Site icon Gilabola.com

Peter Schmeichel Kisahkan Beratnya Pendidikan Militer Era Alex Ferguson di Manchester United

Petr Schemichel berfoto bersama Alex Ferguson

Gilabola.comPeter Schmeichel, mantan kiper legendaris Manchester United, mengungkapkan bahwa dia pernah terlibat dalam perselisihan hebat dengan manajernya, Sir Alex Ferguson, yang hampir mengakhiri kariernya di klub tersebut.

Dalam wawancara yang dibagikan melalui podcast Stick to Football yang dipersembahkan oleh Sky Bet, Schmeichel menceritakan bahwa pada satu momen Ferguson merasa perlu memecatnya dari tim setelah pertengkaran yang terjadi di ruang ganti.

Schmeichel, yang membela Manchester United selama tujuh tahun dari 1991 hingga 1999, merupakan salah satu pemain kunci dalam kesuksesan klub selama periode tersebut.

Dia berhasil memenangkan lima gelar Premier League dan mengakhiri musim terakhirnya dengan mengangkat trofi Liga Champions, melengkapi treble yang bersejarah pada tahun 1999.

Namun, Schmeichel menjelaskan bahwa perjalanan kariernya di Old Trafford tidak selalu mulus. Ada momen-momen sulit di mana hubungannya dengan Ferguson memanas, terutama setelah penampilan buruk dalam sebuah pertandingan.

Menurut Schmeichel, setelah pertandingan tersebut, Ferguson menyalahkan dirinya atas tendangan gawang yang dianggap buruk dan mengkritiknya dengan keras di ruang ganti.

Dia merasa sangat terpukul oleh kritik tersebut, dan hal itu menjadi salah satu penyesalan terbesarnya dalam dunia sepak bola. Schmeichel mengaku bahwa emosinya kala itu sangat tidak terkontrol, sehingga dia membalas kritik Ferguson dengan kata-kata yang tak seharusnya.

Pada hari Senin berikutnya, Ferguson memanggil Schmeichel ke kantornya dan mengatakan bahwa dia akan memecatnya. Ferguson menjelaskan bahwa perilaku seperti itu tidak bisa diterima di Manchester United dan tim tidak bisa membiarkan seorang pemain merusak keharmonisan tim.

Schmeichel kemudian mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada Ferguson atas tindakannya. Dia juga merasa bahwa permintaan maaf tersebut menyelamatkan kariernya di klub.

Setelah itu, Ferguson mengadakan pertemuan di ruang ganti, di mana dia menunjukkan kemarahannya kepada seluruh tim. Schmeichel menggambarkan situasi tersebut sebagai salah satu momen terburuk yang pernah dia saksikan di Old Trafford.

Schmeichel juga mencerminkan pelajaran penting yang dia dapatkan dari kejadian itu. Dia menyadari bahwa meskipun seorang pemain boleh menyampaikan pendapatnya selama 90 menit pertandingan, setelah pertandingan usai, hanya manajer atau pelatih yang berhak memberikan evaluasi.

Schmeichel mengakui bahwa tindakannya kala itu sangat tidak pantas, dan dia menyesali bahwa dia telah melanggar etika yang seharusnya dia jaga sebagai pemain.

Mengenai gaya manajemen Ferguson, Schmeichel menyatakan bahwa Ferguson sering menggunakan pendekatan yang keras terhadap pemain tertentu. Ferguson senang berkonfrontasi dengan beberapa pemain senior seperti dirinya, Gary Pallister, Roy Keane, dan Ryan Giggs.

Meski pertukaran pendapat di antara mereka sering kali brutal untuk disaksikan, Schmeichel menilai bahwa strategi ini berhasil mendorong tim untuk memberikan yang terbaik di lapangan.

Schmeichel juga menambahkan bahwa Ferguson sering memilih momen-momen tertentu untuk melampiaskan emosinya. Menurutnya, sebagian besar dari apa yang dikatakan oleh Ferguson didasarkan pada pertimbangan yang matang dan menunggu saat yang tepat untuk diungkapkan.

Setelah memberikan kritik, Ferguson biasanya melupakannya dan tidak pernah mengungkit hal tersebut lagi, menunjukkan bahwa dia hanya ingin menyegarkan suasana tim.

Gaya kepemimpinan Ferguson yang keras namun efektif terbukti dari keberhasilan Manchester United yang meraih 13 gelar Premier League selama 21 tahun pertama kompetisi tersebut.

Meskipun konfrontasi antara Ferguson dan para pemain sering terjadi, hal itu berhasil menciptakan dinamika tim yang kuat dan terus mendorong Manchester United ke puncak prestasi.

Exit mobile version