal mengeksekusi penalti untuk Inggris melawan Argentina pada Piala Dunia 1998, dia tidak memikirkan kesalahan itu terlalu lama. Sikapnya menunjukkan ketenangan yang konsisten dalam berbagai situasi.

Ian Pearce, mantan rekan setim di Rovers, pernah menyebut bahwa Batty bermain sepak bola karena dia bisa, bukan karena dia mencintainya. Menurut Pearce, karakter Batty sering terlihat melalui kisah-kisah yang muncul selama kariernya.

Salah satu cerita lain muncul saat dia disebut pernah mencoba menyelidiki ditemukannya sebuah jasad di dekat area latihan. Rekannya menceritakan bahwa Batty justru sibuk mencari tahu apa yang terjadi ketika para pemain lain berlatih.

Dia juga terlibat dalam beberapa insiden fisik, termasuk pertengkaran dengan Graeme Le Saux pada laga Liga Champions di Rusia. Namun setelah pertandingan, dua pemain itu langsung berdamai dan membicarakan kejadian tersebut dengan tenang.

Karier Batty ditutup dengan pencapaian besar: dua gelar liga, 42 caps bersama Inggris, dan satu semifinal Liga Champions saat kembali ke Leeds. Setelah pensiun pada 2004, dia memilih menjauh dari spotlight dan hidup secara privasi.

Pendapat Kami

Kisah David Batty menunjukkan bahwa sepak bola tidak selalu menjadi gairah utama bagi semua pemain. Ada sosok seperti Batty yang tetap tampil maksimal di lapangan meski tidak terikat secara emosional pada gemerlap olahraga ini. Pada akhirnya, hasil kerjanya tetap berbicara, dan kariernya membuktikan bahwa dedikasi bisa muncul dalam bentuk yang berbeda dari apa yang banyak orang bayangkan.

SebelumnyaCalon Pengganti Salah Cetak Hattrick Dalam 18 Menit, Delegasi Liverpool Datang Nonton!
SelanjutnyaGuehi Tenang Meski Gagal ke Liverpool: Kontrak Menipis dan Keyakinan yang Kuat