
Gilabola.com – Manchester United masih belum keluar dari krisis performa meski telah menghabiskan lebih dari Rp 4,4 Triliun untuk memperkuat skuad. Di bawah asuhan Ruben Amorim, tim yang finis di posisi ke-15 musim lalu kini hanya duduk di peringkat ke-10 dengan 10 poin dari beberapa laga awal Premier League.
Meski sempat menjuarai semifinal Liga Europa, mereka menutup musim sebelumnya dengan kekalahan menyakitkan dari Tottenham di final, dan musim baru ini pun belum memperlihatkan tanda-tanda kebangkitan.
Musim lalu menjadi salah satu yang terburuk dalam sejarah Premier League bagi Manchester United, mengakhiri kompetisi dengan hanya 42 poin dan finis di papan tengah bawah.
Kekalahan di final Eropa dari Tottenham semakin mempertegas betapa rapuhnya mental tim. Meski ada harapan baru lewat transfer besar, performa tim di lapangan masih jauh dari ekspektasi.
Di awal musim, United membuka perjalanan dengan kekalahan tipis 0-1 dari Arsenal. Gol tunggal Riccardo Calafiori cukup untuk membuat debut mereka terasa mengecewakan. Laga berikutnya di kandang Fulham juga tidak memberi hasil lebih baik, dengan hasil imbang yang hanya menambah frustrasi.
Kegagalan berlanjut di ajang Carabao Cup ketika mereka disingkirkan oleh Grimsby Town lewat adu penalti. Meski sempat menang 3-2 atas Burnley, kemenangan itu tidak cukup untuk menutupi masalah inkonsistensi yang sudah mendarah daging.
Keterpurukan semakin terasa saat derby Manchester di Etihad berakhir dengan kekalahan 1-3. Phil Foden mencetak gol pembuka sebelum Erling Haaland menambah dua gol lagi untuk memastikan kemenangan City. United kembali terpuruk meski sempat menguasai bola lebih banyak.
Kemenangan 3-2 atas Chelsea sempat memberi harapan. Namun, setelah Robert Sanchez dikartu merah dan Bruno Fernandes serta Casemiro mencetak gol, United malah kehilangan momentum setelah Casemiro diusir. Gol Trevoh Chalobah membuat pertandingan berakhir dengan ketegangan yang seharusnya tidak perlu terjadi.
Kekalahan 1-3 dari Brentford menjadi pengingat bahwa masalah mereka belum selesai. Baru setelah menang 2-0 atas Sunderland, tim sedikit bernapas lega. Namun, posisi ke-10 di klasemen jelas menunjukkan bahwa stabilitas masih menjadi barang langka di Old Trafford.
Investasi Besar, Hasil Kecil
Sebagian besar dana transfer musim panas dihabiskan untuk tiga penyerang baru: Bryan Mbeumo, Matheus Cunha, dan Benjamin Sesko. Ketiganya diharapkan mengatasi masalah produktivitas gol musim lalu, di mana United hanya mencetak 44 gol dari 38 laga. Namun, hasil sejauh ini belum sepenuhnya memuaskan.
Cunha menunjukkan karakter kuat di lini depan meski kerap terlalu individualistis. Dia dipindahkan ke posisi sayap kiri agar bisa lebih leluasa memanfaatkan ruang. Sesko, dengan tinggi 1,95 meter, menjadi ancaman udara utama dan sudah mencetak dua gol beruntun, sementara Mbeumo dikenal efisien dan sering muncul di momen penting.
Namun, Amorim masih menginginkan lebih. Mason Mount, yang akhirnya terbebas dari cedera, menjadi favorit sang pelatih dan mulai mendapatkan menit bermain reguler. Dia sudah mencetak satu gol Premier League musim ini, dan kontribusinya dalam sistem pressing dianggap vital.
Di sisi lain, sektor tengah masih jadi masalah besar. Bruno Fernandes menjadi pencetak gol terbanyak tim dengan dua gol, tetapi dua penalti yang gagal membuatnya dikritik. Manuel Ugarte belum menunjukkan kedisiplinan, sedangkan Casemiro terlihat semakin menurun seiring bertambahnya usia.
Pemain muda seperti Amad Diallo dan Kobbie Mainoo juga belum mendapat kepercayaan penuh. Diallo tampil tidak stabil setelah musim sebelumnya gemilang, sementara Mainoo jarang diturunkan meski para pendukung menginginkan peran lebih untuknya.
Formasi 3-4-3 yang dipegang teguh Amorim menimbulkan perdebatan. Banyak pihak menilai pendekatan itu tidak sesuai dengan karakter pemain yang dimiliki United. Amorim dianggap terlalu keras kepala untuk mengubah pendekatan meski hasil belum berpihak.
Meski ada peningkatan dalam pressing dan variasi serangan, performa United masih tidak konsisten. Amorim belum pernah mencatat dua kemenangan beruntun di Premier League sejauh ini. Sebagian kemenangan yang didapat pun datang dari lawan yang bermain dengan sepuluh pemain atau tim promosi.
Dengan performa seperti itu, masa depan Amorim di kursi pelatih United kian dipertanyakan. Klub sudah menghabiskan banyak uang, namun hasil di lapangan belum menunjukkan nilai sepadan. Jika situasi ini tak segera membaik, kebangkitan yang dijanjikan di Old Trafford tampaknya masih akan tertunda lama.