
Gilabola.com – Liverpool melanjutkan tren positif mereka dengan kemenangan penting 2-1 atas Tottenham Hotspur di London utara. Bermain melawan sembilan pemain Spurs, The Reds memanfaatkan kartu merah Xavi Simons dan Cristian Romero untuk membawa pulang tiga poin, meski harus melewati akhir laga yang menegangkan.
Gol-gol dari dua rekrutan musim panas, Alexander Isak dan Hugo Ekitike, memastikan Liverpool kini tak terkalahkan dalam enam pertandingan di semua kompetisi. Sebaliknya, kekalahan ini semakin menekan Thomas Frank, dengan Tottenham terdampar di posisi ke-13 klasemen Premier League.
Babak Pertama Suram, Kartu Merah Ubah Segalanya
Laga berjalan membosankan selama setengah jam pertama. Minim kreativitas, kedua tim tampak bermain aman dan berhati-hati. Peluang terbaik justru jatuh ke kaki Randal Kolo Muani, namun sundulannya masih mudah diamankan Alisson Becker.
Momen krusial terjadi pada menit ke-33. Xavi Simons menginjak betis Virgil van Dijk saat mencoba menekan. Wasit John Brooks awalnya hanya memberi kartu kuning, namun setelah meninjau VAR, keputusannya diubah menjadi kartu merah langsung.
Pusat Pertandingan Premier League menjelaskan bahwa tekel tersebut dikategorikan sebagai pelanggaran serius. Gary Neville di Sky Sports tak menahan kritik, menyebut aksi Simons sebagai “kebodohan murni” karena sama sekali tak berpeluang merebut bola.
Liverpool dan Spurs Sama-sama Kehilangan Arah
Tottenham terlihat bermain terlalu konservatif. Alih-alih menekan, mereka lebih fokus bertahan dan berharap Liverpool melakukan kesalahan. Pendekatan ini justru membuat permainan mereka tumpul dan kehilangan identitas.
Liverpool pun tak jauh berbeda di babak pertama. Tanpa Mohamed Salah dan Cody Gakpo, Arne Slot menumpuk gelandang di lini tengah. Dominik Szoboszlai mengisi sisi kanan, sementara Florian Wirtz bergerak dari kiri, membuat permainan The Reds sangat sempit. Statistik babak pertama mencerminkan kemandekan laga: xG Spurs hanya 0,44, Liverpool bahkan lebih rendah di angka 0,25.
Isak Masuk, Pertandingan Langsung Hidup
Segalanya berubah setelah jeda. Arne Slot memasukkan Alexander Isak, dan dampaknya langsung terasa. Kesalahan Cristian Romero dimanfaatkan Liverpool dengan sempurna. Florian Wirtz mengirim umpan terobosan matang, yang diselesaikan Isak dengan tembakan keras meski dijatuhkan Micky van de Ven.
Isak memang harus ditarik keluar karena cedera, namun gol tersebut menjadi pemantik laga. Tottenham sempat merespons lewat Kolo Muani yang tendangannya membentur mistar gawang.
Tak lama berselang, Liverpool menggandakan keunggulan. Umpan silang Jeremie Frimpong berakhir di kepala Hugo Ekitike. Penyerang asal Prancis itu melompat lebih tinggi dari Romero dan menyundul bola ke gawang via mistar. Performa Ekitike kian menjanjikan—lima gol dalam tiga laga liga terakhir menjadi bukti.
Kudus dan Cerminan Krisis Spurs
Momen Mohammed Kudus di awal babak kedua seolah merangkum masalah Tottenham. Dalam situasi serangan balik menjanjikan, ia justru memilih mengoper ke belakang, lalu berdiri di atas bola, sebelum akhirnya salah umpan hingga bola keluar lapangan. Reaksi kecewa suporter Spurs terdengar jelas.
Thomas Frank tak punya pilihan selain menarik Kudus—pemain sayap yang ditebus sekitar £55 juta (≈ Rp1,1 triliun)—dan menggantinya dengan Brennan Johnson. Ketidakpercayaan diri dan kebingungan taktik tampak jelas di tubuh Spurs.
Tottenham sempat memberi harapan lewat Richarlison. Masuk dari bangku cadangan, penyerang Brasil itu memanfaatkan kemelut di kotak penalti setelah Van Dijk gagal menyapu bola, lalu menempatkan bola ke sudut bawah gawang.
Namun, kebangkitan itu hanya sesaat. Cristian Romero menerima kartu kuning kedua di masa injury time usai insiden dengan Ibrahima Konaté, membuat Spurs harus menuntaskan laga dengan sembilan pemain. Alisson masih dipaksa bekerja keras menahan beberapa tembakan Pedro Porro sebelum peluit akhir berbunyi.
Analisa Pertandingan
Kemenangan ini menunjukkan sisi lain Liverpool era Arne Slot: belum sepenuhnya meyakinkan, tetapi cukup klinis saat lawan melakukan kesalahan. Bermain melawan sembilan pemain seharusnya lebih mudah, namun The Reds justru terlihat gugup di menit-menit akhir. Ini menjadi catatan penting jika mereka ingin bersaing di papan atas secara konsisten.
Bagi Tottenham, situasinya jauh lebih mengkhawatirkan. Kartu merah, kesalahan individu, dan minimnya keberanian mengambil risiko mencerminkan tim yang sedang kehilangan arah. Tekanan terhadap Thomas Frank semakin besar, dan jika performa seperti ini terus berlanjut, perubahan besar tampaknya hanya tinggal menunggu waktu.
