Kisah Mikel Arteta Yang Sedih Tinggalkan Manchester City, Namun Ternyata Jadi Awal Revolusi!

Gilabola.com – Mikel Arteta telah membawa Arsenal ke level tertinggi dalam lima tahun terakhir. Kemenangan sensasional 3-0 atas juara bertahan Liga Champions, Real Madrid, menjadi salah satu malam terbesar dalam sejarah modern klub London Utara tersebut.

Namun, di balik kesuksesan itu, ada kisah pribadi Arteta saat meninggalkan Manchester City yang jarang disorot — sebuah keputusan yang ia akui dilakukan dengan hati yang berat.

Dari Tangan Guardiola, Arteta Mencetak Revolusi di Arsenal

Sejak kembali ke Emirates Stadium pada Desember 2019, Arteta melakukan perubahan besar-besaran. Mulai dari taktik revolusioner, pemanfaatan teknologi canggih dalam sesi latihan, hingga membangun mental juara dengan berbagai cara kreatif.

Namun, fondasi penting yang membentuk Arteta seperti sekarang tak lepas dari Pep Guardiola. Arteta menjadi asisten pelatih di Manchester City pada 2016 setelah diundang langsung oleh idolanya semasa di Barcelona itu. Di sana, ia berperan besar dalam membantu City meraih dua gelar Premier League, satu Piala FA, dan dua Piala Liga.

Meski begitu, ketika Arsenal datang dengan tawaran, Arteta merasa inilah saatnya untuk tantangan baru — meski dengan perasaan sedih meninggalkan City dan sosok Guardiola yang telah membimbingnya.

“Hubungan saya dengan Pep sangat baik,” ujar Arteta dalam wawancara di 2020. “Jelas, dia sedih saat itu, dan waktunya memang kurang tepat untuknya. Tapi dia mengerti. Dia tahu bagaimana saya berkembang dan kebutuhan emosional serta ambisi yang saya punya.”

“Kalau dulu saya mengaguminya, setelah bekerja dengannya saya tak bisa ungkapkan betapa baiknya dia sebagai pribadi maupun profesional. Saat saya pamit, dia melihat saya dan tahu bahwa saya menderita karena pergi di saat mereka juga sedang membutuhkan saya. Itu membuat saya sedih.”

Arteta juga menjelaskan bagaimana dirinya menangis saat berpamitan dengan staf dan pemain City setelah tiga setengah tahun bersama. “Mereka sudah seperti keluarga bagi saya,” tambahnya.

Tetap Dekat Meski Kini Jadi Rival Berat

Seiring waktu, hubungan Arteta dan Guardiola tetap hangat meski kini berada di dua kubu yang bersaing ketat di Premier League. Bahkan sebelum laga melawan Real Madrid pekan ini, Arteta mengaku sempat berbicara dengan Guardiola untuk berbagi pandangan soal taktik menghadapi raksasa Spanyol itu.

“Saya banyak belajar dari dia, baik dalam situasi profesional maupun pribadi. Dalam beberapa hari terakhir kami saling bicara, karena saya merasa ingin bicara dengannya. Dan saya rasa dia juga ingin bicara karena dia senang dengan apa yang kami capai di Arsenal,” ujar Arteta.

Guardiola pun tak sungkan memberikan pujian. Menjelang laga Arsenal vs City Februari lalu yang berakhir 5-1 untuk kemenangan Arsenal, Pep menyebut hubungan mereka tetap “luar biasa” meski komunikasi kini tak sesering dulu.

“Respek kami selalu ada. Hubungan kami dan keluarganya tetap istimewa, meskipun sekarang masing-masing sibuk,” kata Guardiola.

Kini, Arteta tidak hanya berhasil membangun Arsenal menjadi rival terkuat Manchester City, tapi juga mulai meninggalkan bayang-bayang Guardiola. Bahkan, di musim ini, Arsenal berhasil mengungguli City di Premier League, memperlihatkan bahwa keputusan “sedih” Arteta di 2019 itu ternyata menjadi awal dari sebuah revolusi besar.