
Gilabola.com – Liverpool berada dalam situasi genting usai tumbang 0-3 dari Manchester City, sebuah hasil yang membuat peluang mereka mempertahankan gelar Liga Inggris kian menipis. Pelatih Arne Slot menyadari tidak ada ruang untuk kesalahan jika The Reds ingin kembali bersaing dalam perburuan titel musim ini.
Berbeda dengan era Jurgen Klopp yang identik dengan pressing tinggi dan permainan cepat, Slot mengusung pendekatan yang lebih terkontrol dan berbasis penguasaan bola.
Namun, gaya ini justru menjadi celah besar ketika menghadapi tren baru Liga Inggris: permainan langsung, lemparan jauh, dan penjaga gawang yang lebih sering mengirim long ball atau bola panjang.
Slot mengakui kepada Sky Sports usai kekalahan dari Brentford bahwa Liverpool belum menemukan jawaban atas tim yang mengandalkan long ball serta low block. Celah itu kini menjadi pola eksploitasi utama lawan-lawan mereka.
Lawan-Lawan Liverpool Makin Agresif Gunakan Long Ball
Musim ini Liverpool kerap kesulitan menghadapi permainan direct football. Beberapa angka mencerminkannya dengan jelas:
- Manchester United melakukan 75 long ball saat mengalahkan Liverpool—terbanyak dalam satu laga Premier League musim ini.
- Crystal Palace mencatat 71 long ball ketika menghentikan laju Liverpool.
- Bournemouth mencoba 70 long ball pada pekan pertama meski kalah 2-3.
Tiga pertandingan dengan jumlah long ball terbanyak musim ini semuanya melibatkan Liverpool. Fakta ini mempertegas bahwa kelemahan tersebut telah menjadi taktik yang sengaja diterapkan lawan, terlebih setelah Slot mengaku kesulitan menghadapinya.
Dengan sebagian besar pemain sedang menjalani jeda internasional, Slot memiliki waktu terbatas untuk meracik solusi sebelum menghadapi Nottingham Forest di Anfield.
Filosofi Sean Dyche Kini Kembali ‘Tren’ di Premier League
Sean Dyche—manajer yang lama diremehkan karena gaya bermain direct football, blok rendah, dan dominasi bola mati—tiba-tiba menjadi sosok yang kembali relevan di Premier League.
Dalam konferensi pers terbaru jelang laga Nottingham Forest, Dyche menanggapinya dengan santai.
“Ada banyak kotak yang orang coba masukkan saya ke dalam, tapi saya tidak peduli,” ujarnya dikutip dari The Guardian. Ia menegaskan bahwa efektivitas adalah hal yang terpenting, bukan estetika bermain.
Di bawah Dyche, Forest baru saja meraih kemenangan perdana dengan menundukkan Leeds United 3-1. Meski laga tersebut tidak berkualitas tinggi, Forest tampil solid dan efektif—jenis permainan yang berpotensi menyulitkan Liverpool.
Forest saat ini berada di papan atas dalam hal akurasi long ball (peringkat kesembilan), dan angka tersebut kemungkinan akan meningkat di bawah Dyche, mengingat Everton dan Burnley selalu tinggi dalam statistik ini ketika ia melatih mereka.
Ancaman Sundulan Chris Wood, Striker Rp300 Miliar yang Siap Comeback
Liverpool juga harus mewaspadai kekuatan udara Nottingham Forest. Musim lalu Forest mencetak 13 gol sundulan, terbanyak kedua di liga. Sebagian besar lahir dari kepala Chris Wood, yang mencetak 20 gol musim lalu—delapan di antaranya melalui sundulan.
Wood, yang direkrut dengan mahar sekitar £15 juta atau setara Rp300 miliar, belum tampil musim ini di era Dyche akibat cedera dead leg. Namun kabar terbaru menyebutkan striker asal Selandia Baru itu semakin dekat kembali ke lapangan dan berpotensi tampil di Anfield.
Kembalinya Wood bisa menjadi ancaman besar bagi Liverpool yang sedang terpuruk menghadapi long ball dan duel-duel udara.
Liverpool Wajib Temukan Jawaban
Pertandingan di Anfield usai jeda internasional akan menjadi ujian besar bagi Arne Slot. Jika masalah struktural dalam menghadapi long ball tidak diperbaiki, Liverpool berisiko kembali kehilangan poin penting dalam persaingan gelar.
Forest datang dengan gaya bermain yang secara taktis berbahaya bagi The Reds—lebih-lebih jika Chris Wood benar-benar comeback.
