Gilabola.com – Manchester United kembali disorot jelang bursa transfer musim panas, kali ini karena ketertarikan mereka pada Benjamin Sesko.
Striker muda RB Leipzig itu memang sedang naik daun, tetapi banyak suara yang mengingatkan bahwa klub bersejarah Inggris tersebut bisa saja mengulang kesalahan yang sama seperti saat mendatangkan Rasmus Hojlund dari Atalanta dua tahun lalu.
Pada 2023, Manchester United membayar sekitar Rp 1,4 Triliun—yang bisa naik menjadi Rp 1,57 Triliun—untuk Hojlund. Saat itu, dia dipandang sebagai salah satu talenta paling menjanjikan di sepak bola Eropa.
Namun, kenyataannya jauh dari harapan. Dalam 62 pertandingan liga, dia hanya mencetak 14 gol, membuat dirinya terlihat kesulitan beradaptasi dengan tekanan besar di Old Trafford.
Kini, banyak yang menilai bahwa Hojlund justru menjadi contoh terbaru dari pemain yang “tergerus” oleh tuntutan klub sebesar Manchester United dengan dia tampaknya belum siap menerima beban sebesar itu.
Sesko Harus Pikir Panjang
Sesko, yang disebut memiliki banderol sekitar Rp 1,5 Triliun, dikabarkan menjadikan Manchester United sebagai tujuan favoritnya ketimbang peminat lain, Newcastle United.
Namun, dia dihadapkan pada pertanyaan besar: apakah dia siap menghadapi ekspektasi luar biasa yang sering kali menekan para penyerang muda di klub ini? Banyak yang menilai, jika Sesko melangkah ke Old Trafford tanpa persiapan matang, dia bisa saja mengalami nasib serupa dengan Hojlund.
Di satu sisi, Sesko diyakini percaya bahwa dia bisa melakukan hal yang gagal dicapai Hojlund—mencetak lebih banyak gol dan tampil lebih meyakinkan.
Namun, satu musim yang baik bersama RB Leipzig belum tentu cukup untuk menjadi tiket menuju salah satu klub terbesar di dunia. Sementara itu, United memang sedang sangat membutuhkan penyerang baru setelah performa lini depan mereka musim lalu jauh dari kata memuaskan.
Watkins, Pilihan Lebih Masuk Akal?
Beberapa pandit menyebut nama Ollie Watkins sebagai alternatif yang jauh lebih logis. Penyerang Aston Villa itu sudah teruji di Premier League, memahami ritme sepak bola Inggris, dan menunjukkan konsistensi dalam beberapa musim terakhir. Bahkan, Arsenal sempat mencoba mendatangkannya karena performanya yang stabil.
Watkins kini berusia 29 tahun, usia yang dianggap banyak pelatih sebagai puncak karier seorang penyerang. Dengan pengalaman dan ketajamannya, dia dinilai bisa memberikan dampak instan di Manchester United—sesuatu yang jarang terjadi pada penyerang muda yang butuh waktu adaptasi.
Sayangnya, seperti yang diutarakan beberapa pengamat, “akal sehat” jarang menguasai keputusan transfer di klub yang disebut sebagai raksasa yang sedang berusaha bangkit ini.
Drama transfer ini membuat dunia sepak bola menunggu: apakah Manchester United akan belajar dari kesalahan, atau justru kembali mengambil jalan yang sama dengan risiko tinggi?