
Gilabola.com – Manchester City disebut memasuki fase krusial dalam perebutan gelar Premier League dan dinilai perlu mempertimbangkan pendekatan baru untuk bisa terus bersaing dan memenangkan liga.
Tim asuhan Pep Guardiola kembali bangkit setelah start lambat dan kini menempel Arsenal, namun sejumlah kekalahan dan penampilan tidak stabil memunculkan keraguan mengenai kemampuan mereka mengulang rangkaian hasil sempurna seperti musim-musim sebelumnya.
Meski rekam jejak mereka dalam mengejar rival sangat kuat, performa yang naik turun dinilai bisa memaksa Guardiola menyesuaikan strategi agar tetap kompetitif hingga akhir musim.
Manchester City telah melalui situasi seperti ini sebelumnya, dan pengalaman tersebut membuat mereka dinilai lebih matang menghadapi tekanan. Meski sempat goyah pada pekan-pekan awal, mereka kembali menemukan ritme dan perlahan masuk ke jalur persaingan gelar.
Liverpool sempat sempat berada jauh di depan hingga disebut-sebut sebagai juara setelah lima laga. Namun hasil-hasil buruk berikutnya membuat posisi itu runtuh. City lalu berada pada jarak poin yang sama terhadap Arsenal dan Liverpool, namun hanya Arsenal yang diperkirakan mampu bertahan dalam persaingan.
Situasi tersebut dianggap menguntungkan City karena mereka memiliki sejarah kuat ketika harus mengejar tim yang memimpin klasemen. Gap empat poin dinilai bukan sesuatu yang menakutkan bagi klub yang berkali-kali berhasil menyalip rival di periode akhir musim.
Tim Guardiola dikenal sangat kuat pada fase penutup kompetisi. Bahkan ketika musim lalu mereka tersandung sebelum Natal, mereka masih mampu mencatatkan 10 laga liga tanpa kalah demi mengamankan posisi Liga Champions.
Rangkaian tak terkalahkan juga menjadi pola rutin mereka. Musim 2023/24 mereka tidak terkalahkan dalam 23 pertandingan liga, sementara musim sebelumnya mereka menjalani 16 laga tanpa kekalahan hingga memastikan gelar sebelum akhirnya tumbang di pekan terakhir.
Polanya bahkan pernah terlihat pada 2021/22 ketika mereka menutup musim dengan 12 laga tak terkalahkan. Semua itu menjadi bukti bahwa City biasanya meningkatkan kualitas performa saat persaingan menuju titik paling menentukan.
Butuh Pendekatan Berbeda Musim Ini
Meski begitu, musim ini mulai menunjukkan tanda bahwa mereka tidak sekuat edisi-edisi terbaiknya. Kekalahan dari Aston Villa di akhir Oktober memperlihatkan sisi rapuh tim yang sebelumnya jarang terlihat di liga.
Beberapa pekan sebelumnya mereka juga terpeleset di Monaco, dan rangkaian dua kekalahan beruntun pada awal musim sempat membuat para rival yakin City tidak lagi menjadi mesin konsisten seperti biasanya.
Erling Haaland memang tampil luar biasa dan menjadi faktor besar di balik kebangkitan City menuju papan atas. Namun tim ini tetap memperlihatkan beberapa kali inkonsistensi yang mengundang tanya soal kemampuan menjaga performa panjang tanpa tersentuh kekalahan.
Kini muncul keraguan apakah skuad Guardiola masih mampu membangun rangkaian 15 laga tanpa kalah, sesuatu yang pada musim-musim sebelumnya terasa sangat mungkin mereka lakukan. Gambaran itu kini terlihat lebih sulit.
Karena itu, sejumlah analis menilai City mungkin perlu melakukan sesuatu yang berbeda untuk mempertahankan peluang juara. Mereka dianggap harus lebih adaptif menghadapi situasi-situasi yang tidak berjalan sesuai rencana.
Kekuatan terbesar City selama masa Guardiola adalah kemampuan beradaptasi. Pandangan ini menilai bahwa musim ini mungkin menjadi ujian terbesar apakah fleksibilitas itu masih sekuat sebelumnya.
