
Gilabola.com – Tottenham Hotspur sukses mempermalukan Everton di kandang baru mereka, Hill Dickinson Stadium, lewat kemenangan telak 3-0 yang sekaligus memutus rekor tak terkalahkan The Toffees di markas sendiri musim ini.
Gol-gol dari Micky Van de Ven dan Pape Matar Sarr membuat tim asuhan David Moyes tak berkutik, sementara suasana yang dulu penuh harapan di stadion anyar kini berubah menjadi kekecewaan mendalam.
Bulan Madu di Stadion Baru Resmi Berakhir
Kekalahan pertama di Hill Dickinson Stadium seperti sudah ditakdirkan datang cepat untuk Everton. Namun cara mereka kalah dari Tottenham Hotspur benar-benar memperlihatkan bahwa pesona “rumah baru” bisa pudar dalam sekejap.
Para pendukung yang basah kuyup di bawah hujan mulai meninggalkan stadion jauh sebelum Pape Matar Sarr menambah penderitaan tim mereka dengan gol ketiga. Adegan semacam itu bukan hal baru bagi fans Everton; bahkan di Goodison Park dulu, tribun Park End terkenal cepat kosong begitu timnya tampak tak berdaya.
Kini, pemandangan serupa terjadi di stadion baru—barisan kursi biru yang bersih tapi kosong menggambarkan rasa frustrasi yang mendalam. Menariknya, para suporter yang memilih bertahan sampai peluit akhir justru melampiaskan kemarahan mereka pada wasit Craig Pawson dan tim ofisial, bukan kepada Moyes di pinggir lapangan.
Namun tetap saja, satu hal jelas: masa “bulan madu” Everton dengan Bramley-Moore Dock sudah resmi berakhir.
Apakah Moyes Tak Percaya Skuadnya Sendiri?
Kekalahan 0-3 ini menjadi yang terburuk bagi Everton dalam 10 bulan terakhir—sejak kekalahan di era Sean Dyche melawan Manchester United. Tapi kini, David Moyes tak bisa lagi berlindung di balik reputasi lamanya sebagai penyelamat dari jurang degradasi.
Dari tujuh pertandingan terakhir, Everton hanya menang sekali. Kini banyak yang mulai mempertanyakan bukan hanya masalah lini depan yang tumpul, tapi juga keberanian Moyes dalam memanfaatkan kedalaman skuadnya.
Bayangkan, ada sekitar Rp1,7 triliun (setara £84 juta) nilai pemain yang duduk di bangku cadangan saat melawan Tottenham. Nama-nama seperti Charly Alcaraz, Tyler Dibling, hingga pemain pinjaman Merlin Rohl adalah pembelian mahal musim panas lalu, namun belum juga diberi kepercayaan tampil reguler.
Meski sempat mengalami cedera, kini mereka sudah fit sepenuhnya. Tapi keengganan Moyes untuk memberi mereka menit bermain membuat publik meragukan apakah manajer Skotlandia itu benar-benar percaya pada pemain-pemain muda tersebut. Dengan performa tim utama yang mulai terlihat kehabisan ide dan energi, mungkin sudah saatnya para “pemeran pendukung” Everton diberi kesempatan lebih banyak.
Wasit dan Everton, Kisah Lama yang Tak Pernah Usai
Sepertinya setiap kali Everton bermain di kandang, wasit yang mendapat tugas memimpin pertandingan sudah tahu akan menghadapi sore yang panjang. Fans The Toffees dikenal keras ketika merasa timnya dirugikan, dan kali ini mereka kembali dibuat murka oleh keputusan-keputusan Craig Pawson.
Gol penyama kedudukan Jake O’Brien yang dianulir karena pelanggaran Jack Grealish dan Iliman Ndiaye membuat suasana makin panas. Tak hanya itu, sejumlah keputusan lain yang dianggap berat sebelah untuk Tottenham menambah kekecewaan tuan rumah.
Rekam jejak Pawson memang tak bersahabat dengan Everton; kartu merah kerap muncul di laga-laga yang ia pimpin. Untungnya kali ini tidak. Meski begitu, banyak pihak menilai bahwa sudah waktunya PGMOL—badan pengawas wasit Premier League—turun tangan. Mungkin Howard Webb perlu memastikan agar Everton mendapat perlakuan yang lebih adil ke depannya.
Bisa jadi, sebuah “intervensi resmi” dari otoritas wasit adalah satu-satunya cara agar The Toffees kembali bisa merasakan keadilan di lapangan.
 
  
 