Gila Bola – Kekalahan 2-0 Manchester United dari Arsenal di Emirates Stadium, Rabu malam, menjadi pengalaman pertama Ruben Amorim merasakan kekalahan sebagai manajer di Premier League.
Gol-gol dari Jurrien Timber dan William Saliba, yang keduanya berasal dari situasi bola mati, membantu Arsenal memperkecil jarak dengan puncak klasemen menjadi tujuh poin.
Meski hasil ini mengecewakan bagi United, beberapa aspek positif tetap terlihat dari filosofi yang coba diterapkan Amorim dalam permainan tim. Sang manajer terlihat berusaha memperkenalkan standar baru dan pendekatan taktis yang disiplin, meskipun hal ini belum sepenuhnya terealisasi di lapangan.
Momen Teguran untuk Amad Diallo
Amad Diallo, yang dimasukkan sebagai pemain pengganti pada babak kedua, menjadi salah satu contoh bagaimana Amorim menuntut kesempurnaan dari para pemainnya.
Ketika pemain asal Pantai Gading itu gagal memenuhi ekspektasi dalam transisi serangan cepat Manchester United, Amorim menunjukkan kemarahannya di pinggir lapangan.
Amad sempat tertinggal jauh di belakang rekan-rekannya dalam sebuah serangan balik, dan hal ini memancing reaksi emosional dari Amorim. Dengan gestur tangan dan arahan tegas, sang manajer menunjukkan bahwa ia ingin pemainnya berkontribusi lebih banyak di area serangan.
Insiden ini mencerminkan bagaimana juru taktik Portugal itu tidak akan berkompromi terhadap standar yang dia tetapkan, bahkan untuk pemain muda berbakat sekalipun.
Kritik untuk Kapten Bruno Fernandes
Bukan hanya pemain muda seperti Amad yang mendapat perhatian Amorim. Kapten tim, Bruno Fernandes, juga tidak luput dari kritik. Ketika Fernandes melakukan kesalahan operan pada babak kedua, Amorim langsung menunjukkan kekecewaannya dengan gestur tubuh yang jelas.
Hal ini menunjukkan bahwa tak ada satu pun pemain yang dikecualikan dari tanggung jawab untuk tampil sempurna di bawah kepemimpinannya, bahkan untuk rekan senegaranya tersebut.
Kekalahan ini menegaskan bahwa Manchester United masih dalam proses membangun kembali identitas mereka di bawah Amorim. Dibandingkan dengan era Erik ten Hag, di mana kesalahan sering dianggap hal biasa, Amorim membawa pendekatan yang lebih ketat dan berorientasi pada detail.
Pendekatan ini mencerminkan visi jangka panjang Amorim untuk memaksimalkan potensi setiap pemain. Dia menekankan pentingnya kedisiplinan taktis dan efisiensi di semua lini, serta tidak ragu untuk memberikan evaluasi tegas jika standar tidak terpenuhi.
Bagi para pendukung United, perubahan ini menjadi angin segar setelah beberapa musim yang penuh dengan inkonsistensi. Meski perjalanan masih panjang, tanda-tanda awal menunjukkan bahwa Amorim bertekad membawa klub ini kembali bersaing di level tertinggi.