Gilabola.com – Dalam beberapa dekade terakhir, rivalitas di Premier League telah berubah arah. Jika dulu pertarungan Manchester United melawan Arsenal menjadi pusat perhatian, kini persaingan itu tampaknya berpindah ke Manchester City dan Arsenal.
Pemain-pemain seperti Roy Keane dan Patrick Vieira, yang pernah mewarnai rivalitas lama tersebut, sudah lama berlalu. Begitu pula dengan persaingan sengit antara Sir Alex Ferguson dan Arsene Wenger dari pinggir lapangan.
Namun, dengan kemunduran persaingan Manchester United dan Arsenal, Pep Guardiola dan Jurgen Klopp sempat menghidupkan kembali tensi Premier League melalui pertarungan Manchester City dan Liverpool.
Kini, dengan kepergian Klopp dari peta perebutan gelar, Mikel Arteta muncul untuk mengisi kekosongan tersebut, membawa Arsenal menghadapi Manchester City dengan semangat yang baru.
Dalam beberapa musim terakhir, Arsenal yang diasuh oleh Arteta berusaha keras untuk menggulingkan dominasi City. Namun, hal itu tidak mudah dilakukan. Setelah delapan kali mengalami kekalahan berturut-turut dari City, Arsenal menemukan diri mereka dalam situasi sulit.
Mereka berjuang untuk mengakhiri penantian panjang terhadap gelar Premier League yang terakhir mereka menangkan pada tahun 2004 di bawah asuhan manajer legendaris, Arsene Wenger.
Mikel Arteta, yang sempat menjadi asisten Pep Guardiola di Manchester City, mencoba meniru mentalitas juara yang ada di Stadion Etihad. Klub mendatangkan beberapa pemain yang sebelumnya sukses bersama City maupun Chelsea untuk memperkuat skuadnya.
Dukungan penuh dari manajemen klub terhadap bursa transfer memberi juru taktik Spanyol itu ruang untuk mengubah Arsenal menjadi pesaing serius. Meski demikian, tantangan untuk merebut takhta dari City masih besar.
Dalam dua musim terakhir, Arsenal hampir menyentuh garis akhir, tetapi mereka gagal pada momen-momen krusial, termasuk kegagalan yang menyakitkan pada hari terakhir musim lalu. Pengalaman pahit itu hanya membuat para pemain dan pendukung semakin lapar untuk meraih kesuksesan.
Taktik Kontroversi Mikel Arteta
Ketika Arsenal bertandang ke Stadion Etihad pekan lalu, harapannya adalah mengganggu ritme permainan City dan mungkin mencuri kemenangan penting. Taktik yang digunakan oleh Arteta tampak jelas bertujuan mengganggu fokus tim Guardiola. Arsenal bahkan menerapkan strategi kontroversial, seperti membuat pemain City frustrasi dengan provokasi dan menunda-nunda waktu saat pertandingan.
Salah satu momen yang mencerminkan frustrasi City adalah ketika Erling Haaland terlibat dalam insiden dengan Gabriel Magalhaes setelah gol penyama kedudukan City. Reaksi emosional itu menunjukkan betapa frustrasinya para pemain City dengan pendekatan negatif Arsenal.
Bernardo Silva bahkan menyatakan bahwa hanya satu tim yang datang untuk bermain sepak bola dalam pertandingan itu, menekankan ketidakpuasan City terhadap gaya permainan lawan mereka.
Meski begitu, Arsenal tampaknya merasa bahwa segala cara sah untuk mencapai tujuan mereka. Setelah dua musim gagal mengalahkan Guardiola dan City dengan permainan mereka sendiri, Arsenal kini berani mengambil langkah taktis yang lebih ekstrem, termasuk strategi bertahan ketat yang sering disebut “parkir bus.”
Pertandingan ini menunjukkan bahwa persaingan antara kedua tim semakin memanas. Arsenal siap untuk membawa pertarungan ini ke level yang lebih tinggi ketika mereka menjamu City di Stadion Emirates pada pertemuan berikutnya.
Bek Arsenal, Gabriel, bahkan menyatakan bahwa perang psikologis dan provokasi adalah bagian dari sepak bola, dan dia menantikan bentrokan selanjutnya di kandang mereka.
Dengan ketegangan yang meningkat di antara kedua tim, bisa dipastikan bahwa pertemuan berikutnya akan lebih panas dari sebelumnya. Manchester City harus bersiap menghadapi atmosfer yang tidak bersahabat di Emirates, dan persaingan ini tampaknya hanya akan semakin intens di masa depan.