Gilabola.com – Manchester United berhasil melaju ke babak berikutnya Piala FA setelah menang melalui adu penalti melawan Arsenal akhir pekan lalu.
Ruben Amorim telah mencatat kemenangan melawan Manchester City dan Arsenal, serta membawa Manchester United bertarung sengit melawan Liverpool di Anfield. Prestasi ini cukup mengesankan, mengingat ia harus bekerja dengan skuat yang tidak sepenuhnya cocok dengan formasi yang ia terapkan.
Kemenangan dramatis United dengan 10 pemain melawan Arsenal di babak ketiga Piala FA menjadi langkah maju bagi Amorim, sekaligus pengingat bahwa ia adalah pelatih yang memiliki kualitas.
Amorim telah mengungguli Pep Guardiola di Etihad, hampir meraih kemenangan melawan pemuncak klasemen di Merseyside, dan mencatat kemenangan perdananya atas Mikel Arteta dalam situasi sulit.
Tentu saja, perjalanan ini tidak lepas dari hambatan dan hasil buruk sejak Amorim mengambil alih. Namun, keberhasilannya memenangkan duel taktik melawan tiga manajer terbaik di Eropa selama beberapa bulan pertamanya di Inggris menjadi indikasi masa depan yang lebih cerah di Old Trafford.
Apakah Man United Akhirnya Temukan Pelatih Yang Tepat?
Rasanya mulai seperti itu. Amorim dengan teguh memegang prinsipnya dalam cara bermain tim, yang seharusnya menjadi pondasi kesuksesan jangka panjang.
Erik ten Hag, di sisi lain, mengorbankan nilai-nilainya sejak menghadapi rintangan pertama dalam masa jabatannya, yang membuatnya sulit membangun filosofi tim setelah musim pertamanya.
Setelah kekalahan dari Brighton dan Brentford, Ten Hag harus segera mendapatkan hasil positif, meskipun itu mengorbankan rencana jangka panjang. Ketika akhirnya ia mencoba mengembalikan gaya bermain idealnya, semuanya sudah terlambat dan tidak berhasil.
Sebaliknya, Amorim menolak mengubah formasi dan sistemnya, memberikan identitas yang jelas bagi tim. Pendekatan ini meningkatkan peluangnya untuk meraih kesuksesan jangka panjang.
Amorim sebelumnya telah memperingatkan bahwa badai akan datang, dan ia siap menghadapi tantangan. Kekalahan dari Nottingham Forest, Bournemouth, dan Wolves sempat membuat beberapa pihak meragukan penunjukan ini, namun kekalahan tersebut seharusnya sudah diprediksi mengingat perubahan yang ia lakukan.
Mengubah sistem tim di tengah musim tentu sulit, tetapi Amorim sepenuhnya terlibat di Carrington dan para pemain akhirnya merespons visinya.
Ada momen di waktu tambahan melawan Arsenal ketika United mendapat tendangan bebas yang kemudian berhasil ditangkap David Raya. Arsenal mencoba melancarkan serangan balik cepat, namun setiap pemain United dalam seragam biru laut berlari kembali dengan penuh semangat, menunjukkan mentalitas tim yang jauh lebih baik.
Kebersamaan ini juga terlihat saat melawan Liverpool di Anfield, di mana United tampil sangat terorganisir, baik dalam bertahan maupun menyerang, sebagai unit yang terlatih, bukan sekadar kumpulan individu.
Kini Man United Tak Perlu Iri Lagi
City, Liverpool, dan Arsenal telah bersaing di puncak Liga Premier dalam beberapa tahun terakhir, sementara United hanya bisa menyaksikan dengan rasa iri terhadap para manajer yang secara taktik luar biasa.
Ketiga tim tersebut memiliki gaya bermain yang berbeda, namun semuanya memiliki filosofi yang jelas – sesuatu yang tidak dimiliki United di era Ten Hag, yang akhirnya menjadi alasan pemecatannya musim ini.
Ineos ingin United memenangkan gelar Liga Premier pertama mereka sejak 2013, dan Amorim tampaknya menjadi pelatih yang mampu mewujudkan ambisi tersebut. Ia telah berhasil mengalahkan tim-tim terbaik di liga tanpa mendatangkan pemain yang cocok dengan sistemnya, jadi apa yang bisa ia capai setelah jendela transfer musim panas?
Musim ini memang terasa suram bagi para pendukung, tetapi ada cahaya di ujung terowongan.