Mana Janjimu Postecoglou? Tottenham Hancur, Parah di Belakang, Aneh di Depan!

Gilabola.com – Tottenham Hotspur menghadapi salah satu musim terkelam dalam sejarah mereka di era Premier League. Menjelang laga terakhir musim 2024/25, mereka masih berpeluang mencatatkan posisi klasemen terendah sekaligus mencetak berbagai rekor negatif yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Posisi Terancam, Rekor Kekalahan dan Poin Terendah

Saat ini Spurs berada di posisi ke-17 klasemen. Mereka harus mengalahkan Brighton di laga terakhir dan berharap Manchester United, Wolves, dan West Ham gagal meraih kemenangan untuk menghindari finis di posisi terburuk sepanjang sejarah Premier League mereka.

Sebelumnya, posisi terendah yang pernah mereka raih adalah peringkat ke-15 (1993/94) dan ke-14 (dua kali).

Dengan hanya 11 kemenangan sepanjang musim, Tottenham punya satu kesempatan terakhir untuk menghindari menyamai jumlah kemenangan terendah mereka.

Namun catatan kekalahan sudah tak terbendung: 21 kali kalah—dua lebih banyak dari musim terburuk sebelumnya.

Dalam hal poin, musim ini juga menjadi rekor terendah. Saat ini mereka baru mengumpulkan 38 poin dan hanya bisa mencapai maksimal 41 jika menang di pekan terakhir.

Ini lebih buruk dari musim 1997/98 saat mereka finis dengan 44 poin, serta musim 1993/94 yang terdiri dari 42 pertandingan di mana mereka mengakhiri dengan 45 poin.

Parah di Belakang, Aneh di Depan

Spurs telah kebobolan 61 gol musim ini—hanya keenam kalinya mereka kebobolan lebih dari 60 gol dalam satu musim Premier League.

Jika kebobolan dua gol lagi, mereka akan menyamai rekor kebobolan tertinggi kedua mereka (63 gol pada musim 2022/23).

Namun untuk menyamai rekor terburuk (lebih dari 63), mereka harus kebobolan lima gol di laga terakhir—kemungkinan yang cukup kecil.

Yang ironis, Tottenham telah mencetak 63 gol musim ini. Jika mereka tetap berada di posisi ke-17, maka mereka bisa menjadi tim pertama dalam sejarah Premier League yang finis serendah itu dengan selisih gol positif.

Sebelumnya, rekor serupa dicatat oleh Manchester City pada musim 2003/04 yang finis di posisi ke-16 dengan selisih gol +1.

Postecoglou Gagal Buktikan Janji Tahun Kedua

Manajer Ange Postecoglou sebelumnya sempat mengatakan, “Saya selalu memenangkan sesuatu di tahun kedua saya. Tidak ada yang berubah.”

Pernyataan itu merujuk pada kesuksesannya di klub-klub sebelumnya seperti South Melbourne, Brisbane Roar, Yokohama F. Marinos, Celtic, serta tim nasional Australia dari kelompok usia hingga senior.

Namun musim ini menjadi tantangan besar bagi kredibilitas rekor tersebut. Laga terakhir menjadi satu-satunya peluang tersisa bagi Postecoglou untuk menutup musim dengan harga diri—dan mungkin, sebuah keajaiban.