
Gilabola.com – Liverpool menghadapi musim yang berantakan setelah gagal memaksimalkan lima pemain baru rekrutan musim panas senilai total Rp 8,6 Triliun.
Di bawah asuhan Arne Slot, tim juara bertahan Premier League itu terlihat kehilangan arah, terutama setelah kepergian tiga penyerang utama musim lalu. Kondisi ini diperparah oleh performa menurun Mohamed Salah dan minimnya kontribusi pemain baru seperti Hugo Ekitike dan Florian Wirtz.
Musim ini seakan menunjukkan betapa dalamnya lubang yang harus ditambal Liverpool setelah era kejayaan sebelumnya. Mereka memang juara musim lalu, namun segera kehilangan sebagian besar lini serangnya, termasuk Luis Diaz dan Darwin Nunez yang dijual, serta Diogo Jota yang meninggal dunia secara tragis.
Dengan hilangnya tiga pemain itu, Liverpool tidak lagi berada dalam posisi untuk sekadar memperkuat tim, melainkan harus membangun ulang dari awal.
Arne Slot tampak kesulitan menata ulang sistem permainan, bahkan setelah 11 laga berlalu. Dia digambarkan seperti seseorang yang datang ke proyek pembangunan yang tidak dia rancang sendiri.
Kekalahan terbaru dari Manchester City memperjelas masalah tersebut. Setelah dua kemenangan emosional atas Aston Villa dan Real Madrid, Liverpool tampil lemah dan kehilangan tenaga di Etihad. Tim terlihat kehabisan ide, sementara Salah dinilai tak lagi menjadi ancaman seperti tahun-tahun sebelumnya.
Virgil van Dijk sempat mencetak gol yang dianulir saat skor masih 0-1, sementara Cody Gakpo gagal memanfaatkan peluang emas di babak kedua. Beberapa momen penting itu memperburuk hasil akhir yang memang sudah sulit mereka hindari.
Pemain Baru Tak Memberi Efek
Lima pemain baru Liverpool sejauh ini belum memberi dampak berarti. Ekitike dan Wirtz tampil tanpa pengaruh besar, sementara Milos Kerkez kehilangan tempatnya dari Andrew Robertson. Dua lainnya, Jeremie Frimpong dan Aleksandar Isak, justru cedera dan belum menunjukkan kontribusi.
Kondisi ini menunjukkan akar masalah Liverpool. Mereka kehilangan kualitas pemain lama tanpa mampu menggantinya secara setara. Dalam liga sekompetitif Premier League, hal semacam itu nyaris mustahil untuk tidak berimbas buruk.
Namun pengamat menilai bahwa masalah ini masih bersifat sementara. Pemain-pemain muda seperti Wirtz dan Ekitike masih memiliki waktu untuk berkembang. Arne Slot pun dipercaya dapat memperbaiki integrasi tim jika diberi cukup waktu dan stabilitas.
Salah satu perhatian besar tertuju pada Mohamed Salah. Pep Guardiola bahkan mengakui bahwa selama bertahun-tahun Salah selalu menjadi mimpi buruk bagi timnya. Namun kali ini, pelatih City itu melihat pemain Mesir tersebut jauh menurun.
Salah disebut lebih lambat dibanding musim lalu, kerap kehilangan bola, dan jarang membantu pertahanan. Kekurangannya dalam bertahan memaksa lini tengah Liverpool bergeser untuk menutup celah, yang justru membuka ruang di sektor lain. Akibatnya, lawan seperti City dengan mudah mengeksploitasi area kosong dan menciptakan peluang.
Ekitike sempat menjadi pengecualian di awal musim, tetapi penyerang asal Prancis itu kini juga kesulitan menjaga konsistensi. Ketidakmampuan Liverpool menahan tekanan lawan dan mempertahankan bola di area depan memperburuk hasil pertandingan besar seperti ini.
Fokus Jangka Pendek dan Tantangan Selanjutnya
Dalam waktu dekat, Liverpool harus memastikan musim mereka tidak semakin memburuk. Setelah jeda internasional, mereka akan menghadapi jadwal yang relatif ringan sebelum bertemu Arsenal pada Januari. Target realistis Slot adalah memastikan tim bertahan di posisi empat besar hingga akhir tahun.
Meski begitu, sebagian penggemar mulai mempertanyakan apakah peluang mempertahankan gelar masih ada. Secara matematis, Liverpool hanya terpaut empat poin dari Manchester City yang kini berada di posisi kedua. Namun performa mereka sejauh ini membuat banyak pihak pesimis.
Liverpool sejatinya masih memiliki skuad muda dengan potensi besar. Rata-rata usia pemain utama mereka berada di kisaran 22 hingga 26 tahun. Jika integrasi bisa segera diperbaiki, masa depan klub tetap menjanjikan. Namun untuk saat ini, kegagalan menggabungkan talenta baru dengan struktur lama sedang menghancurkan musim mereka.
