Mikel Arteta Mimpi Jika Berpikir Arsenal Bisa Juara Liga Inggris Cuma Andalkan Bola Mati!

Gila Bola – Mikel Arteta tampaknya terlalu optimis dan haris segera menyadari untuk menyelamatkan peluang juara Arsenal musim ini hanya dengan mengandalkan bola mati!

Masalah dalam open play (permainan terbuka dimana gol bisa tercipta oleh skill individu pemain maupun dari kerjasama tim) dan sibuk mencari strategi bertahan yang sempurna akan menghambat Arsenal dalam perburuan gelar juara Liga Inggris.

Dan Arsenal sepertinya mulai kehabisan ide dalam mencetak gol, dengan kritik yang semakin ramai terkait ketergantungan mereka pada strategi bola mati.

Kecenderungan Arsenal untuk mencetak gol lewat bola mati, khususnya dua gol yang mengantarkan mereka mengalahkan Manchester United 2-0 dua pekan lalu, membuat mereka dijuluki sebagai “Tony Pulis-nya Arsenal”, Tony Pulis adalah pelatih West Brom yang hobinya bertahan dan hanya mengandalkan bola mati.

Meskipun demikian, ini agak tidak adil bagi tim yang telah finis kedua di klasemen Liga Inggris dua musim berturut-turut dan masih berada dalam perburuan gelar juara musim ini.

Namun, setelah hasil imbang 0-0 yang mengecewakan di kandang melawan Everton, kekhawatiran yang muncul terkait bagaimana Arsenal akan mencetak gol dari permainan terbuka semakin menjadi.

Arteta dalam Posisi Tertekan

Sebelum kemenangan 3-0 melawan Monaco di Liga Champions, Arteta ditanya apakah gaya Arsenal akan selalu bergantung pada kelebihan mereka di bola mati. Untuk meredakan situasi, dia menjelaskan dengan dua botol air kecil bagaimana banyak orang luar memandang gol dari open play dan bola mati sebagai dua entitas terpisah, sedangkan dia melihatnya sebagai satu kesatuan dalam strategi sepak bola. Pesannya adalah bahwa kita tidak bisa memisahkan keduanya.

Di sisi positif, Arsenal bermain sangat baik saat melawan Monaco, dengan Saka tampil sangat mengesankan. Namun, sangat aneh jika kemenangan tersebut terjadi di antara dua pertandingan Premier League di mana Arsenal gagal menunjukkan ketajaman di sepertiga akhir lapangan.

Statistik Arsenal Mengkhawatirkan

Tidak ada tim Liga Premier yang menciptakan lebih banyak gol yang diharapkan (xG) dari bola mati dibandingkan Arsenal dalam 16 pertandingan pertama musim ini, namun mereka berada di setengah bawah klasemen untuk statistik yang hanya memperhitungkan open play.

Arsenal juga tertinggal jauh dari rival mereka dalam hal operan langsung yang menghasilkan gol, dengan total 34, jauh di bawah pemimpin statistik Chelsea (49), serta enam tim lain, termasuk Wolves yang sedang berjuang di zona degradasi.

Total gol mereka juga tidak begitu mengesankan. Dengan 29 gol sejauh ini, mereka berada di jalur untuk mencetak sekitar 69 gol sepanjang musim 38 pertandingan, yang akan menjadi penurunan signifikan dibandingkan dengan total gol mereka pada dua musim sebelumnya, yaitu 88 gol pada 2022-23 dan 91 gol pada 2023-24.

Keunggulan bola mati memang merupakan senjata yang berguna bagi Arsenal, namun itu seharusnya tidak menjadi strategi utama mereka, terlepas dari keahlian mereka dalam hal tersebut.

Apa yang semakin melemahkan argumen Arteta terhadap para kritikus Arsenal akhir-akhir ini adalah kenyataan bahwa timnya tidak lagi terlihat seperti dua musim sebelumnya. Arsenal yang sebelumnya mampu menjebol benteng pertahanan lawan dan menjadi ancaman dalam transisi, kini kekuatan tersebut mulai memudar.

Sebagian dari itu mungkin terkait dengan perkembangan alami mereka. Ketika Arsenal pertama kali muncul sebagai calon juara, itu adalah cerita yang menarik tentang raksasa yang terbangun. Namun, sekarang itu sudah tidak lagi menjadi cerita baru baik di dalam maupun di luar klub.

Tim lawan kini memberikan mereka lebih banyak rasa hormat. Itulah mengapa Everton berusaha mematikan ritme permainan sejak menit pertama pada pertandingan akhir pekan lalu. Jika pertandingan itu berlangsung terbuka, mereka pasti akan kalah.

