Gilabola.com – Enzo Maresca mengakui bahwa kekalahan Chelsea dari Sunderland pekan lalu membuka mata tim terhadap kelemahan dalam persiapan taktik. Pelatih asal Italia itu menyebut bahwa perubahan formasi mendadak dari tim lawan menjadi lima bek membuat seluruh rencana pertandingan harus dirombak hanya beberapa menit sebelum laga dimulai.
Dia juga menegaskan bahwa timnya perlu belajar beradaptasi lebih cepat terhadap pola bertahan lawan yang berbeda dari perkiraan, sembari tetap menjaga efektivitas dalam mengolah peluang, termasuk dari bola mati.
Menurut Maresca, Chelsea sebenarnya telah mempelajari sembilan pertandingan Sunderland sebelumnya dan sama sekali tidak menemukan indikasi bahwa mereka akan menggunakan formasi dengan lima bek sejak awal laga.
Juru taktik asal Italia itu menilai perubahan mendadak itu membuat para pemain harus melupakan seluruh strategi yang sudah disiapkan di ruang ganti sebelumnya.
Dia menuturkan bahwa sebelum pertandingan dimulai, para pemain mendapat instruksi untuk mengubah pendekatan permainan secara cepat karena formasi lawan berbeda dari hasil analisis sebelumnya. Perubahan ini, kata Maresca, membuat tim harus menyesuaikan diri dalam waktu kurang dari sepuluh menit.
Maresca menganggap situasi seperti ini sebagai tantangan nyata dalam dunia sepak bola modern. Dia menyebut bahwa menghadapi tim yang tiba-tiba memilih bertahan dengan lima pemain belakang membuat aliran serangan menjadi lebih sulit. Menurutnya, cara bertahan seperti itu menuntut kreativitas ekstra untuk membuka ruang.
Pelatih berusia 44 tahun itu juga menilai bahwa keberhasilan Sunderland mencuri kemenangan di menit akhir tidak hanya karena strategi bertahan mereka, tetapi juga karena kurangnya ketenangan Chelsea dalam menyelesaikan peluang. Dia menilai timnya terlalu terburu-buru ketika menghadapi blok pertahanan rapat.
Adaptasi dan Perbaikan
Maresca menyebut bahwa salah satu pelajaran penting dari kekalahan itu adalah perlunya fleksibilitas taktik. Dia mengakui bahwa tim-tim lawan kini lebih sering menyesuaikan gaya bermain mereka ketika menghadapi Chelsea karena menghormati pencapaian musim lalu. Hal ini membuat pertandingan menjadi lebih sulit diprediksi.
Menurut Maresca, para pemain harus belajar memahami bahwa lawan akan terus mencari cara baru untuk menghentikan mereka. Dia menegaskan pentingnya kesiapan mental dan kemampuan membaca permainan sejak awal agar tim tidak kehilangan arah ketika rencana awal tidak berjalan sesuai harapan.
Pelatih asal Italia itu juga mengingatkan bahwa meskipun beberapa tim memilih bertahan dalam, Chelsea tetap mampu membongkar pertahanan semacam itu di pertandingan lain, seperti ketika menghadapi Nottingham Forest. Dia menilai konsistensi menjadi kunci agar hasil positif bisa diraih kembali.
Maresca sempat membandingkan pengalamannya dengan pertandingan melawan tim asuhan Ange Postecoglou. Dia mengatakan bahwa pelatih asal Australia itu juga pernah menggunakan formasi lima bek secara tak terduga di laga terakhirnya bersama Nottingham Forest, sesuatu yang menurutnya cukup jarang dilakukan oleh Postecoglou.
Dalam situasi itu, Chelsea juga terpaksa mengubah rencana permainan di menit-menit akhir, tetapi tetap mampu meraih kemenangan. Dari pengalaman itu, Maresca melihat bahwa fleksibilitas dan komunikasi cepat antar pemain di lapangan sangat berpengaruh terhadap hasil pertandingan.
Selain membahas kesulitan menghadapi formasi bertahan, Maresca juga menyinggung pentingnya situasi bola mati. Dia menolak anggapan bahwa Chelsea mengabaikan potensi dari lemparan jauh atau sepak pojok, dan menyebut bahwa set-piece merupakan bagian sah dari permainan.
Menurutnya, sebagai pelatih dia tidak menutup kemungkinan untuk memanfaatkan strategi itu di masa depan. Dia menekankan bahwa saat ini Chelsea sudah cukup produktif dari situasi bola mati, bahkan berada di posisi kedua setelah Arsenal dalam jumlah gol dari set-piece di Premier League.

