Gilabola.com – Liverpool dan Manchester United kini kembali sejajar sebagai dua klub tersukses di Inggris dengan 20 gelar liga. Namun, dengan musim gemilang yang baru saja dijalani The Reds di bawah arahan Arne Slot, keunggulan historis yang selama ini dibanggakan Sir Alex Ferguson bisa segera runtuh.
Pada Mei 2009, Manchester United menutup musim dengan gelar liga ke-18 mereka. Usai hasil imbang tanpa gol melawan Arsenal di Old Trafford, Alex Ferguson tampak sudah mengarahkan pandangannya ke musim berikutnya. Meski baru saja menyamai torehan Liverpool, pria asal Skotlandia itu langsung menyebut target selanjutnya: mengungguli rival abadi mereka.
“Tantangan besar sekarang adalah memenangkannya lagi tahun depan. Gelar ke-19 akan memberikan tempat spesial dalam sejarah klub ini,” ujar Ferguson waktu itu. “Saya sangat bangga bisa menyamai Liverpool. Ketika saya datang ke sini, mereka adalah raja. Tugas saya adalah mengganti itu.”
Dan memang, Ferguson berhasil. Gelar ke-19 datang pada 2011, dan gelar ke-20 disusul pada 2013 — tepat sebelum sang legenda pensiun.
Dari Takhta ke Jurang: MU Jatuh, Liverpool Bangkit
Namun kini, dua dekade setelah Ferguson menyatakan misi ‘menggeser Liverpool dari singgasananya’, The Reds bangkit dan berada di ambang menciptakan mimpi buruk sang manajer legendaris. Dengan gelar ke-20 yang baru saja diraih di bawah Slot, Liverpool kembali menyamai MU — tapi dengan momentum dan masa depan yang sepenuhnya berpihak pada mereka.
Sementara itu, Manchester United justru sedang mengalami salah satu musim terburuk dalam era Premier League. Dengan 15 kekalahan, manajer anyar Ruben Amorim hanya mampu membawa tim ke posisi ke-14 dengan empat laga tersisa. Mereka dipastikan akan finis di posisi terburuk sejak Liga Inggris berganti format pada 1992.
Arne Slot dan Bus Nomor 21
Pundit dan legenda Liverpool Jamie Carragher tak ragu menulis dalam kolomnya di The Telegraph:
“Slot sudah mengamankan tempatnya dalam sejarah Anfield dengan menyamakan rekor Ferguson. Sekarang, ia akan naik bus terbuka bernomor 20 dalam parade juara. Tapi setelah semua selebrasi, semua pandangan akan tertuju pada jadwal keberangkatan bus nomor 21.”
Carragher bahkan mengakui, dirinya dulu tak percaya bahwa Liverpool bisa mengejar, apalagi menyamai jumlah gelar liga MU.
“Saat saya pensiun, saya tak pernah membayangkan kita bisa mengejar mereka. Dulu mereka terus bilang kita hidup di masa lalu. Sekarang? Tak ada lagi yang bilang begitu.”
Kejutan Arne Slot: Juara di Musim Pertama
Slot sendiri adalah anomali dalam sejarah Liverpool. Dalam era di mana transisi pelatih kerap penuh tantangan, ia justru membawa Liverpool ke tangga juara di musim perdananya — hal yang tak banyak dilakukan bahkan oleh para legenda seperti Shankly atau Dalglish.
“Saya tak pernah membayangkan pelatih baru bisa langsung membawa kami juara,” kata mantan rekan Slot, Sander Westerveld. “Kita lihat setelah Ferguson, banyak pelatih besar datang ke MU tapi gagal. Di Liverpool, semuanya menyatu tahun ini.”
Westerveld juga menyanggah anggapan bahwa Liverpool juara karena Man City dan Arsenal tampil buruk.
“Kita cuma kalah satu kali. Bahkan jika City dan Arsenal bermain sebagus musim lalu, kami tetap bisa juara. Ini prestasi luar biasa.”
Misi Liverpool Berikutnya: Jadi Raja Sejati
Meski skuad Liverpool saat ini dipenuhi pemain muda dan internasional yang mungkin tak tumbuh dalam rivalitas ini, atmosfer di Anfield diyakini akan berubah total musim depan. Dengan status kini sejajar dengan MU, ambisi untuk menjadi penguasa tunggal Inggris dengan gelar ke-21 akan menjadi motivasi tersendiri.
Arne Slot tentu layak menikmati manisnya gelar pertama bersama Liverpool. Namun seperti kata Ferguson dulu, tantangan sejati adalah mempertahankannya — dan menjadikannya lebih dari sekadar angka.