Sebaliknya, ancaman baru dari Liverpool yang dilatih Arne Slot dan Chelsea yang ditangani Enzo Maresca belum sepenuhnya dipahami oleh Premier League, membuat Arsenal terlihat ketinggalan zaman meskipun mereka memiliki pemain muda.

Musim Transfer yang Terlewatkan

Bursa transfer musim panas bagi Arsenal mulai terlihat seperti kesempatan yang terlewatkan. Pemain baru mereka hampir tidak memberikan kontribusi berarti bagi skuad musim lalu, dengan kembalinya Jurrien Timber setelah cedera ACL menjadi pembaruan paling signifikan dalam skuad.

Mendatangkan bintang Euro 2024 dan bek serba bisa, Riccardo Calafiori, memang masuk akal dari segi kualitas, tetapi apa yang Arsenal tidak butuhkan adalah taruhan kebugaran yang tidak dapat diandalkan di lini belakang.

Kemampuan saja tidak cukup, karena mereka membutuhkan pemain yang dapat diandalkan untuk tampil dalam jangka panjang, yang sayangnya belum bisa diberikan oleh Calafiori.

Di lini tengah, Arsenal berpikir mereka telah mendatangkan pasangan yang sempurna untuk Declan Rice dengan Mikel Merino. Ia memiliki pengalaman di Premier League dan berperan penting untuk Spanyol di Euro, tetapi dia terbukti kurang memuaskan saat tim benar-benar membutuhkan pemain yang bisa langsung tampil impresif.

Ketergantungan Arsenal pada Saka dan Odegaard

Sudah cukup buruk ketika Bukayo Saka dipaksa bermain keras dan terus-terusan dikasari setiap pekan. Hal itu bahkan lebih buruk ketika Martin Odegaard tidak ada untuk membantu menyerap sebagian perhatian itu.

Cedera yang dialami oleh pemain asal Norwegia ini, yang berlangsung lebih dari sebulan, menjadi masalah besar bagi Arteta, yang kehilangan pencipta utama tim dan justru memilih untuk menumpukan lebih banyak tanggung jawab kepada Saka. Meskipun statistik Saka terlihat lebih baik, ia seharusnya tidak perlu mengambil 110% dari beban serangan timnya.

Krisis Cedera Arsenal

Krisis cedera yang melanda Arsenal, pertama kali sejak mereka kembali menjadi pesaing gelar, semakin memperburuk situasi. Skuad yang semakin tipis dan pemain-pemain yang tersisa, tidak hanya Saka, telah dipaksa bermain hingga batas fisik mereka. Kelelahan mulai menggantikan kesegaran, dan kemampuan fisik yang luar biasa hanya terlihat efektif dalam situasi bola mati.

Gagal Dalam Penguasaan Bola

Sebelum dibandingkan dengan Tony Pulis, Arteta dulu lebih sering dibandingkan dengan Jose Mourinho pada masa jayanya. Ia mengubah pendekatan Arsenal yang sebelumnya dikenal sebagai penghibur utama di Liga Inggris, karena memilih untuk lebih berhati-hati dalam pertandingan besar demi mendapatkan poin dan kemajuan.

Namun, pendekatan ini jarang memberikan hasil yang baik. Tiga kali di musim ini Arsenal kehilangan poin setelah bermain dengan 10 orang, dan mereka gagal menang di dua pertandingan paling bergengsi pada akhir musim 2023-24.

Pendukung yang merayakan hasil imbang 0-0 di Manchester City pada Maret lalu mungkin merasa bangga, tetapi ada satu pertandingan beberapa minggu kemudian yang seharusnya menjadi titik permasalahan.

Arsenal datang ke Allianz Arena dalam perempat final Liga Champions pertama mereka dalam 14 tahun dengan skor imbang melawan Bayern Munchen, namun mereka gagal menyerang dan hanya berdiri diam saat pertandingan memasuki menit-menit akhir.

Hal tersebut kini berlanjut ke musim ini dan tidak menunjukkan tanda-tanda membaik. Arsenal kini tertinggal enam poin dari Liverpool meski telah memainkan satu pertandingan lebih banyak, dan hanya unggul tiga poin dari City meskipun juara bertahan sedang mengalami krisis.

Harapan Terakhir Arsenal

Harapan terbesar bagi Arsenal adalah mereka berhasil membalikkan keadaan pada bulan-bulan terakhir musim lalu. Ada kemungkinan mereka bisa kembali ke performa terbaik mereka, namun mereka tidak bisa mengabaikan masalah-masalah yang ada jika ingin mencapai itu.