Site icon Gilabola.com

Mohamed Salah Minta Maaf ke Skuad Liverpool, Curtis Jones Bongkar Suasana di Ruang Ganti The Reds

Mohamed Salah - Liverpool

Gilabola.com – Mohamed Salah akhirnya angkat tangan dan meminta maaf kepada rekan-rekan setimnya di Liverpool setelah ledakan emosinya mencuri perhatian publik. Permintaan maaf itu disampaikan langsung di ruang ganti dan, menurut Curtis Jones, sama sekali tidak merusak keharmonisan skuad The Reds.

Justru sebaliknya, insiden tersebut dianggap sebagai bagian dari mentalitas pemenang yang dimiliki Salah dan para pemain Liverpool. Jones menegaskan bahwa kemarahan yang muncul bukanlah bentuk egoisme, melainkan dorongan kuat untuk terus membantu tim meraih kemenangan.

Permintaan Maaf Salah di Ruang Ganti Liverpool

Curtis Jones mengungkap bahwa Mohamed Salah menyadari situasi yang terjadi usai wawancara emosionalnya awal bulan ini. Saat itu, penyerang berusia 33 tahun tersebut meluapkan kekecewaan setelah tidak dimainkan dalam laga imbang 3-3 melawan Leeds United.

Berbicara kepada Sky Sports, Jones menjelaskan bagaimana Salah bersikap dewasa dengan meminta maaf secara langsung kepada tim.

“Mo adalah dirinya sendiri dan bebas mengatakan apa yang ia rasakan. Dia meminta maaf kepada kami dan berkata, ‘Jika aku memengaruhi siapa pun atau membuat kalian merasa tidak nyaman, aku minta maaf.’ Itulah sosok Mo,” ujar Jones.

Jones menambahkan bahwa suasana ruang ganti tetap positif. Salah tetap menunjukkan senyum khasnya dan tidak ada perubahan sikap dari rekan-rekan setim.

“Dia tetap Mo yang sama, penuh senyum. Semua orang juga memperlakukannya dengan cara yang sama. Ini bagian dari hasrat untuk menang, dan saya rasa dia bukan yang terakhir mengalami hal seperti ini.”

Mental Juara dan Rasa Tidak Puas di Bangku Cadangan

Jones memahami bahwa ada cara berbeda dalam mengekspresikan kekecewaan, namun ia menilai pemain yang terlalu nyaman duduk di bangku cadangan justru lebih bermasalah.

“Kalau ada pemain yang baik-baik saja tidak bermain dan tidak ingin membantu tim, itu justru masalah yang lebih besar,” tegasnya.

Menurut Jones, kemarahan yang pernah muncul di dalam tim—termasuk dari dirinya sendiri—selalu berangkat dari niat positif. Emosi itu tidak pernah ditujukan untuk merusak tim, staf, atau manajer.

Kini, Liverpool diklaim telah melewati fase tersebut dan kembali menemukan ritme permainan yang solid, seiring hasil positif yang mulai berdatangan.

Salah Kembali Berkontribusi, Liverpool Terus Menanjak

Salah kembali masuk ke dalam tim saat Liverpool meraih kemenangan penting atas Brighton akhir pekan lalu. Dalam laga tersebut, ia langsung memberi dampak dengan mencatatkan satu assist.

Curtis Jones juga tampil impresif, melanjutkan performa apiknya setelah sebelumnya bersinar dalam laga Liga Champions melawan AC Milan di San Siro.

Jones dan Kejujuran yang Pernah Mengundang Kontroversi

Meski tidak sekeras ledakan emosi Salah, Jones sendiri sempat menuai sorotan usai memberikan wawancara jujur setelah Liverpool kalah telak 1-4 dari PSV Eindhoven di Liga Champions.

Pemain asal Inggris itu mengakui bahwa kejujuran tersebut lahir dari rasa cinta mendalam terhadap klub dan kota Liverpool.

“Saya orang Scouser. Saya tahu betul arti klub ini bagi kota, fans, dan semua orang di sekitarnya. Ini pertama kalinya saya berada dalam situasi seperti ini,” katanya.
Jones menegaskan bahwa dirinya adalah sosok yang sangat benci kekalahan, baik di pertandingan resmi maupun sekadar permainan kecil di sesi latihan.

“Sekarang saya bermain di tim utama. Saya pemain, tapi juga fans. Kekalahan itu memukul saya sama seperti para pendukung.”

Kemarahan yang Menguatkan, Bukan Memecah

Jones mengakui dirinya marah usai kekalahan tersebut, namun ia terkesan dengan respons skuad Liverpool. Tidak ada yang saling menyalahkan—baik Salah, manajer, maupun pemain lain.

“Kami mengambil tanggung jawab bersama. Saya bicara soal harus berlari lebih banyak, bertarung lebih keras, dan itu termasuk saya sendiri. Sekarang, perubahan itu mulai terlihat.”

Ia juga membandingkan Liverpool dengan tim-tim lain yang pernah ia amati.

“Di sini rasanya seperti keluarga. Keluarga bisa berdebat dan bertengkar, tapi tetap bersatu. Momen itu justru menunjukkan betapa pentingnya kebersamaan.”

Jones menutup dengan menegaskan bahwa isu seputar Salah sama sekali tidak memecah tim. Justru, hal itu memicu dorongan lebih besar untuk meraih kemenangan tanpa saling menyalahkan.

Opini Kami

Ledakan emosi Mohamed Salah seharusnya tidak dilihat semata sebagai masalah disiplin atau ego bintang. Dalam sepak bola level tertinggi, reaksi seperti itu sering muncul dari pemain dengan standar pribadi yang sangat tinggi. Fakta bahwa Salah langsung meminta maaf menunjukkan kedewasaan dan kepemimpinan yang kerap luput dari sorotan.

Liverpool sendiri tampak mendapatkan sisi positif dari situasi ini. Kejujuran, kemarahan, dan kritik internal justru memperkuat rasa kebersamaan. Dalam jangka panjang, tim yang berani bersuara dan bertanggung jawab bersama biasanya lebih siap menghadapi tekanan besar—dan itulah ciri tim juara yang sesungguhnya.

Exit mobile version