Manchester United Bungkam The Magpies, Gol Perdana Dorgu Jadi Pembeda

Gilabola.com – Manchester United meraih kemenangan penting 1-0 atas Newcastle United pada laga Boxing Day di Old Trafford. Gol tunggal Patrick Dorgu pada babak pertama menjadi pembeda dalam pertandingan ketat, sekaligus menghadirkan clean sheet berharga bagi pasukan Ruben Amorim.

Kemenangan ini bukan hanya soal tiga poin, tetapi juga menjadi penanda keberhasilan eksperimen taktik Amorim, yang untuk pertama kalinya menurunkan United dengan formasi empat bek murni, sesuatu yang jarang terlihat sejak ia mengambil alih kursi pelatih.

Babak Pertama: Tekanan Newcastle Dibalas Gol Spektakuler

Newcastle memulai laga dengan intensitas tinggi. Mereka menekan sejak awal dan tampak bertekad memperbaiki rekor tandang buruk yang menghantui sepanjang musim. Namun, Manchester United perlahan menemukan ritme permainan mereka.

Formasi 4-2-3-1 yang diterapkan Amorim terlihat jelas. Patrick Dorgu beroperasi tinggi di sisi kanan serangan, posisi yang tidak sepenuhnya asing baginya sejak masih membela Lecce. Sementara itu, Matheus Cunha tampil dinamis di sisi kiri dan kerap merepotkan pertahanan Newcastle.

Tekanan Newcastle sempat membuahkan peluang lewat situasi bola mati. Bruno Guimarães hampir membuka keunggulan, tetapi kiper Senne Lammens tampil sigap mengamankan gawangnya. United juga mengancam dari sepak pojok, menunjukkan bahwa duel set-piece akan menjadi faktor penting.

Momen penentu hadir pada menit ke-24. Berawal dari lemparan jauh dan sapuan setengah hati lini belakang Newcastle, bola jatuh di tepi kotak penalti. Patrick Dorgu datang dari sisi kanan dan menyambutnya dengan tendangan voli keras yang meluncur ke sudut bawah gawang. Aaron Ramsdale tak mampu bereaksi cepat. Gol indah itu menjadi gol perdana Dorgu bersama Manchester United.

Setelah gol tersebut, Newcastle tampak terpukul. United justru semakin percaya diri, dengan Cunha dan Dorgu terus menjadi ancaman. Ramsdale dipaksa melakukan beberapa penyelamatan penting untuk menjaga Newcastle tetap dalam permainan hingga turun minum.

Babak Kedua: Newcastle Menggempur, United Bertahan Mati-matian

Memasuki babak kedua, Newcastle tampil jauh lebih agresif. Eddie Howe tampaknya memberi instruksi jelas untuk menaikkan tempo dan memaksimalkan lebar lapangan. Lewis Hall dan Fabian Schär hampir menyamakan kedudukan, dengan dua peluang yang sama-sama membentur mistar gawang.

Manchester United mulai tertekan dan Amorim merespons dengan perubahan signifikan. Benjamin Šeško digantikan Joshua Zirkzee untuk menambah kekuatan fisik di lini depan, sementara Casemiro ditarik keluar dan digantikan Leny Yoro untuk memperkuat pertahanan.

Tekanan Newcastle semakin intens. VAR sempat memeriksa dugaan handball Lisandro Martinez di kotak penalti, namun wasit Anthony Taylor memutuskan tidak ada pelanggaran. Keputusan ini membuat kubu Newcastle frustrasi, meski secara aturan dinilai tepat.

Di sisi lain, United nyaris menggandakan keunggulan. Diogo Dalot lolos dari kawalan dan berhadapan satu lawan satu dengan Ramsdale, tetapi penyelesaiannya melambung tipis di atas mistar—peluang emas yang hampir memastikan kemenangan lebih nyaman.

Menjelang akhir laga, United bertahan sangat dalam dengan formasi nyaris 6-3-1. Newcastle terus menekan hingga menit-menit akhir, termasuk peluang emas Lewis Miley di masa injury time, tetapi penyelesaian akhirnya melambung.

Peluit panjang berbunyi, Old Trafford bergemuruh. Manchester United sukses mempertahankan keunggulan tipis mereka.

Analisa Kami

Kemenangan ini terasa lebih besar dari sekadar skor 1-0. Manchester United menunjukkan disiplin, fleksibilitas taktik, dan semangat kolektif yang selama beberapa musim terakhir kerap dipertanyakan. Eksperimen Ruben Amorim, terutama memainkan Patrick Dorgu di sisi kanan, terbukti berani sekaligus jitu.

Bagi Newcastle, kekalahan ini kembali menegaskan masalah lama mereka: performa tandang. Tekanan, peluang, dan dominasi bola tidak ada artinya tanpa ketajaman dan ketenangan di momen krusial. Jika Eddie Howe tidak segera menemukan solusi, perjalanan berat ke markas tim-tim besar ke depan bisa menjadi mimpi buruk yang berulang.