Gilabola.com – Kritik tajam kembali menghantam manajemen Manchester United, kali ini datang dari David Murray, mantan pemilik Glasgow Rangers yang pernah hampir membeli separuh saham klub raksasa Inggris itu.
Dia menggambarkan kebijakan terbaru Jim Ratcliffe di Old Trafford sebagai tindakan “shoot your head stuff,” atau dalam terjemahan bebasnya: keputusan yang sama sekali tidak masuk akal.
Murray, yang sempat berada sangat dekat dengan kursi kepemilikan Manchester United pada 1989, mengatakan kepada Mail Sport bahwa apa yang terjadi saat ini di klub adalah bentuk dari disfungsi serius.
Dia menyoroti kontras antara penghematan operasional dan pemborosan pada sisi lain, dengan menyebut bahwa bagaimana mungkin seorang seperti Casemiro menerima gaji Rp 8,2 Miliar per pekan, sementara di saat yang sama staf kantin kehilangan makan siang dan ruang makan ditutup.
Jim Ratcliffe, yang kini menguasai sepertiga saham klub, memang melakukan sejumlah pemangkasan anggaran operasional. Dia dikabarkan mengganti makan siang gratis staf dengan buah-buahan dan mempertahankan keputusannya dengan menyatakan bahwa selama hidupnya tidak pernah mendapat makan siang gratis dari siapa pun.
Murray, hal semacam ini mencederai nilai-nilai yang membentuk klub seperti Manchester United, yang menurutnya tumbuh karena kekuatan kolektif para pekerja dan pendukung, bukan hanya karena laporan keuangan.
Jejak Sejarah yang Hampir Mengubah United
Dalam kisah masa lalu yang kembali mencuat lewat autobiografinya Mettle, Murray mengungkapkan bahwa dirinya pernah begitu dekat untuk mengambil alih 50 persen saham Manchester United dari ketua klub saat itu, Martin Edwards.
Dia bahkan telah menunjuk tim pemasaran untuk menyusun rencana merger antara United dan Rangers, dengan berbagai gagasan seperti pemusatan fasilitas perbankan, penghematan biaya administrasi, hingga kerja sama dalam kontrak mobil bagi pemain.
Namun rencana ambisius tersebut gagal terwujud setelah otoritas sepak bola Skotlandia menolak ide kepemilikan lintas negara antara dua klub besar.
Murray juga mengaku bahwa ia menolak permintaan kolateral dari Michael Knighton, rekan bisnisnya saat itu, yang ingin menjaminkan kastil miliknya di Skotlandia yang ternyata nilainya tak mencukupi.
Kini, saat melihat dari kejauhan, Murray tak bisa menahan komentarnya terhadap kondisi terkini Manchester United. Dia mengatakan bahwa ini bukan soal bensin atau kilang seperti Grangemouth, tapi soal bisnis sepak bola, dan yang membuat klub-klub seperti Rangers dan United besar adalah orang-orang yang bekerja untuknya, bukan sekadar pemilik saham.
Dengan sejumlah pemain yang masih digaji besar meski performanya minim, dan pengurangan fasilitas untuk staf, suara-suara kritik seperti yang dilontarkan Murray semakin mempertegas bahwa persoalan di dalam tubuh Setan Merah tidak hanya teknis, tapi juga menyentuh dimensi moral dan budaya klub sepak bola.